This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Wednesday, 23 January 2013

DAFTAR JUDUL KARYA TULIS ILMIAH



 
FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN EPISIOTOMI  PADA IBU BERSALIN
DI BPK RUMAH SAKIT UMUM

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KEMATIAN JANIN DALAM KANDUNGAN (KJDK) DI RUANG BERSALIN DI BPK RUMAH SAKIT UMUM



GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR  YANG  BERHUBUNGAN  DENGAN KEJADIAN KURETAGE DI RUANG
KEBIDANAN DI BPK RSU


GAMBARAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA PRE-EKLAMSI BERAT DI RUANG KEBIDANAN BPK RSU

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN PERINEUM PADA MASA NIFAS

“Gambaran Pengetahuan Akseptor KB tentang Kontrasepsi MAL (Metode Amenorea Laktasi) di Puskesmas”.
TINJAUAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRODUKSI ASI PADA IBU MENYUSUI DI DESA

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR TERJADINYA ANEMIA PADA IBU HAMIL DI BPS

Gambaran Gambaran Pengetahuan ibu menyusui tentang Manajemen laktasi Di Desa


GAMBARAN PENGETAHUAN YANG MENDORONG IBU AGAR BAYINYA MENDAPATKAN IMUNISASI DASAR  DI DESA

GAMBARAN FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN
AIR SUSU IBU DI BIDAN PRAKTEK SWASTA 

Gambaran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Hipertensi Pada Ibu Hamil Di Bidan Praktek Swasta

GAMBARAN KARAKTERISTIK DAN PERILAKU IBU HAMIL TENTANG PLASENTA PREVIA DI BIDAN PRAKTEK SWASTA

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU POSTPARTUM  TENTANG
 PERAWATAN PADA BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH
DI BPS

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERTUMBUHAN FISIK BALITA DI BPS

Gambaran Kepatuhan Ibu Hamil Terhadap Pelayanan Antenatal Care Di Puskesmas

GAMBARAN FAKTOR - FAKTOR KEPATUHAN IBU HAMIL DALAM MENGKONSUMSI TABLET ZAT BESI DI PUSKESMAS


GAMBARAN TUMBUH KEMBANG ANAK YANG DIBERIKAN SUSU FORMULA PADA USIA 0 – 1 TAHUN DI

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG IMUNISASI
TETANUS TOXOID DI PUSKESMAS 

KOMPRESI BIMANUAL INTERNAL (KBI) DAN KOMPRESI BIMANUAL EKTERNAL (KBE)



