Wednesday, 16 January 2013

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.Y DENGAN FARINGITIS KRONIS DI RUANG INAP PENYAKIT DALAM PRIA (THT) RUMAH SAKIT UMUM



ABSTRAK


Faringitis adalah radang tenggorokan (faring) bisa disebabkan oleh virus maupun bakteri. Faringitis kronis adalah merupakan suatu peradangan kronik dari mukosa faring dengan melibatkan struktur kelenjar limfe setempat dari disertai dengan inflamasi pada tonsil dan daerah sekitarnya disebabkan oleh infeksi sinus kronis. Pada faringitis tanda dan gejalanya berbeda-beda umumnya perasaan yang tidak enak pada daerah tenggorokan terasa kering dan pernafasan berbau. Tujuan penulis untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman yang nyata dalam memberikan asuhan keperawatan. Dari hasil penerapan asuhan keperawatan yang telah penulis laksanakan sejak tanggal 1 April 2010 sampai tanggal 3 April 2010. Pada Ny. Y umur 32 tahun didapatkan keluhan utama pasien nyeri tenggorokan. Diagnosa keperawatan yang muncul pada kebutuhan tubuh. Gangguan komunikasi verbal, cemas dari masalah yang muncul maka disusunlah rencana untuk mengatasi nyeri, pelaksanaan tindakan keperawatan harus sesuai dengan rencana yang telah disusun dan disesuaikan dengan peran dan fungsi perawat. Tahap akhir keberhasilan dan sikap tindakan yang diberikan teratasi dan kembali normal.

Sumber bacaan :  9  buah.


BAB I
PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang
Faring dapat disebut juga daerah pertahanan tubuh terdepan fungsi ini salah satunya dipengang oleh tonsil yang merupakan bagian dari orofaring tonsil mencegah agar infeksi tidak menyebar keseluruh tubuh dengan cara menahan kuman yang masuk melalui mulut, hidung dan kerongkongan oleh karena itu tidak jarang tonsil mengalami peradangan (Rusmarjono, 2006)
Farigitis dan tonsillitis sering ditemukan bersamaan. Tonsilofaringgitis merupakn peradangan yang berulang pada tonsil dan faring yang memiliki faktor predisposisi antara lain rangsangan kronis rokok, makanan tertentu, Hygiene mulut yang buruk, pasien yang biasa bernafas melalui mulut karena hidungnya tersumbat, pengaruh cuaca dan pengobatan tinsilofaringgitis sebelumnya yang tidak ade kuat (Rusmarjono, 2006)
Penularan faringitis terjadi melalui droplet. menginfiltrasi lapisan epitel, kemudian bila epitel terkikis makan jaringan limpois superficial bereaksi, terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosid polimorfonuklear (Manjoer, 2001)
Karena proses radang berulang, maka epitel mukosa dan jaringan limfe terkikis sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid diganti jaringan parut jaringan ini akan mengerut sehingga ruang antara kelompok melebar (kriptus) yang akan diisi oleh detritus, proses ini meluas hingga menembus kapsul dan akhirnya timbul perlekatan jaringan disekitar faring. (Arif, 2001).
Faringitis adalah radang tenggorokan (faring) bisa disebabkan oleh virus maupun bakteri. Faringitis kronis adalah merupakan suatu peradangan kronik dari mukosa faring dengan melibatkan struktur kelenjar limfe setempat dan disertai dengan imflamasi pada tansil dan daerah sekitarnya disebabkan oleh infeksi sinus kronis (Rusmarjono, 2006)
Terdapat dua bentuk faringgitis kronis, hiperplastik dan atrofi. Faktor predisposisi proses radang kronis di faring ini adalah rinithis kronis, sinusitis, iritasi kronik yang dialami perokok dan peminum alcohol. Juga inhalasi uap yang merangsang mukosa faring pada pekerja dilaboratorium. Infeksi dapat menyebabkan terjadi faringgitis kronis ini. daerah yang berdebu serta orang yang biasa bernafas melalui mulut, karena hidung tersumbat merupakan merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya penyakit ini. (Tjokronego, 2000).
Pembesaran tonsil diukur menurut derajatnya terhadap uvula. Semakin besar, akan semakin mendekati ukula. Besar tonsil ditentukan sebagai berikut: T0 tonsil didalam fosa tonsil atau telah diangkat, T1 bila besarnya ¼ jarak arkus anterior dan uvula. T2 Bila besarnya 2/4 Jarak arkus anterior dan uvula. T3 bila besarnya ¾ jarak arkus anterior dan uvula. T4 bila besarnya mencapai arkus anterior atau lebih (Rusmarjono, 2006).
Peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan pada pasien Ny. Y dengan faringitis ini dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses perawatan sehingga dapat ditentukan diagnosa keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang dilakukan berupa pemasangan infus, memberian obat secara oral yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia. Kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan dari yang sederhana sampai dengan kompleks. (A. Aziz, 2004).
Menurut data yang didapatkan di badan pelayanan kesehatan Rumah Sakit Umum di ruang inap penyakit T.H.T jumlah penderita penyakit faringitis kronis terhitung mulai 2009 s/d 2010 terdapat 70 orang. (Rekam Medik Pelayanan  Kesehatan Rumah Sakit Umum).
Berdasarkan uraian diatas penulis terdorong untuk membahas masalah tersebut dalam bentuk laporan studi kasus dengan judul :“Asuhan Keperawatan Pada Ny. Y dengan Faringitis Kronis di Ruang Inap Penyakit T.H.T Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum”.
B.       Tujuan Penulis
1.      Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman secara nyata dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan pada Ny. Y, dengan kasus Faringitis Kronis  Di Ruang inap panyakit T.H.T (Telinga, hidung, tenggorokan )  Rumah Sakit Umum Daerah



