This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Saturday, 8 June 2013

Gambaran Pengetahuan Mahasiswa Diploma III Kebidanan Tingkat II Tentang Penanganan bayi Letak Sungsang DI Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes)



BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Visi Kementerian Kesehatan adalah “Masyarakat Sehat yang mandiri dan berkeadilan. Sedangkan misinya adalah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani; melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan; menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya kesehatan; dan menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik (Depkes RI, 2010).
Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih cukup tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) kelahiran hidup, Angka Kematian Neonatus (AKN) 19 per 1000 kelahiran hidup. Berdasarkan kesepakatan global (Millenium Develoment Goals/MDG’s 2000) pada tahun 2015, diharapkan angka kematian ibu menurun dari 228 pada tahun 2007 menjadi 102 per 100.000 KH dan angka kematian bayi menurun dari 34 pada tahun 2007 menjadi 23 per 1000 KH (Depkes RI, 2011).
Upaya penurunan AKI harus difokuskan pada penyebab langsung kematian ibu, yang terjadi 90% pada saat persalinan dan segera setelah pesalinan yaitu perdarahan (28%), eklamsia (24%), infeksi (11%), komplikasi pueperium 8%, partus macet 5%, abortus 5%, trauma obstetric 5%, emboli 3%, dan lain-lain 11% (SKRT 2001). Kematian ibu juga diakibatkan beberapa faktor resiko keterlambatan (Tiga Terlambat), di antaranya terlambat dalam pemeriksaan kehamilan, terlambat dalam memperoleh pelayanan persalinan dari tenaga kesehatan, dan terlambat sampai di fasilitas kesehatan pada saat dalam keadaan emergensi. Salah satu upaya pencegahannya adalah melakukan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan. kelompok sasaran miskin (Quintile 1) baru mencapai sekitar 69,3%. Sedangkan persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan baru mencapai 55,4% (Depkes RI, 2011).
Perkembangan pendidikan bidan berhubungan dengan perkembangan pelayanan kebidanan. Keduanya berjalan seiring untuk menjawab kebutuhan atau tuntutan masyarakan akan kebutuhan pelayanan kebidanan, yang dimaksud dengan pendidikan bidan adalah pendidikan formal (Sofyan, 2007)
Mengingat besarnya tanggung jawab dan beban kerja bidan dalam melayani masyarakat, pemerintah bersama dengan Ikatan Bidan Indonesia (IBI) telah mengupayakan pendidikan bagi bidan agar dapat menghasilkan lulusan yang mampu memberikan pelayanan yang berkualitas dan dapat berperan sebagai tenaga kesehatan profesional (Estiwidani, 2009).
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang normal dalam kehidupan. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial bagi ibu dan keluarga, peranan ibu adalah melahirkan bayinya, sedangkan peran keluarga adalah memberikan bantuan dan dukungan pada ibu ketika terjadinya persalinan. Dalam hal ini peran petugas kesehatan tidak kalah pentingnya dalam memberikan bantuan dan dukungan pada ibu agar seluruh rangkaian proses persalinan berlangsung dengan aman (Sumarah, 2008).
Persalinan letak sungsang, kejadianya berkisar antara 2 % sampai 3 % bervariasi diberbagai tempat. Sekaligus kejadian kecil, tetapi mempunyai penyulit yang besar dengan angka kematian sekitar 20 % sampao 30 % (Manuaba, 2007)
Pertolongan persalinan letak sungsang memerlukan perhatian karena dapat menimbulkan komplikasi kesakitan, cacat permanen sampai dengan kematian bayi, menghadap persalinan sungsang dapat diambil tindakan saat kehamilan melakukan versi luar, persalinan diselesaikan per vaginan atau pertolongan persalinan dengan seksio sesaria (Manuaba, 2007)
Pada pertolongan secara Bracht tidak selalu bahu dan kepala berhasil dilahirkan, sehingga untuk mempercepat kelahiran bahu dan kepala dilakukan manual aid atau manual hilfe yaitu habu dapat dilahirkan secara klasik, mueller atau lovset, dan kepala bisa dilahirkan secara maureceau. Cara klasik terutama dilakukan apabila lengan depan mengjungkit keatas atau berada di belakang leher bayi, karena memutar tubuh bayi dapat membahayakan, maka bila lengan depan letaknya normal, cara klasik dapat dilakukan tanpa memutar tubuh bayi (Kusmiyati, 2010).

