Monday, 28 January 2013
PSIKOTROPIKA
17:31
No comments
Adalah zat atau obat baik alamiah maupun
sintetris, bukan narkotika, yang bersifat atau berkhasiat psiko aktif melalui
pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabjan perubahankahas
pada aktivitas mental dan perilaku.
Zat/obat yang dapat menurunkan aktivitas
otak atau merangsang susunan syaraf pusat dan menimbulkan kelainan perilaku,
disertai dengan timbulnya halusinasi (mengkhayal), ilusi, gangguan cara
berpikir, perubahan alam perasaan dan dapat menyebabkan ketergantungan serta
mempunyai efek stimulasi (merangsang) bagi para pemakainya.(Muliani, 2005)
Pemakaian Psikotropika yang berlangsung
lama tanpa pengawasan dan pembatasan pejabat kesehatan dapat menimbulkan dampak
yang lebih buruk, tidak saja menyebabkan ketergantungan bahkan juga menimbulkan
berbagai macam penyakit serta kelainan fisik maupun psikis si pemakai, tidak
jarang bahkan menimbulkan kematian.
Sebagaimana Narkotika, Psikotropika
terbagi dalam empat golongan yaitu Psikotropika gol. I, Psikotropika gol. II,
Psyko Gol. III dan Psikotropik Gol IV. Psikotropika yang sekarang sedang
populer dan banyak disalahgunakan adalah psikotropika Gol I, diantaranya yang
dikenal dengan Ecstasi dan psikotropik Gol II yang dikenal dengan nama Shabu-shabu.
Rumus kimia Ecstasi adalah
3-4-Methylene-Dioxy-Methil-Amphetamine (MDMA). Senyawa ini ditemukan dan mulai
dibuat di penghujung akhir abad lalu. Pada kurun waktu tahun 1950-an, industri
militer Amerika Serikat mengalami kegagalan didalam percobaan penggunaan MDMA
sebagai serum kebenaran. Setelah periode itu, MDMA dipakai oleh para dokter
ahli jiwa. Ecstasi mulai bereaksi setelah 20 sampai 60 menit diminum. Efeknya
berlangsung maksimum 1 jam. Seluruh tubuh akan terasa melayang. Kadang-kadang
lengan, kaki dan rahang terasa kaku, serta mulut rasanya kering. Pupil mata
membesar dan jantung berdegup lebih kencang. Mungkin pula akan timbul rasa
mual. Bisa juga pada awalnya timbul kesulitan bernafas (untuk itu diperlukan
sedikit udara segar). Jenis reaksi fisik tersebut biasanya tidak terlalu lama.
Selebihnya akan timbul perasaan seolah-olah kita menjadi hebat dalam segala hal
dan segala perasaan malu menjadi hilang. Kepala terasa kosong, rileks dan
"asyik". Dalam keadaan seperti ini, kita merasa membutuhkan teman
mengobrol, teman bercermin, dan juga untuk menceritakan hal-hal rahasia. Semua
perasaan itu akan berangsur-angsur menghilang dalam waktu 4 sampai 6 jam.
Setelah itu kita akan merasa sangat lelah dan tertekan.
Shabu-shabu berbentuk kristal, biasanya
berwarna putih, dan dikonsumsi dengan cara membakarnya di atas aluminium foil
sehingga mengalir dari ujung satu ke arah ujung yang lain. Kemudian asap yang
ditimbulkannya dihirup dengan sebuah Bong (sejenis pipa yang didalamnya berisi
air). Air Bong tersebut berfungsi sebagai filter karena asap tersaring pada
waktu melewati air tersebut. Ada sebagian pemakai yang memilih membakar Sabu
dengan pipa kaca karena takut efek jangka panjang yang mungkin ditimbulkan
aluminium foil yang terhirup.
Sabu sering dikeluhkan sebagai penyebab
paranoid (rasa takut yang berlebihan), menjadi sangat sensitif (mudah
tersinggung), terlebih bagi mereka yang sering tidak berpikir positif, dan
halusinasi visual. Masing-masing pemakai mengalami efek tersebut dalam kadar
yang berbeda. Jika sedang banyak mempunyai persoalan / masalah dalam kehidupan,
sebaiknya narkotika jenis ini tidak dikonsumsi. Hal ini mungkin dapat
dirumuskan sebagai berikut: Masalah + Sabu = Sangat Berbahaya. Selain itu,
pengguna Sabu sering mempunyai kecenderungan untuk memakai dalam jumlah banyak
dalam satu sesi dan sukar berhenti kecuali jika Sabu yang dimilikinya habis.