2.      Tujuan Khusus
a.       Dapat melakukan pengkajian secara komprehensif pada Ny. Y, dengan kasus faringitis kronis Di Ruang inap panyakit T.H.T (Telinga, hidung, tenggorokan)  Rumah Sakit Umum Daerah
b.      Dapat mengidentifikasi masalah keperawatan berdasarkan data-data yang diperoleh pada Ny. Y, dengan kasus faringitis kronis Di Ruang inap panyakit T.H.T (Telinga, hidung, tenggorokan)  Rumah Sakit Umum Daerah
c.       Dapat merencanakan tindakan Keperawatan pada Ny. Y, dengan kasus faringitis kronis Di Ruang inap panyakit T.H.T (Telinga, hidung, tenggorokan)  Rumah Sakit Umum Daerah
d.      Dapat melaksanakan tindakan Asuhan Keperawatan pada Ny. Y, dengan kasus faringitis kronis Di Ruang inap panyakit T.H.T (Telinga, hidung, tenggorokan)  Rumah Sakit Umum Daerah
e.       Dapat mengevaluasi hasil tindakan yang dilaksanakan terhadap tindakan yang tidak atau belum berhasil
f.       Dapat mendokumentasikan Asuhan Keperawatan pada Ny. Y, dengan kasus faringitis kronis Di Ruang inap panyakit T.H.T (Telinga, hidung, tenggorokan)  Rumah Sakit Umum Daerah