1.      Atonia Uteri
Atonia uteri adalah suatu kondisi dimana myometrium tidak dapat berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali keadaan ini dapat terjadi bila uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan rangsangan taktil (masase) fundus uteri, dan untuk mengatasinya segera dilakukan Kompresi Bimanual Internal (KBI) dan kompresi Bimanual Eksternal (KBE) (Sumarah, 2008).
Pada kehamilan cukup bulan aliran darah ke uterus sebanyak 500-800 cc/menit. Jika uterus tidak berkontraksi dengan segera setelah kelahiran plasenta, maka ibu dapat mengalami perdarahan sekitar 350-500 cc/menit dari bekas tempat melekatnya plasenta. Bila uterus berkontraksi maka miometrium akan menjepit anyaman pembuluh darah yang berjalan diantara serabut otot tadi. Atonia uteri adalah suatu kondisi dimana miometrium tidak dapat berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali (Depkes RI, 2008).
Seorang ibu dapat meninggal karena perdarahan pascapersalinan dalam waktu kurang dari satu jam. Atonia uteri menjadi penyebab lebih dari 90% perdarahan pascapersalinan yang terjadi dalam 24 jam setelah kelahiran bayi. Sebagian besar kematian akibat perdarahan pascapersalinan terjadi pada beberapa jam pertama setelah kelahiran bayi. Karena alasan ini, penatalaksanaan persalinan kala tiga sesuai standar dan penerapan manajemen aktif kala tiga merupakan cara terbaik dan sangat penting untuk mengurangi kematian ibu (Depkes RI, 2008)
2.    Faktor Predisposisi Atonia Uteri
Beberapa factor predisposisi yang terkait dengan perdarahan pascapersalinan yang disebabkan oleh atonia uterus adalah:
a.    Yang menyebabkan uterus membesar lebih dari normal selama kehamilan, diantaranya: Jumlah air ketuban yang berlebihan (polihidramnion), Kehamilan gemeli. Janin besar (makrosomia)
b.    Kala satu  dan/atau dua yang memanjang
c.    Persalinan cepat (partus presipatatus)
d.   Persalinan yang diinduksi atau dipercepat dengan oksitosin (augmentasi)
e.    Infeksi intrapartum
f.     Multiparitas tinggi
g.    Magnesium sulfat digunakan untuk mengendalikan kejang pada preeklampsia/eklampsia
Pemantulan melekat pada semua ibu pascaperdarahan, dua  per tiga dari  semua kasus perdarahan pascapersalinan terjadi pada ibu tanpa factor risiko yang diketahui sebelumnya dan tidak mungkin memperkirakan ibu mana  yang akan mengalami atonia uteri atau perdarahan pascapersalinan. Karena alasan tersebut maka manajemen aktif kala tiga merupakan hak yang sangat penting dalam upaya menurunkan kesakitan dan kematian ibu akibat perdarahan pascapersalinan.
3.    Penatalaksanaan KBI menurut Depkes (2008)
Atonia uteri terjadi jika uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan rangsangan taktil (masase) fundus uteri:
a.         Segera lakukan kompresi bimanual internal.
1)      Pakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril, dengan lembut masukan secara obstetric (menyatukan kelima ujung jari) melalui introitus ke dalam vagina ibu.
2)      Periksa vagina dan serviks. Jika ada selaput ketuban atau bekuan darah pada kavum uteri mungkin hal ini menyebabkan uterus tak dapat berkontraksi secara penuh.
3)      Kepalkan tangan dalam dan tempatkan pada forniks anterior, tekan dinding anterior uterus ke  arah tangan luar yang menahan dan mendorong dinding posterior uterus ke arah  depan sehingga uterus ditekan dari arah depan dan belakang.
4)      Tekan kuat uterus di antara kedua tangan. Kompresi uterus ini memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah yang terbuka (bekas implantasi plasenta) di dinding uterus dan juga merangsang miometrium untuk berkontraksi.
5)      Evaluasi keberhasilan:
a)   Jika uterus berkontraksi dan perdarahan berkurang, teruskan melakukan KBI selama dua menit, kemudian perlahan-lahan keluarkan tangan dan pantau ibu secara melekat selama kala empat.
b)   Jika uterus berkontraksi tapi perdarahan masih berlangsung, periksa ulang perineum,vagina dan serviks apakah terjadi leserasi . jika demikian, segera lakukan penjahitan untuk menghentikan  perdarahan.
c)   Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 5 menit, ajarkan keluarga untuk melakukan kompresi bimanual eksternal kemudian lakukan langkah-langkah penatalaksanaan atonia uteri selanjutnya. Minta keluarga untuk mulai menyiapkan rujukan. Alasan : Atonia uteri sering kali bisa diatasi dengan KBI, jika KBI tidak berhasil dalam waktu 5 menit diperlukan tindakan-tindakan lain.
b.         Berikan 0,2 mg ergometrin IM atau misoprostol 600-1000 meg per rectal. Jangan berikan ergometrin dapat menaikkan tekanan darah .
c.         Gunakan jarum berdiameter besar ( ukuran 16 atau 18), pasang infuse dan berikan 500 cc larutan Ringer Laktat yang mengandung 20 unit oksitosin. Alasan : Jarum berdiameter besar memungkinkan pemberian larutan IV secara cepat dan dapat dipakai untuk transfusi darah (jika perlu). Oksitosin  secara IV cepat merangsang kontraksi uterus. Ringer Laktat diberikan untuk restorasi volume cairan yang hilang selama perdarahan.
d.        Pakai sarung tangan steril atau disinfeksi tingkat tinggi dan ulangi KBI. Alasan : KBI dengan ergometrin dan oksitosin akan membantu uterus berkontraksi.
e.         Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 1 sampai 2 menit, segera rujuk ibu karena hal ini bukan atonia uteri sederhana. Ibu membutuhkan tindakan gawat darurat di fasilitas kesehatan rujukan yang mampu melakukan tindakan operasi dan transfusi darah.
f.          Sambil membawa ibu ke tempat rujukan, teruskan tindakan KBI dan infuse cairan hingga ibu tiba di tempat rujukan.
1)    Infus 500 ml pertama dihabiskan dalam waktu 10 menit.
2)    Berikan tambahan 500 ml/jam hingga tiba di tempat rujukan atau hingga jumlah cairan yang diinfuskan mencapai 1,5 liter dan kemudian lanjutkan dalam jumlah 125 cc/jam.
3)    Jika cairan infus tidak cukup, infuskan 500 ml (botol kedua) cairan infuse dengan tetesan sedang dan tambah dengan pemberian cairan secara oral untuk dehidrasi.
4.    Penatalaksanaan KBE Menurut Depkes RI (2008)
a.    Letakkan satu tangan pada dinding abdomen dan dinding depan korpus uteri dan di atas simfisis pubis.
b.    Letakkan tangan lain pada dinding abdomen dan dinding belakang korrpus uteri, sejajar dengan dinding depan korpus uteri. Usahakan untuk mencakup/memegang bagian belakang uterus seluas mungkin.
c.    Lakukan kompresi uterus dengan cara saling mendekatkan tangan depan dan belakang agar pembuluh darah di dalam anyaman miometrium dapat dijepit secara manual. Cara ini dapat menjepit pembuluh darah uterus dan membantu uterus berkontraksi.