PENYAKIT CROHN



Penyakit Crohn (Enteritis Regionalis, Ileitis Granulomatosa, Ileokolitis) adalah peradangan menahun pada dinding usus.
Enteritis regional, ileokolitis, atau penyakit crohn merupakan suatu penyakit peradangan granulomatosa kronik pada saluran cerna yang sering terjadi berulang.
Penyakit ini mengenai seluruh ketebalan dinding usus. Kebanyakan terjadi pada bagian terendah dari usus halus (ileum) dan usus besar, namun dapat terjadi pada bagian manapun dari saluran pencernaan, mulai dari mulut sampai anus, dan bahkan kulit sekitar anus.
Pada beberapa dekade yang lalu, penyakit Crohn lebih sering ditemukan di negara barat dan negara berkembang. Terjadi pada pria dan wanita, lebih sering pada bangsa Yahudi, dan cenderung terjadi pada keluarga yang juga memiliki riwayat kolitis ulserativa. Kebanyakan kasus muncul sebelum umur 30 tahun, paling sering dimulai antara usia 14-24 tahun.Penyakit ini mempengaruhi daerah tertentu dari usus, kadang terdapat daerah normal diantara daerah yang terkena.
Pada sekitar 35 % dari penderita penyakit Crohn, hanya ileum yang terkena. Pada sekitar 20%, hanya usus besar yang terkena. Dan pada sekitar 45 %, ileum maupun usus besar terkena.
Sistim Pencernaan
2.2       ETIOLOGI
Etiologi penyakit crohn tidak diketahui. Penelitian memusatkan perhatian pada tiga kemungkinan penyebabnya, yaitu :
a)      Kelainan fungsi sistem pertahanan tubuh.
b)      Infeksi.
c)      Makanan.
Walaupun tidak ditemukan adanya autoantibodi, enteritis regional diduga merupakan reaksi hipersensitivitas atau mungkin disebabkan oleh agen infektif yang belum diketahui. Teori-teori ini dikemukakan karena adanya lesi-lesi granulomatosa yang mirip dengan lesi-lesi yang dtemukan pada jamur dan tuberkulosis paru. Terdapat beberapa persamaan yang menrik antara enteritis regional dan kolitis ulseratif. Keduanya adalah penyakit radang, walaupun lesinya berbeda. Kedua penyakit ini mempunyai manifestasi di luar saluran cerna yaitu uveitis, artritis dan lesi-lesi kulit yang identik.

2.3       PATOFISIOLOGI
            Enteritis regional umumnya terjadi pada remaja atau dewasa muda, tetapi dapat terjadi kapan saja selam hidup. Keadaan ini sering terihat pada populasi 50-80 tahun. Meskipun ini dapat terjadi dimanasaja disepanjang saluran gastrointestinal, area paling umum yang serin terkena adalah ilium distal dan kolon.
            Enteritis regional adalah inflamasi kronis dan subkutan yang meluas keseluruh lapisan dimding usus dari mukosa usus, ini disebut juga transmural. Pembentukan fistula, fisura, dan abses terjadi sesuai luasnya inflamasi kedalaman peritonium, lesi (ulkus) tidak pada kontak terus menerus, granuloma terjadi pada setengah kasus. Pada kasus lanjut mukosa usus mempunyai penampilan ”Coblestone”. Dengan berlanjutnya penyakit, dinding usus menebal dan menjadi tibrotit, dan lumen usus menyempit.
           