BAB II
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas kasus yang penulis angkat pada penulisan laporan study kasus yaitu pada pasien Ny. Y dengan faringitis kronis di Ruang Penyakit T.H.T Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum yang dilkukan pada tanggal 1 April sampai 3 April 2010, pembahasan meliputi pengkajian, diagnoksa keperawatan, perencanaan, implementasi, evaluasi dan catatan perkembangan.
A.     PENGKAJIAN
Merupakan langkah awal dari proses keperawatan dan merupakan hal yang paling utama rencana keperawatan secara keseluruhan. hasil pengkajian yang dilakukan perawat terkumpul dalam bentuk data. Adapun metode atau cara pengumpulan data yang dilakukan dalam pengkajian meliputi wawancara, pemeriksaan (fisik, laboratorium, rontgen), observasi, konsultasi. Tujuan pengkajian keperawatan adalah pengumpulan data, mengelompokan data dan menganalisa data sehingga ditemukan diagnoksa keperawatan.
  1. Identitas Pasien
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang penulis lakukan pada tanggal 1 April sampai 3 April 2010 yang didapatkan data sebagai berikut pasien bernama Ny. Y berumur 32 tahun, beralamat di Desa, beragama Islam, suku, bangsa Indonesia, jenis kelamin perempuan, pendidikan terakhir MTsN, pekerjaan tani, status kawin, pasien masuk dirumah sakit dan dirawat di ruang penyakit T.H.T Rumah Sakit Umum Daerah no cm. 089294 dengan diagnosa medis faringitis kronis.
Faringitis kronis adalah merupakan suatu peradangan kronik dari mukosa faring dengan melibatkan struktur kelenjar limfe setempat dan disertai dengan imflamasi pada tansil dan daerah sekitarnya disebabkan oleh infeksi sinus kronis (Rusmarjono, 2006).
  1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri pada kerongkongan dengan skala nyeri 5, keadaan umum pasien lemah, Suara sengau. pasen mengatakan tidak ada nafsu makan, oasien mengatakan sakit tenggorokan pada saat bicara, pasien mengatakan sangat kuatir dengan penyakitnya.
Secara teoritis penyakit faringitis kronis adalah suatu peradangan kronik dari mukosa faring dan melibatkan struktur kelenjar limfe setempat dan disertai dengan imflami pada tansil dan daerah sekitarnya. (Mansjoer, 2001).
  1. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien menderita sakit tenggorokan, kesulitan menelan, rasa nyeri pada tenggorokan secara tiba-tiba pada keesokan harinya pasien dibawa ke poli THT sampai disana pasien dianjurkan untuk diopname. Pasien tiba di ruang Rawat THT dengan infis terpasang. Berdasarkan pemeriksaan pada daerah leher dan tenggorokan di poli THT pada tanggal 29 Maret 2010  maka didapatkan data, faring merah, nafas bau, suara sengau, dari hasil pemeriksaan fisik maka dokter dapat mendiagnosakan (Dx) bahwa pasien menderita penyakit faringitis kronis.
Secara teori pasien menderita sakit tenggorokan, kesulitan menelan rasa nyeri pada tenggorokan secara tiba-tiba pada keesokaan harinya pasien dibawa ke T.H.T sampai disana pasien dianjurkan untuk diopname. Menurut teoritis hal ini disebabkan oleh iritasi kontinyu dan batuk berlebihan. (Mansjoer, 2001).