GAMBARAN PENGETAHUAN BIDAN TENTANG PENATALAKSANAAN KOMPRESI BIMANUAL INTERNAL (KBI) DAN KOMPRESI BIMANUAL EKTERNAL (KBE) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS



BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Tujuan Pembangunan Kesehatan Indonesia sehat 2010 adalah  meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya Kesehatan Masyarakat yang optimal, melalui terciptanya masyarakat  bangsa dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan  dengan berperilaku hidup yang sehat. memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan, yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di seluruh wilayah Republik Indonesia  ( Dep Kes RI, 2003 )
Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia yaitu 228/100.000 kelahiran hidup (SKRT, 2008) dibandingkan AKI Negara-negara Asian lainya mengharuskan Depertemen Kesehatan kebijaksanaan pelayanan obsteri dan neonatus (kebidanan dan bayi baru lahir) sedekat mungkin kepada ibu sesuai dengan pendekatan MPS. Visi utama dari MPS adalah kehamilan ibu dan persalinan berlangsung aman serta bayi yang dilahirkan hidup dan sehat. Menurunkan angka kematian ibu ( maternal ) menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian neonatus (neonatal ) menjadi 16/100.000 kelahiran.  Untuk mencapai sasaran tersebut di tetapkan srategis utama dan  azas-azas pedoman operasionalisasi srategis antara lain bahwa MPS memusatkan perhatiannya pada pelayanan kesehatan material dan neanatal yang baku serta cost effective (Depkes RI, 2008 )
Penyebab langsung kematian ibu terutama disebabkan pendarahan 50%, Eklamsi 13 %, Infeksi 10%, Komplikasi Abortus 11%,  partus lama 9%, sedangkan  penyebab tidak langsung, untuk ibu hamil menderita KEP 37 % Anemia (Hb < 11 gr%) 40 %. Kejadian anemia pada ibu hamil akan meningkatkan resiko terjadinya kematian ibu dibandingkan dengan ibu yang tidak anemia (Depkes RI, 2005)

