Wednesday, 15 May 2013
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. Am DENGAN SELULITIS di RUANG BEDAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN
21:51
No comments
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Adanya invasi bakteri dan melakukan infeksi ke lapisan
dermis atau subkutis biasanya terjadi setelah adanya suatu luka atau gigitan di
kulit kondisi invasi kemudian berlanjut dengan lesi kemerahan yang membengkak
di kulit serta terasa hangat dan nyeri. ( Muttaqin, 2009).
Penyebab selulitis terjadi manakala bakteri tersebut
masuk melelui kulit yang bercelah terutama celah antara selaput jari kaki,
tumit, kulit terbuka, dan bekas sayatan pembedahan ( lymphadenectomy, mastectomi, postvenectomi).( Tierney, 2003).
Gejala awal berupa kemerahan dan nyeri tekan yang terasa
di suatu daerah kecil di kulit. Kulit yang terinfeksi menjadi panas dan bengkak
tampak seperti kulit jeruk yang mengelopos (peau
d’orange). ( Siregar, 2005 )
Kompikasi selulitis meliputi diabetic dan pasien
penyakit vaskular perifer dapat memerlukan terapi yang lebih intensif dan jangka lebih
panjang karena penetrasi jaringan parah oleh antibiotik dan penyembuhan lambat.
( Nettina, 2002)
Penatalaksanaan pada pasien selulitis adalah dapat di
obati dengan antibiotika aral sebagai pasien rawat jalan jika gejalanya
terlokalisasi tanpa demam, bila ada gejala sistematik, harus di rawat di rumah
sakit untuk mendapatkan antibiotika intravena IV. Kompres hangat di berikan di
daerah itu, lokasi ini di tinggikan dan diimobilisasikan bila mungkin
Asetaminiofen di berikan seperlunya untuk mengatasi demam dan nyeri. Selama 24
jam sampai 36 jam pertama setelah pemberian antibiotik. Umumnya selulitis akan
tampak membaik, pemberian antibiotik dapat di ganti dari IV menjadi oral bila
gejala kemerahan, hangat, dan pembengkakan telah berkurang secara nyata. Total
lamanya pemberian antibiotik kira-kira 10 – 14 hari. Insisi dan drainase dapat
di lakukan jika daerah itu menjadi supuratis. (Cecily, 2002).
Tanggung jawab perawat bagi pasien selulitis meliputi
pertahankan infuse IV atau akses venci untuk memberikan antibiotik IV bila di
indikasi kan,
anjurkan posisi nyaman dan imobilisasi area yang sakit. Berikan mandi hangat
untuk menghilangkan inflamasi dan meningkatkan drainase dan berikan atau
anjurkan pemberian sendiri analgetik sesuai ketentuan pantau terhadap efek
samping. ( Nettina,2002)
Selulitis lebih banyak terjadi pada laki-laki dari pada
perempuan, 5 sampai 14 % kasus selulitis pada anak di sebabkan oleh H.
influenzae tipe B. lebih dari 85 % anak dengan selulitis H. influenzae tipe B
berusia kurang dari dua tahun. Peran H. influenzae tipe B harus berkurang secara signifikan karena bayi
secara rutin menerima vaksin terkait. ( Cecily, 2002)
Selulitis di beberapa Negara
di Asia ( exstrapolated statistic )
menentukan angka kejadian di indonesia 318.332 orang. Yang terbesar cina
sebanyak 3.247.119 orang dan India sebanyak 2.662.676. orang. Di Amerika di
perkirakan 400 atau 0.2 % atau 680.00 orang menderita selulitis ( Glenda,
2009).
Asuhan Keperawatan pada Pasien Ny. F dengan Angina Pektoris di Ruang Inap Penyakit Dalam Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum
21:46
No comments
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angina Pektoris adalah sindrom klinis berupa serangan
sakit dada yang khas seperti ditekan atau terasa berat didada depan yang sering
mejalar kelengan kiri. Hal ini biasanya timbul saat pasien melakukan aktivitas
dan segera hilang saat aktivitas dihentikan.