  1. Riwayat Penyakit yang Lalu
Pasien pernah menderita penyakit tenggorokan pada usia 20 tahun dan pasien sering menderita influenza dan batuk segera sembuh setelah minum obat yang diperoleh dari Puskesmas dan dibeli dikios terdekat.
Secara teori  Farigitis dan tonsillitis sering ditemukan bersamaan. Tonsilofaringgitis merupakan peradangan yang berulang pada tonsil dan faring. (Tjokronego, 2000).
  1. Riwayat Penyakit Keluarga
Anggota keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit seperti yang dialami pasien saat ini. .
Secara teoritis penularan faringitis terjadi melalui droplet. menginfiltrasi lapisan epitel, kemudian bila epitel terkikis makan jaringan limpois superficial bereaksi, terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosid polimorfonuklear (Manjoer, 2001)
  1. Pola Kebiasaan
1.      Pola Nutrisi
Hasil  pengkajian tentang pola kebiasaan nutrisi Ny. Y sebelum sakit pasin makan 3x sehari dan menu berupa nasi, lauk pauk dan sayuran dan pasien minum sebanyak 7 – 9 gelas sehari. Selama dirawat pola makan pasien terganggu, pasien makan hanya ¼ porsi yang mampu dihabiskan dan minum 4 – 6 gelas sehari.
Menurut teoritis pasien dengan faringitis kronis maka akan mengalami rasa gatal/kering ditenggorokan, anoreksia (Mansjoer, 2001).
2.      Pola Eliminasi
Pola eliminasi pada pasien faringitis kronis diriwayatkan BAB 1 – 2 x sehari dengan konsistensi padat berwarna kuning dan berbau khas tapi selama perawatan pasien, pasien BAB tidak mengalami perubahan sedangkan BAK sebelum di rawat pola BAK pasien tidak ada gangguan.
 Secara teoritis pola BAB dan BAK pasien tidak ada gangguan, BAB dan BAK pasien normal (Mansjoer, 2001).
3.      Pola Aktivitas
Sebelum sakit pasien beraktivitas sehari-hari sebagai ibu rumah tangga. Selama sakit pasien tidak bisa beraktivitas seperti biasanya karena kondisi yang sedang dirawat, aktivitas pasien seperti makan /minum, ganti baju dibantu oleh perawat dan keluarga.
Secara teoritis pasien dengan faringitis kronis akan mengalami gangguan aktivitas karena kelemahan otot sendi (Mansjoer, 2001).  
4.      Pola Istirahat
Pola isitirahat pasien sebelum sakit, istirahat pasien 7 – 9 jam / hari pasien tidur dari jam 22.00 wib sampai 06.00 wib dan istirahat siang pasien 14.30 wib s/d 16.00 wib. Selama sakit pasien mengatakan istirahatnya terganggu saat nyeri. Menurut teoritis tidur yang tidak mencukupi dan menumbuhkan kemampuan individu untuk menolevasi nyeri dan menguras energi yang mereka butuhkan. (Mubarak, 2007).
5.      Data Psikologis
Pasien mengatakan penyakit yang dideritanya sekarang hanya merupakan cobaan dari Allah SWT tetapi merasa cemas dan takut terjadi infeksi pada tenggorokannya. Menurut teoritis hal ini disebabkan karena perasaan yang tidak jelas tentang keprihatinan dan khawatir karena ancaman pada sistem nilai atau pola keamanan seseorang. (Carpenito, 2006).
6.      Data Sosial
Hubungan pasien dengan anggota keluargannya, lingkungan dan perawat terjalin baik sehingga pada waktu dirawat di rumah sakit banyak saudara-saudara yang menjenguknya selain itu dengan sesama pasien juga terbina hubungan yang baik.
7.      Data Spritual
Sebelum sakit pasien dapat melaksanakan ibadah sebagaimana mestinya dan selama sakit ibadah pasien jadi terganggu dan pasien hanya berdoa kepada Allah SWT agar cepat diberikan kesembuhan.
8.      Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan umum yang telah dilakukan dan diperoleh data sebagai berikut : keadaan umum lemah, tingkat kesadaran kompos mentis, tekanan darah 110/90 mmHg, respirasi 22 x/m, nadi 84 x/m, temperatur 36,5 0C. Berat badan 50 kg, pemeriksaan khusus : bentuk kepala oval, rambut berwarna hitam bersih, mata simetris reflek cahaya normal, hidung pesek tidak ada benjolan mulut/gigi mukosa mulut kering, lidah tidak ada perubahan sisi masih utuh, telinga bersih pendengaran normal, dada/thorak simetris, ekstermitas bawah pergerakan normal, genitalia tidak terpasang kateler.
  1. Pemeriksaan Penunjang
Menurut analisa penulis hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan pemeriksaan darah lengkap dengan Hb : 12,6 gr, Led : 40 mm/jam dan leukosit : 13 – 800 /mm.
  1. Theraphy yang diberikan
Perawatan atau penatalaksanaan medis yang didapat yaitu pemasangan, IVFD rinser laktat 10 tts/menit serta obat-obatan oral.
B.     Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 1 April 2010 maka penulis dapat merumuskan beberapa diagnosa keperawatan sesuai perioritas masalah adalah sebagai berikut :
1.      Nyeri berhubungan dengan terjadi peradangan pada mukosa faring sehingga menimbulkan nyeri pada daerah tenggorokan.
2.      Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pemenuhan nutrisi kurang di pengaruhi oleh terganggunya proses menelan akibat pembengkakan faring dan dapat menimbulkan rasa nyeri bila makanan yang masuk menekannya sehingga kebutuhan nutrisi tidak terpenuhi
3.      Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan secara sistematik menyebabkan gangguan pita suara sehingga suara serak/sengau.
4.      cemas berhubugan dengan kurang pengetahuan mengenai kondisi dan tindakan
Sedangkan pada tinjauan teoritis diagnoksa keperawatan yang mungkin muncul pada  faringitis kronis, menurut (Mansjoer, 2001) adalah:
1.      Adanya proses infeksi di kerongkongan bergubugan dengan Nyeri kerongkongan.
2.      Ketidak seimbangan nurtisi berhubungan dengan anoreksia
3.      Kelumpuhan otot faring berhubungan dengan suara sengau.
4.      Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan mengenai kondisi dan tindakan.
C.     Perencanaan dan Implementasi
Rencana tindakan keperawatan disusun dengan mempertimbangkan kemampuan sumber yang dapat dijangkau seperti sumber daya perawat sendiri, pasien, keluarga, fasilitas dan waktu yang telah tersedia rencana tindakan keperawatan yang ada pada kasus tidak jauh berbeda dengan yang ada secara teoritis, namun dipengaruhi oleh berapa faktor seperti keadaan pasien sarana dan prasarana rumah sakit akan mempengaruhi dalam penyusunan perencenaan keperawatan.
Berdasarkan diagnosa diatas maka perencanaan dan implementasi yang dapat diberikan pada Ny. Y berdasarkan perioritas masalah yaitu :
Diagnosa pertama nyeri berhubungan dengan terjadinya peradangan pada mukosa faring, sehingga menimbulkan nyeri pada daerah tenggorokan dengan tujuan yang diharapkan nyeri dapat teratasi dengan kriteria hasil nyeri tenggorokan hilang, rasa sakit pada tenggorokan tidak ada lagi.
Maka perencanaan yang dapat diberikan adalah kaji tingkat nyeri dengan menggunakan skala nyeri menurut Hayward dengan konsekuensi 0 – 10, atur posisi tidur sesuai dengan keinginan pasien pasien, bantu pasien untuk menumbuhkan secara teratur, anjurkan pasien tetap keadaan rilex.
Implementasi yang dilakukan untuk mengatasi nyeri mengkaji tingkat nyeri yang dirasakan pasien dengan menggunakan skala nyeri, mengatur posisi pasien, membersihkan tempat tidur, menganjurkan untuk tidak banyak bergerak.
Diagnosa kedua gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pemenuhan nutrisi kurang dipengaruhi oleh terganggunya proses menelan akibat pembengkakan faring dan dapat menimbulkan rasa nyeri bila makanan yang masuk menekannya sehingga kebutuhan nutrisi tidak terpenuhi dengan tujuan yang  diharapkan kebutuhan nutrisi pasien dapat terpenuhi secara adekuat, porsi yang disediakan bisa dihabiskan.
Maka perencanaan yang dapat diberikan makanan yang lunak, sajikan makanan yang bervariasi dalam porsi kecil tapi sering, ciptakan lingkungan yang tenang saat makan.
Implementasi yang dilakuan untuk mengatasi gangguan pola nutrisi adalah memberikan makanan yang lunak, menjelaskan manfaat makanan yang lunak, memberikan makanan dalam porsi sedikit tapi sering.
Diagnosa ketiga gangguan komunikasi verbal, tujuan yang diharapkan, komunikasi tidak terganggu lagi, suara kembali normal, pasien tidak mengeluh lagi sakit pada saat berbicara, nafas tidak bau.
Maka  perencanaan yang diberikan lakukan pendektan dengan pasien, ajak pasien untuk berkomunikasi, perkiraan tingkat implasi pada daerah faring /pita suara.
Implementasi yang dilakukan untuk ganggu komunikasi verbal adalah bina hubungan saling percaya, melakukan pendekatan dengan pasien dan menjelaskan maksud dan tujuan, mendiskusikan masalah kesehatan yang dialami perawatan yang diberikan serta kebutuhan – kebutuhan yang diberikan selama pengobatan.
Diagnosa keempat cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan mengenai kondisi dan tindakan, tujuan yang diharapkan kecemasan yang dirasakan pasien dapat teratasi, kecemasan pasien berkurang, pasien tidak mengerti mengenai penyakitnya.
Maka perencanaan yang dapat diberikan memberikan penjelasan pada pasien mengenai penyakitnya, bantu keluarga dalam melaksanakan perawatan selama di rumah sakit.
Implementasi yang diberikan untuk mengatasi cemas adalah menjelaskan pengertian dan penyebab penyakit faringitis, menjelaskan komplikasi dari akibat penyakit faringitis, mendiskusikan masalah kesehatan yang dialami perawatannya yang akan diberikan serta kebutuhan sehari-hari yang diperlukan pasien selama pengobatan dan perawatan.
Ansietas adalah suatu perasaan yang tidak jelas tentang keperihatinan dan kekhawatiran karena ancaman pada sistem nilai atau pola keamanan seseorang. (Carpenito, 2006).