Nyeri persalinan



1.      Definisi nyeri
Nyeri adalah proses alamiah dalam persalinan. Rasa nyeri muncul akibat adanya respons psikis dan refleks fisik. Nyeri pada persalinan menimbulkan gejala-gejala yang dapat dikenali. Ketegangan emosi akibat rasa cemas dan takut dapat menginduksi ketakutan, sehingga timbul kecemasan yang berakhir dengan kepanikan yang memperberat persepsi nyeri dalam persalinan. Selain itu, keletihan dan kurang tidur dapat juga memperparah nyeri (Bobak, 2006).
Nyeri merupakan kondisi perasaan yang tidak menyenangkan. Sifatnya sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan lebih banyak orang dibandingkan suatu penyakit manapun (Suddart dan Brunner, 2006).
Nyeri adalah rasa tidak nyaman akibat perangsangan ujung-ujung saraf khusus. Ada studi-studi yang mendukung teori bahwa persalinan adalah akibat adanya dilatasi serviks, segmen bawah rahim, adanya tahanan yang berlawanan, tarikan serta perlukaan pada jaringan otot-otot maupun ligamen-ligamen yang menopang struktur diatasnya. Teori tersebut dapat dijelaskan dengan pendapat Bonica & Mc. Donald melalui faktor-faktor berikut diantaranya
(a) Regangan dari otot-otot halus memberikan rangsangan pada nyeri visceral
(b) Intensitas dan lamanya nyeri berhubungan dengan munculnya tekanan intrauterin, yang berpengaruh pada dilatasi dari struktur tersebut
(c) Saat serviks diperlebar secara cepat pada perempuan yang tidak bersalin, misalnya pada saat dilakukan tindakan kuret, mereka akan mengalami nyeri seperti yang dialami ibu bersalin (Asrinah, et al. 2010).
Skala Nyeri Menurut Bourbanis (2007)
0 : Tidak nyeri, 1-3 : Nyeri ringan (secara objektif klien dapat berkomunikasi dengan baik), 4-6 : Nyeri sedang (secara objektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik), 7-9 : Nyeri berat (secara objektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi), dan 10 : Nyeri sangat berat (pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul).
2.      Penyebab nyeri persalinan
Rasa nyeri persalinan muncul karena:
a.   Kontraksi otot rahim
Kontraksi rahim menyebabkan dilatasi dan penipisan servikm serta iskemia rahim akibat kontraksi arteri miometrium. Karena rahim merupakan organ internal maka nyeri yang timbul disebut nyeri visceral. Nyeri visceral juga dapat dirasakan pada organ lain yang bukan merupakan asalnya disebut nyeri alih (reffered pain). Pada persalinan nyeri alih dapat dirasakan pada punggung bagian bawah dan sacrum. Biasanbya ibu hanya mengalami rasa nyeri ini hanya selama kontraksi dan babas dari rasa nyeri pada interval antar kontraksi.
b.  Regangan otot dasar panggul
Jenis nyeri ini timbul pada saat mendekati kala II. Tidak seperti nyeri visceral, nyeri in terlokalisir di daerah vagina, rectum dan perineum, sekitar anus. Nyeri kenis ini disebut nyeri somatic dan disebabkan peregangan struktur jalan lahir bagian bawah akibat penirunan bagian terbawah janin.
c.  Episiotomy
Ini dirasakan apabila ada tindakan episiotomy, laserasi maupun rupture pada jalan lahir
d.  Kondisi Psikologis
Nyeri dan rasa sakit yang berlebihan akan menimbulkan rasa cemas. Takut, cemas dan tegang memicu produksi hormone prostatglandin sehingga timbul stress. Kondisi stress dapat mempengaruhi kemampuan tubuh menahan rasa nyeri.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi respon terhadap Nyeri Persalinan
a.   Budaya
Persepsi dan ekspresi terhadap nyeri persalinan dipengarui oleh budaya individu. Budaya mempengaruhi sikap ibu pada saat bersalin. Menurut Mulyati (2006) menjelaskan bahwa budaya mempengaruhi ekspresi nyeri intranatal pada ibu primipara. Penting bagi perawat maternitas untuk mengetahui bagaimana kepercayaan, nilai, praktik budaya mempengaruhi seorang ibu dalam mempresepsikan dan mengekspresikan nyeri persalinan.
b.  Emosi (cemas dan takut)
stres atau rasa takut ternyata secara fisiologis dapat menyebabkan kontraksi uterus menjadi terasa semakin nyeri dan sakit dirasakan. Karena saat wanita dalam kondisi inpartu tersebut mengalami stress maka secara otomatif tubuh akan melakukan reaksi defensif sehingga secara otomatis dari stress tersebut merangsang tubuh mengeluarkan hormon stressor yaitu hormon Katekolamin dan hormon Adrenalin, Katekolamin ini akan dilepaskan dalam konsentrasi tinggi saat persalinan jika calon ibu tidak bisa menghilangkan rasa takutnya sebelum melahirkan, berbagai respon tubuh yang muncul antara lain dengan “bertempur atau lari’ (“fight or flight”). Dan akibat respon tubuh tersebut maka uterus menjadi semakin tegang sehingga aliran darah dan oksigen ke dalam otot otot uterus berkurang karena arteri mengecil dan menyempit akibatnya adalah rasa nyeri yang tak terelakkan. Maka dari itu, ketika ibu yang sedang melahirkan ini dalam keadaan rileks yang nyaman, semua lapisan otot dalam rahim akan bekerja sama secara harmonis seperti seharusnya. Dengan begitu persalinan akan berjalan lancar, mudah dan nyaman. Apabila ibu sudah terbiasa dengan latihan relaksasi, jalan lahir akan lebih mudah terbuka. Sebaliknya, apabila ibu dalam keadaan tegang, tekanan kepala janin tidak akan membuat mulut rahim terbuka. Yang dirasakan hanyalah rasa sakit dan sang ibu pun bertambah panic dan stress. Pada saat tubuh dalam keadaan stres, hormon stres yaitu katekolamin akan dilepaskan, sehingga tubuh memberikan respon untuk “bertempur atau lari’. Namun sebaliknya dalam kondisi yang rileks justru bisa memancing keluarnya hormon endorfin, penghilang rasa sakit yang alami di dalam tubuh. Menurut para ahli, endorfin ini efeknya 200 kali lebih kuat daripada morfin.
c.   Pengalaman Persalinan
Menurut Bobak (2006) pengalaman melahirkan sebelumnya juga dapat mempengaruhi respon ibu terhadap nyeri. Bagi ibu yang mempunyai pengalaman yang menyakitkan dan sulit pada persalina sebelumnya, perasaan cemas dan takut pada pengalaman lalu akan mempengaruhi sensitifitasnya rasa nyeri.
d. Support system
Dukungan dari pasangan, keluarga maupun pendamping persalinan dapat membantu memenuhi kebutuhan ibu bersalin,juga membantu mengatasi rasa nyeri (Martin, 2006).
e. Persiapan persalinan
Persiapan persalinan tidak menjamin persalinan akan berlangsung tanpa nyeri. Namun, persiapan persalinan diperlukan untuk mengurangi perasaan cemas dan takut akan nyeri persalinan sehingga ibu dapat memilih berbagai teknik atau metode latihan agar ibu dapat mengatrasi ketakutannya.