Penyakit jantung arterosklelorosis diakibatkan oleh
angina pektoris yang hampir selalu berhubungan dengan sumbatan arteri kronir
utama dan dapat juga diperkirakan berkurang aliran darah koroner yang
menyebabkan suplay oksigen ke jantung tidak adekuat dan dengan kata lain suplay
kebutuhan oksigen jantung meningkat (Smeltzer, Suzana, 2001).
Gejala iskemia miokard ditimbulkan oleh stenosis
arteri koroner yang menetap atau trombosis intrapalngue pada sisi lesi,
vasokonstriksi koroner dapat juga mencetuskan beberapa gangguan iskemik. Spasme
arteri koroner besar yang menimbulkan penurunan aliran daerah koroner yang
terjadi spontan atau dipacu oleh dingin, stres, emosional, serta obat-obatan.
Spasme ini timbul pada arteri koronir normal yang mengalami stenosis dan tetap
dapat tersembunyi atau menyebabkan angina pektoris (Lawrence M. dkk, 2002).
Iskemia otot jantung akan menyebabkan nyeri dengan
derajat yang bervariasi, mulai dari rasa tertekan pada dada atas sampai nyeri
hebat yang disertai dengan rasa takut, namun nyeri tersebut dapat menyebar ke
leher, dagu, bahu dan aspek dalam ekstremitas atas dan juga merasakan rasa
sesak, tercekik, rasa lemah atau lengan atas, nyeri tersebut akan berkurang
faktor presipitasinya dihilangkan (Brunner dan Suddarth, 2001).
Walaupun angka kematian angina pektoris rendah namun
penyakit ini merupakan suatu masalah yang harus segera diatasi karena dapat
menimbulkan beberapa komplikasi adalah paru-paru seperti sesak nafas, perasaan
lelah, kadang-kadang sakit dada.
Apabila komplikasi tidak segera diatasi maka dapat
mempengaruhi serangan infark miokard yang dapat mempercepat kematian angina
pektoris sering terjadi pada usia 35 tahun keatas dan pada laki-laki dan wanita
lebih banyak.
Peran perawat sebagai keberhasilan penanganan masalah
angina pektoris, selain itu tergantung pada kerja sama yang baik antara perawat,
pasien dan keluarga. Maka perawatan penderita yang dapat diberikan secara
paripurna dengan melakukan tindakan membatasi aktivitas untuk mengurangi kerja
jantung, menghilangkan rasa nyeri juga menghilangkan faktor-faktor presipitasi
seperti mengatur diet, mengurangi rokok ataupun stress emosional serta upaya
pemulihan kembali organ-organ tubuh yang mengalami gangguan.
(Soeparman, ddk, 1998).
Pada insiden stenosis ulang tampaknya menurun dengan
penempatan stent intrakoroner sampai kira-kira 15-20 %, awalnya penempatan alat
ini dikhawatirkan membawa resiko trombosit akut dan memerlukan antikongulas,
dan angka terombosit akut turun menjadi kurang dari I %. Sedangkan saat ini di
Amerika Serikat lebih dari 40 % revaskularisasi perkutan menggunakan stent dan
angka ini tampaknya terus meningkat (Lawrence
M. dkk, 2002).
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. MN DENGAN POST OPERASI KATARAK SENILIS DI RUANG RAWAT PENYAKIT MATA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
21:28
No comments
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Katarak adalah suatu keadaan dimana
lensa mata yang biasanya jernih dan bening menjadi keruh. Asal kata katarak
adalah dari kata cataracta atau air terjun, mungkin karena penderita katarak
seakan-akan melihat sesuatu seperti tertutup oleh air terjun di depan matanya.
Bila kekeruhan katarak bertambah tebal, maka lensa maka akan menjadi keruh
seperti kaca jendela yang berkabut. (Ilyas S, 2004).