D.     Evaluasi
Pengukuran keberhasilan suatu tindakan keperawatan dapat dinilai melalui evaluasi sebagai tahap terakhir dari pelaksanaan asuhan keperawatan. Penilaian dilakukan terus menerus dan berkesinambungan dengan cara mengamati perubahan-perubahan yang terjadi pada pasien dalam hal ini akan menuraikan dari setiap diagnosa yang muncul pada pasien.
Diagnosa keperawatan nyeri berhubungan dengan peradangan pada mukosa faring menimbulkan nyeri pada daerah tenggorokan. Masalah ini dapat diatasi sebagian pada hari terakhir perawatan, hal ini disebabkan nyeri pada saat menelan dengan skala nyeri 2.
Masalah gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pemenuhan nutrisi kurang dipengaruhi oleh gangguan proses menelan, masalah teratasi sebagian, walaupun makan sedikit tapi sering.
Masalah gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan secara sistematis menyebabkan gangguan pita suara sehingga suara serak/sengau. Masalah ini teratasi sebagian disebabkan gangguan pita suara sehingga suara pasien masih serak.
Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan mengenai kondisi dan tindakan, masalah ini teratasi pada hari pertama, hal ini disebabkan pasien sudah tampak tenang, pasien sudah tidak lagi cemas walaupun keadaannya belum membaik.

