ABSTRAK
Faringitis adalah radang tenggorokan (faring) bisa disebabkan oleh virus
maupun bakteri. Faringitis kronis adalah merupakan suatu peradangan kronik dari
mukosa faring dengan melibatkan struktur kelenjar limfe setempat dari disertai
dengan inflamasi pada tonsil dan daerah sekitarnya disebabkan oleh infeksi
sinus kronis. Pada faringitis tanda dan gejalanya berbeda-beda umumnya perasaan
yang tidak enak pada daerah tenggorokan terasa kering dan pernafasan berbau.
Tujuan penulis untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman yang nyata dalam
memberikan asuhan keperawatan. Dari hasil penerapan asuhan keperawatan yang
telah penulis laksanakan sejak tanggal 1 April 2010 sampai tanggal 3 April
2010. Pada Ny. Y umur 32 tahun didapatkan keluhan utama pasien nyeri tenggorokan.
Diagnosa keperawatan yang muncul pada kebutuhan tubuh. Gangguan komunikasi
verbal, cemas dari masalah yang muncul maka disusunlah rencana untuk mengatasi
nyeri, pelaksanaan tindakan keperawatan harus sesuai dengan rencana yang telah
disusun dan disesuaikan dengan peran dan fungsi perawat. Tahap akhir
keberhasilan dan sikap tindakan yang diberikan teratasi dan kembali normal.
Sumber bacaan : 9 buah.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Faring dapat disebut
juga daerah pertahanan tubuh terdepan fungsi ini salah satunya dipengang oleh
tonsil yang merupakan bagian dari orofaring tonsil mencegah agar infeksi tidak
menyebar keseluruh tubuh dengan cara menahan kuman yang masuk melalui mulut,
hidung dan kerongkongan oleh karena itu tidak jarang tonsil mengalami
peradangan (Rusmarjono, 2006)
Farigitis dan
tonsillitis sering ditemukan bersamaan. Tonsilofaringgitis merupakn peradangan
yang berulang pada tonsil dan faring yang memiliki faktor predisposisi antara
lain rangsangan kronis rokok, makanan tertentu, Hygiene mulut yang buruk,
pasien yang biasa bernafas melalui mulut karena hidungnya tersumbat, pengaruh
cuaca dan pengobatan tinsilofaringgitis sebelumnya yang tidak ade kuat
(Rusmarjono, 2006)
Penularan faringitis
terjadi melalui droplet. menginfiltrasi lapisan epitel, kemudian bila epitel
terkikis makan jaringan limpois superficial bereaksi, terjadi pembendungan
radang dengan infiltrasi leukosid polimorfonuklear (Manjoer, 2001)
Karena proses radang
berulang, maka epitel mukosa dan jaringan limfe terkikis sehingga pada proses
penyembuhan jaringan limfoid diganti jaringan parut jaringan ini akan mengerut
sehingga ruang antara kelompok melebar (kriptus) yang akan diisi oleh detritus,
proses ini meluas hingga menembus kapsul dan akhirnya timbul perlekatan
jaringan disekitar faring. (Arif, 2001).
Faringitis adalah
radang tenggorokan (faring) bisa disebabkan oleh virus maupun bakteri.
Faringitis kronis adalah merupakan suatu peradangan kronik dari mukosa faring
dengan melibatkan struktur kelenjar limfe setempat dan disertai dengan
imflamasi pada tansil dan daerah sekitarnya disebabkan oleh infeksi sinus
kronis (Rusmarjono, 2006)
Terdapat dua bentuk
faringgitis kronis, hiperplastik dan atrofi. Faktor predisposisi proses radang
kronis di faring ini adalah rinithis kronis, sinusitis, iritasi kronik yang
dialami perokok dan peminum alcohol. Juga inhalasi uap yang merangsang mukosa
faring pada pekerja dilaboratorium. Infeksi dapat menyebabkan terjadi
faringgitis kronis ini. daerah yang berdebu serta orang yang biasa bernafas
melalui mulut, karena hidung tersumbat merupakan merupakan salah satu faktor
penyebab terjadinya penyakit ini. (Tjokronego, 2000).
Pembesaran tonsil
diukur menurut derajatnya terhadap uvula. Semakin besar, akan semakin mendekati
ukula. Besar tonsil ditentukan sebagai berikut: T0 tonsil didalam fosa tonsil
atau telah diangkat, T1 bila besarnya ¼ jarak arkus anterior dan uvula. T2 Bila
besarnya 2/4 Jarak arkus anterior dan uvula. T3 bila besarnya ¾ jarak arkus
anterior dan uvula. T4 bila besarnya mencapai arkus anterior atau lebih
(Rusmarjono, 2006).
Peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan pada pasien Ny. Y dengan
faringitis ini dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar
manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan
menggunakan proses perawatan sehingga dapat ditentukan diagnosa keperawatan
agar bisa direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang dilakukan berupa
pemasangan infus, memberian obat secara oral yang tepat sesuai dengan tingkat
kebutuhan dasar manusia. Kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya.
Pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan dari yang sederhana sampai dengan
kompleks. (A. Aziz, 2004).
Menurut data yang didapatkan di badan pelayanan kesehatan Rumah Sakit Umum
di ruang inap penyakit T.H.T jumlah penderita penyakit faringitis kronis
terhitung mulai 2009 s/d 2010 terdapat 70 orang. (Rekam Medik Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum).
Berdasarkan uraian diatas penulis terdorong untuk membahas masalah tersebut
dalam bentuk laporan studi kasus dengan judul :“Asuhan Keperawatan Pada Ny. Y dengan Faringitis Kronis di Ruang Inap
Penyakit T.H.T Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum”.
B.
Tujuan Penulis
1.
Tujuan Umum
Untuk
mendapatkan gambaran dan pengalaman secara nyata dalam melaksanakan Asuhan
Keperawatan pada Ny. Y, dengan kasus Faringitis Kronis Di Ruang inap panyakit T.H.T (Telinga, hidung, tenggorokan ) Rumah Sakit Umum Daerah
2. Tujuan Khusus
a.
Dapat melakukan
pengkajian secara komprehensif pada Ny. Y, dengan kasus faringitis kronis Di Ruang inap panyakit T.H.T (Telinga, hidung, tenggorokan) Rumah Sakit Umum Daerah
b.
Dapat mengidentifikasi
masalah keperawatan berdasarkan data-data yang diperoleh pada Ny. Y, dengan
kasus faringitis kronis Di Ruang inap panyakit T.H.T (Telinga, hidung, tenggorokan) Rumah Sakit Umum Daerah
c.
Dapat merencanakan
tindakan Keperawatan pada Ny. Y, dengan kasus faringitis kronis Di Ruang inap panyakit T.H.T (Telinga, hidung, tenggorokan) Rumah Sakit Umum Daerah
d.
Dapat melaksanakan
tindakan Asuhan Keperawatan pada Ny. Y, dengan kasus faringitis kronis Di Ruang inap panyakit T.H.T (Telinga, hidung, tenggorokan) Rumah Sakit Umum Daerah
e.
Dapat mengevaluasi
hasil tindakan yang dilaksanakan terhadap tindakan yang tidak atau belum
berhasil
f.
Dapat mendokumentasikan
Asuhan Keperawatan pada Ny. Y, dengan kasus faringitis kronis Di Ruang inap panyakit T.H.T (Telinga, hidung, tenggorokan) Rumah Sakit Umum Daerah
BAB II
PEMBAHASAN
Pada bab ini
penulis akan membahas kasus yang penulis angkat pada penulisan laporan study
kasus yaitu pada pasien Ny. Y dengan faringitis kronis di Ruang Penyakit T.H.T
Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum yang dilkukan pada tanggal 1 April
sampai 3 April 2010, pembahasan meliputi pengkajian, diagnoksa keperawatan,
perencanaan, implementasi, evaluasi dan catatan perkembangan.
A.
PENGKAJIAN
Merupakan langkah
awal dari proses keperawatan dan merupakan hal yang paling utama rencana
keperawatan secara keseluruhan. hasil pengkajian yang dilakukan perawat
terkumpul dalam bentuk data. Adapun metode atau cara pengumpulan data yang
dilakukan dalam pengkajian meliputi wawancara, pemeriksaan (fisik,
laboratorium, rontgen), observasi, konsultasi. Tujuan pengkajian keperawatan
adalah pengumpulan data, mengelompokan data dan menganalisa data sehingga
ditemukan diagnoksa keperawatan.
- Identitas Pasien
Berdasarkan
hasil wawancara dan observasi yang penulis lakukan pada tanggal 1 April sampai
3 April 2010 yang didapatkan data sebagai berikut pasien bernama Ny. Y berumur
32 tahun, beralamat di Desa, beragama Islam, suku, bangsa Indonesia, jenis
kelamin perempuan, pendidikan terakhir MTsN, pekerjaan tani, status kawin,
pasien masuk dirumah sakit dan dirawat di ruang penyakit T.H.T Rumah Sakit Umum
Daerah no cm. 089294 dengan diagnosa medis faringitis kronis.