2.4       PATOGENESIS
Ileum terminal terserang pada sekitar 80% kasus enteritis regional. Pada sekitar 35% kasus lesi-lesi terjadi pada kolon. Esofagus dan lambung lebih jarang terserang. Dalam beberapa hal terjadi lesi “melompat” yaitu bagian usus yang sakit dipisahkan oleh daerah-daerah usus normal sepanjang beberapa inci atau kaki. Lesi diduga mulai pada kelenjar limfe dekat usus halus yang akhirnya menyumbat aliran saluran limfe. Selubung submukosa usus jelas menebal akibat hiperplasia jaringan limfoid dan limfedema. Dengan berlanjutnya proses patogenik, segmen usus yang terserang menebal sedemikian rupa sehingga kaku seperti slang kebun, lumen usus menyempit, sehingga hanya sedikit dilewati barium, menimbulkan “string sign” yang terlihat pada radiogram. Seluruh dinding usus terserang. Mukosa seringkali meradang dan bertukak disertai eksudat yang putih abu-abu.
2.5       TANDA DAN GEJALA
Para penderita mengeluh mengenai sakit perut yang berulang-ulang, sering mendapat serangan diare, atau sebaliknyasusah buang air besar, kadang-kadang panas, nafsu makan berkurang dan penurunan berat badan.
Perdarahan per anum sering disebabkan radang pada kolon.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan benjolan atau rasa penuh pada perut bagian bawah, lebih sering di sisi kanan. Komplikasi yang sering terjadi dari peradangan ini adalah penyumbatan usus, saluran penghubung yang abnormal (fistula) dan kantong berisi nanah (abses).
Bila penyakit Crohn menyebabkan timbulnya gejala-gejala saluran pencernaan, penderita juga bisa mengalami :
  • peradangan sendi (artritis).
  • peradangan bagian putih mata (episkleritis).
  • luka terbuka di mulut (stomatitis aftosa).
  • nodul kulit yang meradang pada tangan dan kaki (eritema nodosum).
  • luka biru-merah di kulit yang bernanah (pioderma gangrenosum).

Jika penyakit Crohn tidak menyebabkan timbulnya gejala-gejala saluran pencernaan, penderita masih bisa mengalami :
  • peradangan pada tulang belakang (spondilitis ankilosa).
  • peradangan pada sendi panggul (sakroiliitis).
  • peradangan di dalam mata (uveitis) .
  • peradangan pada saluran empedu (kolangitis sklerosis primer).

Pada anak-anak, gejala-gejala saluran pencernaan seperti sakit perut dan diare sering bukan merupakan gejala utama dan bisa tidak muncul sama sekali.
Gejala utamanya mungkin berupa peradangan sendi, demam, anemia atau pertumbuhan yang lambat. Pola umum dari penyakit Crohn, Gejala-gejala penyakit Crohn pada setiap penderitanya berbeda, tetapi ada 4 pola yang umum terjadi, yaitu :
1.      Peradangan : nyeri dan nyeri tekan di perut bawah sebelah kanan
2.      Penyumbatan usus akut yang berulang, yang menyebabkan kejang dan nyeri hebat di dinding usus,   pembengkakan perut, sembelit dan muntah-muntah
3.      Peradangan dan penyumbatan usus parsial menahun, yang menyebabkan kurang gizi dan kelemahan  menahun
4.      Pembentukan saluran abnormal (fistula) dan kantung infeksi berisi nanah (abses), yang sering menyebabkan demam, adanya massa dalam perut yang terasa nyeri dan penurunan berat badan.

2.6       KOMPLIKASI
Pada kasus yang menahun, timbul striktura yang menyebabkan obstruksi, fistel-fistel antara usus dan usus kecil atau antara usus dan kandung kemih atau fistel antara usus dan kulit. Di sekitar anus terdapat fistel-fistel, fisur-fisur dan abses-abses. Perdarahan yang banyak atau perforasi jarang terjadi. Begitupula jarang terjadi dilatasi akut. Karsinoma kolon dulu diduga tidak begitu sering akan tetapi sekarang kasus. Karsinoma lebih sering ditemukan pada kolitis Crohn. Kadang-kadang timbul hiperoxaluria dan batu oxalat. Proses radang dapat menjalar ke ureter yang menyebabkan pyelonefritis yang berulang, stenosis pada ureter dan hidronefrosis.
2.7       DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya kram perut yang terasa nyeri dan diare berulang, terutama pada penderita yang juga memiliki peradangan pada sendi, mata dan kulit.
Tidak ada pemeriksaan khusus untuk mendeteksi penyakit Crohn, namun pemeriksaan darah bisa menunjukan adanya :
·         anemia.
·         peningkatan abnormal dari jumlah sel darah putih.
·         kadar albumin yang rendah
·         tanda-tanda peradangan lainnya.
Barium enema bisa menunjukkan gambaran yang khas untuk penyakit Crohn pada usus besar. Jika masih belum pasti, bisa dilakukan pemeriksaan kolonoskopi (pemeriksaan usus besar) dan biopsi untuk memperkuat diagnosis. CT scan bisa memperlihatkan perubahan di dinding usus dan menemukan adanya abses, namun tidak digunakan secara rutin sebagai pemeriksaan diagnostik awal.