BAB III
PENUTUP

Berdasarkan uraian yang telah penulis uraikan dalam BAB I dan BAB II maka pada BAB III laporan studi kasus penulis akan mengambil beberapa kesimpulan dan saran-saran dengan harapan akan dapat menyempurnakan pelayanan kepada pasien faringitis khususnya dan kemampuan pelaksanaan asuhan keperawatan pada umumnya.
B.    Kesimpulan
1.      Faringitis adalah peradangan dan infeksi tenggorokan karena bermacam-macam kuman atau faringitis adalah imflamsi yang paling sering disebabkan oleh virus (selisma) atau bakteri (seuptococcus). Sakit tenggorokan karena bakteri atau virus sering memberikan riwayat yang identik keduanya dimulai dengan rasa akut.
2.      Faringitis diperoleh gambaran data seperti keadaan umum lemah, sakit tenggorokan, kesulitan menelan, demam tenggorokan dapat berwarna merah dan sakit yang menyeluruh.
3.      Permasalahan yang ditemukan dan sedang dihadapi oleh pasien faringitis adalah gangguan rasa nyeri, gangguan komunikasi verbal dan cemas.
4.      Intervensi keperawatan yang dilaksanakan pada pasien faringitis berorientasi pada kebutuhan darah dengan melihat prioritas masalah yang diarahkan untuk memenuhi rasa nyaman.
5.      Dalam melaksanakan intervensi keperawatan pada pasien dan disesuaikan dengan masalah dan rencana yang telah disusun berupa tindakan kolaboratif dan temuan kesehatan lain seperti tim medis.
6.      Dari hasil evaluasi yang telah dilakukan pada pasien farangitis kronis diketahui faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau asuhan keperawatan seperti kerja sama dengan keluarga dan tim kesehatan lainnya serta pelayanan dukungan pelayanan yang ad. Hasil evaluasi yang dilakukan dari asuhan keperawatan efektif dalam mengatasi masalah pasien.
C.    Saran-Saran
1.      Untuk semua perawat hendaknya berupaya dalam melaksanakan asuhan keperawatan menyeluruh dengan melihat aspek bio-psiko-sosial yang disesuiakan dengan tingkat kebutuhan dan perkembangan pasien.
2.      Asuhan keperawatan yang dilaksanakan hendaknya melibatkan tim kesehatan /keperawatan dan pasien atau keluarga secara konsisten dan bertanggung jawab sesuai dengan mengoptimalkan keluarga/pasien.
3.      Pendidikan kesehatan yang diberikan pada Ny. Y / keluarga hendaknya harus diberikan secara intensif sesuai tingkat kemampuannya untuk dapat mengusahakan segala sesuatu yang berhubungan dengan pengobatan /perawatan selama dirumah sakit atau dirumahnya.
4.      Pada evaluasi ini tindakan hendaknya dalam memberi perawatan mampu melakukan penilaian dengan baik terhadap rencana tindakan keperawatan sesuai dengan tujuan yang diharapkkan.
5.      Kami himbau kepada segenap tenaga keperawatan maupun tim medis agar lebih mengutamakan kepentingan pasien di antara kepentingan pribadi.

0 komentar:

Post a Comment