Hal itu juga merupakan suatu tindakan bodoh dan sia-sia mengingat efek yang
diinginkan tidak lagi bertambah (The Law
Of Diminishing Return). Beberapa pemakai mengatakan Sabu tidak mempengaruhi
nafsu makan. Namun sebagian besar mengatakan nafsu makan berkurang jika sedang
mengkonsumsi Sabu. Bahkan banyak yang mengatakan berat badannya berkurang
drastis selama memakai Sabu. Apabila dilihat dari pengaruh penggunaannya
terhadap susunan saraf pusat manusia, Psikotropika dapat dikelompokkan menjadi
:
a.
Depresant
yaitu yang bekerja mengendorkan atau mengurangi aktifitas susunan saraf pusat
(Psikotropika Gol 4), contohnya antara lain : Sedatin/Pil BK, Rohypnol,
Magadon, Valium, Mandrak (MX).
b.
Stimulant
yaitu yang bekerja mengaktif kerja susan saraf pusat, contohnya amphetamine,
MDMA, N-etil MDA & MMDA. Ketiganya ini terdapat dalam kandungan Ecstasi.
c.
Hallusinogen
yaitu yang bekerja menimbulkan rasa perasaan halusinasi atau khayalan contohnya
licercik acid dhietilamide (LSD), psylocibine, micraline. Disamping itu
Psikotropika dipergunakan karena sulitnya mencari Narkotika dan mahal harganya.
Penggunaan Psikotropika biasanya dicampur dengan alkohol atau minuman lain
seperti air mineral, sehingga menimbulkan efek yang sama dengan Narkotika.
NAPZA
17:28
No comments
Napza merupakan singkatan dari
Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif. Adapun pengertian dari masing-masing
kata Napza itu ialah:
1.
Narkotika
Narkotika menurut undang-undang nomor 22
tahun 1997 ialah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman
baik sintetis maupun semi sentesis dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa sakit, mengurangi, sampai menghilangkan rasa nyeri,
dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Pengertian narkotika secara umum yaitu
zat atau obat yang dapat merubah mental (keadaan jiwa) dan tingkah laku
seseorang menjadi ketergantungan.
2.
Psikotropika
Psikotropika menurut undang-undang nomor
5 tahun 1997 ialah zat atau obat alamiah maupun sintesis bukan narkotika, yang
berkhsiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan prilaku.
3.
Zat adiktif
Untuk pengertian zat adiktif juga
merupakan zat atau obat yang dapat mempengaruhi susunan sarap dan menimbulkan
ketergantungan namun tingkatannya masih rendah tapi awal dari beranjak untuk
memakai narkoba dan psikotropika.
Volatile Solvent Atau Inhalensia
15:48
No comments
Volatile Solvent :Adalah zat adiktif dalam
bentuk cair. Zat ini mudah menguap. Penyalahgunaannya adalah dengan cara
dihirup melalui hidung. Cara penggunaan seperti ini disebut inhalasi. Zat
adiktif ini antara lain :
- Lem UHU
- Cairan PEncampur Tip Ex (Thinner)
- Aceton untuk pembersih warna kuku, Cat
tembok
Inhalansia : Zat inhalan tersedia secara
legal, tidak mahal dan mudah didapatkan. Oleh sebab itu banyak ditemukan
digunakan oleh kalangan sosial ekonomi rendah. Contoh spesifik dari inhalan
adalah bensin, vernis, cairan pemantik api, lem, semen karet, cairan pembersih,
cat semprot, semir sepatu, cairan koreksi mesin tik ( tip-Ex ), perekat kayu,
bahan pembakarm aerosol, pengencer cat. Inhalan biasanya dilepaskan ke dalam
paru-paru dengan menggunakan suatu tabung. (Jefri, 2003)
1). Gambaran Klinis : Dalam dosis awal
yang kecil inhalan dapat menginhibisi dan menyebabkan perasaan euforia,
kegembiraan, dan sensasi mengambang yang menyenangkan. Gejala psikologis lain
pada dosis tinggi dapat merupa rasa ketakutan, ilusi sensorik, halusinasi
auditoris dan visual, dan distorsi ukuran tubuh. Gejala neurologis dapat
termasuk bicara yang tidak jelas (menggumam, penurunan kecepatan bicara, dan
ataksia). Penggunaan dalam waktu lama dapat menyebabkan iritabilitas, labilitas
emosi dan gangguan ingatan. Sindroma putus inhalan tidak sering terjadi,
Kalaupun ada muncul dalam bentuk susah tidur, iritabilitas, kegugupan,
berkeringat, mual, muntah, takikardia, dan kadang-kadang disertai waham dan
halusinasi.
2). Efek Yang Merugikan : Efek merugikan
yang paling serius adalah kematian yang disebabkan karena depresi pernafasan,
aritmia jantung, asfiksiasi, aspirasi muntah atau kecelakaan atau cedera.
Penggunaan inhalan dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan kerusakan hati dan
ginjal yang ireversibel dan kerusakan otot yang permanen.