2.8  PROGNOSIS
Beberapa penderita sembuh total setelah suatu serangan yang mengenai usus halus. Tetapi penyakit Crohn biasanya muncul lagi dengan selang waktu tidak teratur sepanjang hidup penderita. Kekambuhan ini bisa bersifat ringan atau berat, bisa sebentar atau lama.
Mengapa gejalanya datang dan pergi dan apa yang memicu episode baru atau yang menentukan keganasannya tidak diketahui.
Peradangan cenderung berulang pada daerah usus yang sama, namun bisa menyebar pada daerah lain setelah daerah yang pernah terkena diangkat melalui pembedahan.
Penyakit Crohn biasanya tidak berakibat fatal. Tetapi beberapa penderita meninggal karena kanker saluran pencernaan yang timbul pada penyakit Crohn yang menahun.

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN PASIEN PENYAKIT KRONIS



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Keperawatan jiwa merupakan suatu bidang spesialisasi praktik keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan penggunaan dirinya  secara terapeutik sebagai kiatnya. Keperawatan jiwa juga merupakan salah satu dari lima inti disiplin kesehatan mental. Perawat menjalankan profesinya menggunakan ilmu pengetahuannya menerapkan ilmu-ilmu psikososial, biofisik, teori-teori kepribadian dan perilaku manusia untuk menurunkan suatu kerangka kerja teoritik yang menjadi landasan praktik keperawatan.
Pelayanan keperawatan, kesehatan jiwa bukan hanya ditujukan pada klien dengan gangguan jiwa tetapi juga pada klien dengan masalah psikososial, yang ditujukan pada semua orang dan lapisan masyarakat sehingga tercapai sehat mental dan hidup harmonis secara produktif.
Manusia sebagaimana dia ada pada suatu waktu merupakan suatu interaksi antara badan, jiwa dan lingkungan. Ketiga unsur  ini saling  mempengaruhi segala keutuhan manusia sebagai mana dia ada. Konsep kesehatan jiwa memang perlu adanya  pengalaman dan penanganan  khusus oleh karena permasalahan yang berhubungan dengan kejiwaan sangatlah rumit dan sulit untuk membeda-bedakan orang yang mengalami gangguan jiwa dan orang normal, perbandingannya sangat tipis dan hampir tampak seperti orang yang normal.
Oleh karena itu, memang perlu adanya kemampuan khusus baik ilmu maupun ketrampilan dalam penerapan asuhan keperawatan jiwa. Keperawatan sebagai bagian dari kesehatan jiwa merupakan bidang spesialis praktik keperawatan yang menerapkan teori prilaku manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri secara terapeutik kiatnya. Perawat jiwa dalam bekerja memberikan stimulus konstruktif kepada klien(individu, kelompok, dan masyarakat) dan berespon secara konstruktif sehingga klien belajar cara penyelesaian masalah.
Keberhasilan perawatan klien dengan penyalagunaan tergantung dari bagaimana perawat secara terapeutik memberikan asuhan keperawatan kepada klien dengan masalah jiwa. Kita sebagai mahasiswa calon-calon tenaga perawat harus di persiapkan untuk menghadapi tantangan dalam perawatan jiwa.  Pengetahuan,ketrampilan dan sikap yang baik adalah syarat mutlak yang harus dimiliki oleh seorang perawat . Praktek lapangan secara langsung untuk penerapan teori, pemantapan ketrampilan dan penggunaan sikap dalam menghadapi masalah di lapangan itu perlu.
Manusia sebagaimana dia ada pada suatu waktu merupakan suatu interaksi antara badan, jiwa dan lingkungan. Ketiga unsur  ini saling  mempengaruhi segala keutuhan manusia sebagai mana dia ada. Konsep kesehatan jiwa memang perlu adanya  pengalaman dan penanganan  khusus oleh karena permasalahan yang berhubungan dengan kejiwaan sangatlah rumit dan sulit untuk membeda-bedakan orang yang mengalami gangguan jiwa dan orang normal, perbandingannya sangat tipis dan hampir tampak seperti orang yang normal.