Faringitis kronis adalah merupakan
suatu peradangan kronik dari mukosa faring dengan melibatkan struktur kelenjar
limfe setempat dan disertai dengan imflamasi pada tansil dan daerah sekitarnya
disebabkan oleh infeksi sinus kronis (Rusmarjono, 2006).
- Keluhan Utama
Pasien
mengatakan nyeri pada kerongkongan dengan skala nyeri 5, keadaan umum pasien
lemah, Suara sengau. pasen mengatakan tidak ada nafsu makan, oasien mengatakan
sakit tenggorokan pada saat bicara, pasien mengatakan sangat kuatir dengan
penyakitnya.
Secara
teoritis penyakit faringitis kronis adalah suatu peradangan kronik dari mukosa
faring dan melibatkan struktur kelenjar limfe setempat dan disertai dengan
imflami pada tansil dan daerah sekitarnya. (Mansjoer, 2001).
- Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien
menderita sakit tenggorokan, kesulitan menelan, rasa nyeri pada tenggorokan
secara tiba-tiba pada keesokan harinya pasien dibawa ke poli THT sampai disana
pasien dianjurkan untuk diopname. Pasien tiba di ruang Rawat THT dengan infis
terpasang. Berdasarkan pemeriksaan pada daerah leher dan tenggorokan di poli
THT pada tanggal 29 Maret 2010 maka
didapatkan data, faring merah, nafas bau, suara sengau, dari hasil pemeriksaan
fisik maka dokter dapat mendiagnosakan (Dx) bahwa pasien menderita penyakit faringitis
kronis.
Secara
teori pasien menderita sakit tenggorokan, kesulitan menelan rasa nyeri pada
tenggorokan secara tiba-tiba pada keesokaan harinya pasien dibawa ke T.H.T
sampai disana pasien dianjurkan untuk diopname. Menurut teoritis hal ini
disebabkan oleh iritasi kontinyu dan batuk berlebihan. (Mansjoer, 2001).
- Riwayat Penyakit yang Lalu
Pasien pernah menderita penyakit tenggorokan pada usia 20 tahun dan pasien
sering menderita influenza dan batuk segera sembuh setelah minum obat yang
diperoleh dari Puskesmas dan dibeli dikios terdekat.
Secara teori Farigitis dan tonsillitis sering ditemukan bersamaan.
Tonsilofaringgitis merupakan peradangan yang berulang pada tonsil dan faring. (Tjokronego,
2000).
- Riwayat Penyakit Keluarga
Anggota
keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit seperti yang dialami pasien
saat ini. .
Secara teoritis penularan faringitis terjadi
melalui droplet. menginfiltrasi lapisan epitel, kemudian bila epitel terkikis
makan jaringan limpois superficial bereaksi, terjadi pembendungan radang dengan
infiltrasi leukosid polimorfonuklear (Manjoer, 2001)
- Pola Kebiasaan
1. Pola Nutrisi
Hasil pengkajian tentang pola kebiasaan nutrisi Ny.
Y sebelum sakit pasin makan 3x sehari dan menu berupa nasi, lauk pauk dan sayuran
dan pasien minum sebanyak 7 – 9 gelas sehari. Selama dirawat pola makan pasien
terganggu, pasien makan hanya ¼ porsi yang mampu dihabiskan dan minum 4 – 6
gelas sehari.
Menurut
teoritis pasien dengan faringitis kronis maka akan
mengalami rasa gatal/kering ditenggorokan, anoreksia (Mansjoer, 2001).
2. Pola Eliminasi
Pola
eliminasi pada pasien faringitis kronis diriwayatkan BAB 1 – 2 x sehari dengan
konsistensi padat berwarna kuning dan berbau khas tapi selama perawatan pasien,
pasien BAB tidak mengalami perubahan sedangkan BAK sebelum di rawat pola BAK
pasien tidak ada gangguan.
Secara teoritis pola BAB dan BAK pasien tidak
ada gangguan, BAB dan BAK pasien normal (Mansjoer, 2001).
3. Pola Aktivitas
Sebelum
sakit pasien beraktivitas sehari-hari sebagai ibu rumah tangga. Selama sakit
pasien tidak bisa beraktivitas seperti biasanya karena kondisi yang sedang
dirawat, aktivitas pasien seperti makan /minum, ganti baju dibantu oleh perawat
dan keluarga.