Langkah-langkah Pembuatan Riset
15:25
No comments
Langkah-langkah yang dilakukan dalam merencanakan suatu penulisan karya
tulis ilmiah adalah sebagai berikut: (Alimul 2003)..
2.2.3.1. Memilih Topik
Dalam proses penyusunan riset, topik merupakan tahab awal yang harus
ditentukan oleh peneliti sebelum melakukan penulisan. Pemilihan topik sangat
penting dan merupakan dasar dari langkah-langkah selanjutnya. Dalam mencari
topik untuk penulisan riset hindari masalah yang bersifat sensasi, masalah yang
terlalu luas atau sebaliknya masalah yang terlalu sempit. Pilihlah topik yang
dapat dibahas dari salah satu segi saja, sehingga permasalahan menjadi tuntas
dan jelas
Memilih topik
harus memenuhi kriteria:
1.
Menarik
perhatian, sehingga mendorong penulis untuk mencari data dan menyelesaikan
riset dengan sebaik-baiknya.
2.
Penulis
mengetahui prinsip pokok yang dipilih seperti tiori dan latar belakangnya.
3.
Hindari topik
yang sulit untuk mendapatkan sumber datanya serta hindari pula topik yang
kontroversi yang akan menguranggi nilai objektifitas riset.
4.
Ruang lingkup
topik adalah seluruh masalah kesehatan.
2.2.3.2. Mengumpulkan informasi
Mengumpulkan bahan atau informasi yang sesuai dengan topik penulisan, bahan
atau informasi dapat diperoleh dari penelitian ataupun studi kepustakaan
tergantung jenis penelitian. Informasi dapat berupa fakta, kutipan-kutipan,
opini, artikel dan lain sebagainya yang dapat membantu penulis dalam
mengembangkan topik.
2.2.3.3. Menilai dan memilih materi yang dikumpulkan
Mulailah menilai dan menentukan bahan mana yang benar-benar sesuai dengan
topik yang telah ditentukan, catatlah identitas sumber yang akan digunakan
dengan jelas dan lengkap meliputi nama pengarang, judul buku/artikel, dimana
diterbitkan, nama penerbit, tahun, volume/edisi dan halaman.
2.2.3.4. Menyusun Riset
Mulailah membuat kerangka (outline). Outline merupakan alat bantu rencana
kerja yang teratur sihingga karangan/tulisan dapat digambarkan dan disusun
secara sistematis dan logis. Kerangka ini tidak perlu terlalu rinci kerna
sifatnya hanya sebagai penuntun. Manfaat out-line adalah untuk :
1. Memudahkan penulis dalam menyusun tulisannya
sehingga tidak perlu megolah sustu ide sampai dua kali dan dapat mencegah
menyimpang dari sasaran atau tujuan penelitian.
2. Dapat menciptakan klimaks penulisan pada setiap
bab atau bagian
3. Dapat mengingatkan penulis pada bahan yang
diuraikan berdasarkan urutan dari tiap-tiap bab.
Dengan demikian
out-line tersebut dapat membantu penyusunan yang logis dan sisitematis serta
merupakan strategi bagi penempatan ide.
2.3. Teknik Penyusunan Riset
Teknik penyusunan riset merupakan cara yang dilakukan oleh peneliti untuk
menyusun suatu suatu riset penelitian. Sebelum melakukan penelitian yang harus
dilakukan adalah menyusun proposal penelitian. Dalam menyusun proposal
penelitian ada tiga kemampuan yang harus dimiliki peneliti.
1. Kemampuan bahasa.
2. Metodelogi
3. Materi ilmu
Syarat proposal
yang baik, diantaranya adalah:
1. Sistematis, yaitu menurut pola tertentu dari
sederhana sampai komplek. Proposal yang diajukan hendaknya dapat memberikan
gambaran sistematis tentang rencana penelitian yang diajukan, seperti
penyampaian latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat, rencana
metodelogi, alat ukur yang akan digunakan sehingga memudahkan pembaca.
2. Berencana, yaitu harus sudah dipikirkan
langkah-langkah pelaksanaan. Proposal penelitian hendaknya memiliki perencanaan
seperti jadwal pengumpulan data, analisa data hingga penyajian dalam bentuk
laporan.
3. Mengikuti konsep ilmiah, proposal penelitian hendaknya
mengikuti kaedah-kaedah konsep ilmiah seperti tata cara penulisan disesuaikan
dengan peraturan yang ada, bahasa dan analisanya (Alimul, 2003)
Menurut Alimul,
2003 teknik penyusunan riset meliputi:
2.3.1. Latar Belakang
Latar belakang dalam proposal
penelitian merupakan suatu penghantar informasi tentang materi
keseluruhan secara sistematis dan terarah dalam kerangka logika yang memberikan
justifikasi terhadap dasar pemikiran, pendekatan, metode analisis, interpensi
untuk sampai kepada tujuan dan kegunaan penelitian.