Oleh karena itu, memang perlu adanya kemampuan khusus baik ilmu maupun ketrampilan dalam penerapan asuhan keperawatan jiwa. Keperawatan sebagai bagian dari kesehatan jiwa merupakan bidang spesialis praktik keperawatan yang menerapkan teori prilaku manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri secara terapeutik kiatnya. Perawat jiwa dalam bekerja memberikan stimulus konstruktif kepada klien(individu, kelompok, dan masyarakat) dan berespon secara konstruktif sehingga klien belajar cara penyelesaian masalah.
Keberhasilan perawatan klien dengan penyalagunaan tergantung dari bagaimana perawat secara terapeutik memberikan asuhan keperawatan kepada klien dengan masalah jiwa. Kita sebagai mahasiswa calon-calon tenaga perawat harus di persiapkan untuk menghadapi tantangan dalam perawatan jiwa.  Pengetahuan,ketrampilan dan sikap yang baik adalah syarat mutlak yang harus dimiliki oleh seorang perawat . Praktek lapangan secara langsung untuk penerapan teori, pemantapan ketrampilan dan penggunaan sikap dalam menghadapi masalah di lapangan itu perlu.
Klien yang dirawat di rumah sakit umum dengan masalah fisik juga mengalami masalah psikososial seperti berdiam diri, tidak ingin bertemu dengan orang lain, merasa kecewa, putus asa, malu dan tidak berguna disertai keragu-raguan dan percaya diri yang kurang. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada klien seperti laboratorium, CT scan dan tindakan seperti suntikan, infus, observasi rutin sering membuat klien merasa sebagai objek.
Keluarga juga sering merasa khawatir dan ketidakpastian keadaan klien ditambah dengan kurangnya waktu petugas kesehatan seperti dokter dan perawat untuk membicarakan keadaan klien terutama pada ruangan gawat darurat, tim kesehatan fokus pada penyelamatan klien dengan segera. Klien dan keluarga kurang diberi informasi yang dapat mengakibatkan perasaan sedih, ansietas, takut marah, frustasi dan tidak berdaya karena infomasi yang kurang jelas disertai ketidakpastian. Dengan melakukan asuhan keperawatan pada konsep diri klien yang diintegrasikan secara komprehensif, diharapkan klien dan keluarga sesegera mungkin dapat berperan serta sehingga self care atau perawatan diri dan family support (dukungan keluarga dapat terwujud).
Keadaan klien dan keluarga ini dapat diatasi dengan cara meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan. Salah satu aspek yang dapat dilakukan adalah asuhan keperawatan psikososial yang akan membhas tentang penyakit terminal, penyakit kronis, kehilangan, ansietas, gangguan konsep diri, dan masalah krisis. Dalam kehidupan, manusia harus mengatasi masalah terus menerus untuk menjaga keseimbangan atau balance antara stress dan mekanisme koping. Jika tidak seimbang maka akan bisa terjadi kondisi kronis.
Pasien dengan penyakit kronis seperti ini akan melalui suatu proses pengobatan dan perawatan yang panjang. Jika penyakitnya berlanjut maka suatu saat akan dicapai stadium terminal yang ditandai dengan oleh kelemahan umum, penderitaan, ketidak berdayaan, dan akhirnya kematian.
Pada stadium lanjut, pasien dengan penyakit kronis tidak hanya mengalami berbagai masalah fisik seperti nyeri, sesak nafas, penurunan berat badan, gangguan aktivitas tetapi juga mengalami gangguan psikososial dan spiritual yang mempengaruhi kualitas hidup pasien dan keluarganya. Maka kebutuhan pasien pada stadium lanjut suatu penyakit tidak hanya pemenuhan/pengobatan gejala fisik, namun juga pentingnya dukungan terhadap kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual yang dilakukan dengan pendekatan interdisiplin yang dikenal sebagai perawatan paliatif atau palliative care.
Dalam perawatan paliatif maka peran perawat adalah memberikan Asuhan Keperawatan pada Pasien kronis untuk membantu pasien menghadapi penyakitnya.