Secara
teoritis pasien dengan faringitis kronis akan mengalami gangguan aktivitas
karena kelemahan otot sendi (Mansjoer, 2001).
4. Pola Istirahat
Pola
isitirahat pasien sebelum sakit, istirahat pasien 7 – 9 jam / hari pasien tidur
dari jam 22.00 wib sampai 06.00 wib dan istirahat siang pasien 14.30 wib s/d
16.00 wib. Selama sakit pasien mengatakan istirahatnya terganggu saat nyeri.
Menurut teoritis tidur yang tidak mencukupi dan menumbuhkan kemampuan individu
untuk menolevasi nyeri dan menguras energi yang mereka butuhkan. (Mubarak,
2007).
5. Data Psikologis
Pasien mengatakan penyakit
yang dideritanya sekarang hanya merupakan cobaan dari Allah SWT tetapi merasa
cemas dan takut terjadi infeksi pada tenggorokannya. Menurut teoritis hal ini
disebabkan karena perasaan yang tidak jelas tentang keprihatinan dan khawatir
karena ancaman pada sistem nilai atau pola keamanan seseorang. (Carpenito,
2006).
6. Data Sosial
Hubungan pasien dengan anggota
keluargannya, lingkungan dan perawat terjalin baik sehingga pada waktu dirawat
di rumah sakit banyak saudara-saudara yang menjenguknya selain itu dengan
sesama pasien juga terbina hubungan yang baik.
7. Data Spritual
Sebelum sakit pasien dapat
melaksanakan ibadah sebagaimana mestinya dan selama sakit ibadah pasien jadi
terganggu dan pasien hanya berdoa kepada Allah SWT agar cepat diberikan
kesembuhan.
8. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan umum yang telah
dilakukan dan diperoleh data sebagai berikut : keadaan umum lemah, tingkat
kesadaran kompos mentis, tekanan darah 110/90 mmHg, respirasi 22 x/m, nadi 84
x/m, temperatur 36,5 0C. Berat badan 50 kg, pemeriksaan khusus :
bentuk kepala oval, rambut berwarna hitam bersih, mata simetris reflek cahaya
normal, hidung pesek tidak ada benjolan mulut/gigi mukosa mulut kering, lidah
tidak ada perubahan sisi masih utuh, telinga bersih pendengaran normal,
dada/thorak simetris, ekstermitas bawah pergerakan normal, genitalia tidak
terpasang kateler.
- Pemeriksaan Penunjang
Menurut analisa penulis hasil
pemeriksaan laboratorium didapatkan pemeriksaan darah lengkap dengan Hb : 12,6
gr, Led : 40 mm/jam dan leukosit : 13 – 800 /mm.
- Theraphy yang diberikan
Perawatan atau penatalaksanaan
medis yang didapat yaitu pemasangan, IVFD rinser laktat 10 tts/menit serta
obat-obatan oral.
B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 1 April 2010 maka penulis dapat
merumuskan beberapa diagnosa keperawatan sesuai perioritas masalah adalah
sebagai berikut :
1. Nyeri berhubungan dengan terjadi
peradangan pada mukosa faring sehingga menimbulkan nyeri pada daerah
tenggorokan.
2. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan pemenuhan nutrisi kurang di pengaruhi oleh
terganggunya proses menelan akibat pembengkakan faring dan dapat menimbulkan
rasa nyeri bila makanan yang masuk menekannya sehingga kebutuhan nutrisi tidak
terpenuhi
3. Gangguan komunikasi verbal berhubungan
dengan secara sistematik menyebabkan gangguan pita suara sehingga suara
serak/sengau.
4. cemas berhubugan dengan kurang pengetahuan
mengenai kondisi dan tindakan
Sedangkan pada tinjauan teoritis diagnoksa keperawatan yang mungkin muncul
pada faringitis kronis, menurut
(Mansjoer, 2001) adalah:
1. Adanya proses infeksi di kerongkongan
bergubugan dengan Nyeri kerongkongan.
2. Ketidak seimbangan nurtisi berhubungan
dengan anoreksia
3. Kelumpuhan otot faring berhubungan dengan
suara sengau.
4. Cemas berhubungan dengan kurang
pengetahuan mengenai kondisi dan tindakan.