Katarak disebut juga pengetahuan atau
opasitas lensa kreptalin mata secara berharap tanpa tanda nyeri. (Nettina M.
Sandra, 2002).
Katarak dapat disebabkan karena
kelainan bawaan proses betuaan, penyakit umum seperti diabetes, keracunan
beberapa jenis obat dapat menimbulkan katarak seperti eserin, kartikosteroid,
ergot dan antikolinesterase, katarak juga dapat disebabkan karena penyakit di
dalam mata seperti radang selaput hitam, glaukoma, ablasi retina ataupun
kelainan kaca mata minus yang dalam, kecelakaan, perawatan yang ditujukan pada
kemungkinan penyebab terjadinya katarak, jaga kesehatan ibu saat hamil, jangan
terjadi inveksi virus (rubella) dan toksoplasma, pada proses menva juga
kesehatan dengan baik, jaga mata dan dapatkan perawatan yang baik pada penyakit
mata yang ada. (Ilyas S, 2004).
Tanda dan gejala katarak adalah suatu
opasitas pada lensa mata yang dapat menyebabkan hilangnya penglihatan tanpa
rasa nyeri, rasa silau, dapat mengubah kelainan reflaksi, ketajaman penglihatan
berkurang. Pada beberapa pasien tajam penglihatan yang diukur di ruang gelap
mungkin tampak memuaskan, sementara bila di tes tersebut dilakukan dalam
keadaan terang maka tajam penglihatan akan menurun sebagai akibat dari rasa
silau dan hilangnya kontras. Katarak terlibat hitam terhadap refleks fundus
ketika mata diperiksa dengan oftalmoskopi direk. (Safitri A, 2005).
Patofisiologi katarak sinilis dapat
dibagi atas dua stadium, stadium pertama yaitu katarak insipen, kekeruhan yang
tidak teratur seperti bercak-bercak yang membentuk gerigi dengan dasar di
perifer dan daerah jernih diantaranya. Kekeruhan biasanya terletak di karteks
anterior atau posteriol. Kekeruhan ini hanya tampak bila pupil dilebarkan.
Stadium kedua yaitu katarak imatur terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi
tidak atau belum mengenal seluruh lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian
yang jernih pada lensa. (Ilyas S, 2002).
Penanganan katarak satu-satunya
dengan cara pembedahan, lensa yang telah keruh diangkat dan sekaligus ditanam
lensa intraokuler sehingga pasca operasi tidak perlu lagi memakai kaca mata
khusus (kaca mata aphakia). Setelah operasi harus dijaga jangan sampai terjadi
infeksi.
Masalah yang keperawatan yang sering
timbul pada kasus dengan post operasi katarak senilis adalah nyeri berhubungan
dengan pembedahan jaringan tubuh, perubahan pemenuhan pola istirahat
berhubungan dengan nyeri post operasi, gangguan pemenuhan pola aktivitas
berhubungan dengan ketidakmampuan. (Carpenito, 2005).
Menurut penelitian-penelitian Potang
Lintang mengidentifikasi adanya katarak sekitar 10% orang di dunia, dan
prevelasi ini meningkat sampai sekitar 50% untuk mereka yang berusia lebih dari
75 tahun. Sedangkan besar kasus bersifat bilateral, walaupun kecepatan
perkembangannya pada masing-masing mata jarang sama. (Suyono, 2000).
Menurut perkiraan jumlah penderita
katarak di Indonesia
berkisar 1.560 juta orang dengan persentase 52% (Haris Fadilah, 2004).
Peran perawat terhadap pasien dengan
post op katarak senilis adalah sebagai pemberi asuhan keperawatan terhadap
kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan
dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis
keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai
dengan tingkat kebutuhan dasar manusia dan dievaluasi tingkat perkembangannya.
(Hidayat A, 2004).
Subscribe to:
Posts (Atom)