Pada pembuatan proposal penelitian keperawatan, latar belakang harus dapat
mengemukakan hal – hal yang mendorong atau argumentasi pentingnya dilakukan
penelitian dan diuraikan proses identifikasi masalah, dan masalah yang diteliti
harus di ungkapkan dengan jelas pentingnya masalah yang diteliti, bagaimana
permasalahan hingga saat ini (apakah sudah diteliti atau belum), apakah sudah
ada problem solusi atau belum dan bagaimana solusinya.
2.3.2. Rumusan Masalah
Dalam menuliskan proposal penelitan keperawatan, rumus masalah hendaknya
memiliki konsekwensi terhadap relevansi maksud dan tujuan dari penelitian,
kegunaan penelitian, kerangka konsep dan metode penelitian. Rumusan masalah
pada umumnya dalam bentuk pertanyaan.
Dalam pembuatan proposal penelitian rumusan masalah harus jelas dari
permasalahan yang akan di teliti, kemudian uraikan konsepnya untuk menjawab
masalah yang diteliti, jelaskan hipotesis atau dugaan yang akan dibuktikan.
2.3.3. Tujuan Penelitian
Merupakan tindak lanjut dari masalah yang telah dirumuskan, tujuan terdidri
dari tujuan umum dan tujuan khusus.tujuan umum menjelaskan tujuan yang hendak
tercapai dalam penelitian secara umum sedangkan tujuan khusus mencakup langkah
– langkah dari penelitian yang akan dilakukan. Dalam pembuatan proposal
penelitian kata – kata yang digunakan dalam penulisan tujuan adalah kata kerja
operasional seperti untuk menjajaki, menguraikan, menerapakan,
mengidentifikasi, menganalisisi, membuktikan atau membuat prototip dan lain –
lain.
2.3.4. Manfaat Hasil Penelitian/Kontribusi Penelitian
Dalam pembuatan proposal penelitian keperawatan harus di uraikan dengan
jelas manfaat hasil penelitian dari pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi
keperwatan dan seni pemecahan masalah, penegembangan instunsi, profesi
keperawatan dan pasien.
2.3.5. Tinjauan Pustaka
Dalam membuat proposal penelitian hendaknya pustaka yang digunakan adalah
terburu, relevan dan asli seperti jurnal ilmiah, kemudian diuraikan dengan
jelas kajian yang menimbulkan gagasan penelitian. Tinjauan pustaka menguraikan
teori, temuan dan bahan penelitian lain yang diperoleh dari acuan yang
dijadikan landasan untuk melakukan penelitian yang diusulkan. Uraian dalam
tinjauan pustaka digunakan untun meyusun kerangka konsep dan hipotesisi yang
akan digunakan dalam penelitian dan tinjauan pustaka hendaknya mengacu pada
daftar pustaka.
2.3.6. Kerangka Konsep dan Hipotesa
Kerangka konsep merupakan justifikasi ilmiah terhadap penelitian yang
dilakukan dan memberi landasan kuat terhadap judulyang dipilih sesuai dengan
identifikasi masalahnya. Kerangka konsep harus didukung dengan landasan teori
yang kuat dan di tunjang oleh informasi yang bersumber pada berbagai laporan
ilmiah, hasil penelitian, jurnal penelitian, dan lain – lain. Ada tidaknya
hipotesis tergantung dari permasalahan yang ada dan tidak semua penelitian
terdapat hipotesis, apabila sifatnya maka tidak perlu hipotesis tetapi bila
sifatnya analitik maka perlu dilakukan hipotesis
2.3.7. Metode Penelitian
Merupakan metode yang akan dilakukan dalam proses penelitian. Dalam
penyusunan proposal penelitian harus diuraikan secara jelas metode penelitian
yang meliputi variabel dalam penelitian, rancangan penelitian, teknik
pengumpulan data, analisa data, cara penafsiran dan penyimpulanhasil
penelitian. Untuk penelitian yang menggunakan metode kualitatif dapat
dijelaskan juga dengan pendekatan proses pengumpulan data, analisa informasi,
proses penafsiran dan penyimpulan hasil penelitian.
2.3.8. Jadwal dan lokasi penelitian
Merupakan rancangan tentang tempat dan jadwal yang akan dilakukan oleh
peneliti tentang pelaksanaan kegiatan peneliti. Dalam membuatan proposal
membuat jadwal penelitian merupakan sesuatu yang harus dilakukan karena dapat
memberikan rencana secara jelas dalam proses penelitian, jadwal penelitian
meliputi kegiatan persiapan, pelaksanaan dan penyusunan laporan penelitian yang
dapat digunakan dalam bentuk Bar Chart.
Subscribe to:
Posts (Atom)