C. Perencanaan dan Implementasi
Rencana tindakan keperawatan disusun dengan mempertimbangkan kemampuan
sumber yang dapat dijangkau seperti sumber daya perawat sendiri, pasien,
keluarga, fasilitas dan waktu yang telah tersedia rencana tindakan keperawatan
yang ada pada kasus tidak jauh berbeda dengan yang ada secara teoritis, namun
dipengaruhi oleh berapa faktor seperti keadaan pasien sarana dan prasarana
rumah sakit akan mempengaruhi dalam penyusunan perencenaan keperawatan.
Berdasarkan diagnosa diatas maka perencanaan dan implementasi yang dapat
diberikan pada Ny. Y berdasarkan perioritas masalah yaitu :
Diagnosa pertama nyeri berhubungan dengan terjadinya peradangan pada mukosa
faring, sehingga menimbulkan nyeri pada daerah tenggorokan dengan tujuan yang
diharapkan nyeri dapat teratasi dengan kriteria hasil nyeri tenggorokan hilang,
rasa sakit pada tenggorokan tidak ada lagi.
Maka perencanaan yang dapat diberikan adalah kaji tingkat nyeri dengan
menggunakan skala nyeri menurut Hayward dengan konsekuensi 0 – 10, atur posisi
tidur sesuai dengan keinginan pasien pasien, bantu pasien untuk menumbuhkan
secara teratur, anjurkan pasien tetap keadaan rilex.
Implementasi yang dilakukan untuk mengatasi nyeri mengkaji tingkat nyeri
yang dirasakan pasien dengan menggunakan skala nyeri, mengatur posisi pasien,
membersihkan tempat tidur, menganjurkan untuk tidak banyak bergerak.
Diagnosa
kedua gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
pemenuhan nutrisi kurang dipengaruhi oleh terganggunya proses menelan akibat
pembengkakan faring dan dapat menimbulkan rasa nyeri bila makanan yang masuk
menekannya sehingga kebutuhan nutrisi tidak terpenuhi dengan tujuan yang diharapkan kebutuhan nutrisi pasien dapat
terpenuhi secara adekuat, porsi yang disediakan bisa dihabiskan.
Maka perencanaan
yang dapat diberikan makanan yang lunak, sajikan makanan yang bervariasi dalam
porsi kecil tapi sering, ciptakan lingkungan yang tenang saat makan.
Implementasi
yang dilakuan untuk mengatasi gangguan pola nutrisi adalah memberikan makanan
yang lunak, menjelaskan manfaat makanan yang lunak, memberikan makanan dalam
porsi sedikit tapi sering.
Diagnosa
ketiga gangguan komunikasi verbal, tujuan yang diharapkan, komunikasi tidak
terganggu lagi, suara kembali normal, pasien tidak mengeluh lagi sakit pada
saat berbicara, nafas tidak bau.
Maka perencanaan yang diberikan lakukan pendektan
dengan pasien, ajak pasien untuk berkomunikasi, perkiraan tingkat implasi pada
daerah faring /pita suara.
Implementasi
yang dilakukan untuk ganggu komunikasi verbal adalah bina hubungan saling
percaya, melakukan pendekatan dengan pasien dan menjelaskan maksud dan tujuan,
mendiskusikan masalah kesehatan yang dialami perawatan yang diberikan serta
kebutuhan – kebutuhan yang diberikan selama pengobatan.
Diagnosa
keempat cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan mengenai kondisi dan
tindakan, tujuan yang diharapkan kecemasan yang dirasakan pasien dapat
teratasi, kecemasan pasien berkurang, pasien tidak mengerti mengenai
penyakitnya.
Maka
perencanaan yang dapat diberikan memberikan penjelasan pada pasien mengenai
penyakitnya, bantu keluarga dalam melaksanakan perawatan selama di rumah sakit.
Implementasi
yang diberikan untuk mengatasi cemas adalah menjelaskan pengertian dan penyebab
penyakit faringitis, menjelaskan komplikasi dari akibat penyakit faringitis,
mendiskusikan masalah kesehatan yang dialami perawatannya yang akan diberikan
serta kebutuhan sehari-hari yang diperlukan pasien selama pengobatan dan
perawatan.
Ansietas
adalah suatu perasaan yang tidak jelas tentang keperihatinan dan kekhawatiran
karena ancaman pada sistem nilai atau pola keamanan seseorang. (Carpenito,
2006).
D. Evaluasi
Pengukuran
keberhasilan suatu tindakan keperawatan dapat dinilai melalui evaluasi sebagai
tahap terakhir dari pelaksanaan asuhan keperawatan. Penilaian dilakukan terus
menerus dan berkesinambungan dengan cara mengamati perubahan-perubahan yang
terjadi pada pasien dalam hal ini akan menuraikan dari setiap diagnosa yang
muncul pada pasien.
Diagnosa
keperawatan nyeri berhubungan dengan peradangan pada mukosa faring menimbulkan
nyeri pada daerah tenggorokan. Masalah ini dapat diatasi sebagian pada hari
terakhir perawatan, hal ini disebabkan nyeri pada saat menelan dengan skala
nyeri 2.
Masalah
gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
pemenuhan nutrisi kurang dipengaruhi oleh gangguan proses menelan, masalah
teratasi sebagian, walaupun makan sedikit tapi sering.
Masalah
gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan secara sistematis menyebabkan
gangguan pita suara sehingga suara serak/sengau. Masalah ini teratasi sebagian
disebabkan gangguan pita suara sehingga suara pasien masih serak.
Cemas
berhubungan dengan kurang pengetahuan mengenai kondisi dan tindakan, masalah
ini teratasi pada hari pertama, hal ini disebabkan pasien sudah tampak tenang,
pasien sudah tidak lagi cemas walaupun keadaannya belum membaik.
BAB III
PENUTUP
Berdasarkan
uraian yang telah penulis uraikan dalam BAB I dan BAB II maka pada BAB III
laporan studi kasus penulis akan mengambil beberapa kesimpulan dan saran-saran
dengan harapan akan dapat menyempurnakan pelayanan kepada pasien faringitis
khususnya dan kemampuan pelaksanaan asuhan keperawatan pada umumnya.
B. Kesimpulan
1. Faringitis adalah peradangan dan infeksi
tenggorokan karena bermacam-macam kuman atau faringitis adalah imflamsi yang
paling sering disebabkan oleh virus (selisma) atau bakteri (seuptococcus).
Sakit tenggorokan karena bakteri atau virus sering memberikan riwayat yang
identik keduanya dimulai dengan rasa akut.
2. Faringitis diperoleh gambaran data seperti
keadaan umum lemah, sakit tenggorokan, kesulitan menelan, demam tenggorokan
dapat berwarna merah dan sakit yang menyeluruh.
3. Permasalahan yang ditemukan dan sedang
dihadapi oleh pasien faringitis adalah gangguan rasa nyeri, gangguan komunikasi
verbal dan cemas.
4. Intervensi keperawatan yang dilaksanakan
pada pasien faringitis berorientasi pada kebutuhan darah dengan melihat
prioritas masalah yang diarahkan untuk memenuhi rasa nyaman.
5. Dalam melaksanakan intervensi keperawatan
pada pasien dan disesuaikan dengan masalah dan rencana yang telah disusun
berupa tindakan kolaboratif dan temuan kesehatan lain seperti tim medis.
6. Dari hasil evaluasi yang telah dilakukan pada
pasien farangitis kronis diketahui faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau
asuhan keperawatan seperti kerja sama dengan keluarga dan tim kesehatan lainnya
serta pelayanan dukungan pelayanan yang ad. Hasil evaluasi yang dilakukan dari
asuhan keperawatan efektif dalam mengatasi masalah pasien.
C.
Saran-Saran
1. Untuk semua perawat hendaknya berupaya
dalam melaksanakan asuhan keperawatan menyeluruh dengan melihat aspek
bio-psiko-sosial yang disesuiakan dengan tingkat kebutuhan dan perkembangan
pasien.
2. Asuhan keperawatan yang dilaksanakan
hendaknya melibatkan tim kesehatan /keperawatan dan pasien atau keluarga secara
konsisten dan bertanggung jawab sesuai dengan mengoptimalkan keluarga/pasien.
3. Pendidikan kesehatan yang diberikan pada
Ny. Y / keluarga hendaknya harus diberikan secara intensif sesuai tingkat
kemampuannya untuk dapat mengusahakan segala sesuatu yang berhubungan dengan
pengobatan /perawatan selama dirumah sakit atau dirumahnya.
4. Pada evaluasi ini tindakan hendaknya dalam
memberi perawatan mampu melakukan penilaian dengan baik terhadap rencana
tindakan keperawatan sesuai dengan tujuan yang diharapkkan.
5. Kami himbau kepada segenap tenaga
keperawatan maupun tim medis agar lebih mengutamakan kepentingan pasien di
antara kepentingan pribadi.
0 komentar:
Post a Comment