Tuesday, 5 February 2013
Parotitis Epidemika (Pembesaran Kelenjar Ludah)
16:12
No comments
1. Pengertian
Penyakit Gondongan (Mumps atau
Parotitis) adalah suatu penyakit menular dimana sesorang terinfeksi oleh virus
(Paramyxovirus) yang menyerang kelenjar ludah (kelenjar parotis) di antara
telinga dan rahang sehingga menyebabkan pembengkakan pada leher bagian atas
atau pipi bagian bawah. Penyakit gondongan tersebar di seluruh dunia dan dapat
timbul secara endemik atau epidemik, Gangguan ini cenderung menyerang
anak-anak dibawah usia 15 tahun (sekitar 85% kasus)
Parotitis ialah penyakit virus
akut yang biasanya menyerang kelenjar ludah terutama kelenjar parotis (sekitar
60% kasus). Gejala khas yaitu pembesaran kelenjar ludah terutama kelenjar
parotis. Pada saluran kelenjar ludah terjadi kelainan berupa pembengkakan
sel epitel, pelebaran dan penyumbatan saluran. Pada orang dewasa, infeksi ini
bisa menyerang testis (buah zakar), sistem saraf pusat, pankreas, prostat, payudara
dan organ lainnya. Adapun mereka yang beresiko besar untuk menderita atau
tertular penyakit ini adalah mereka yang menggunakan atau mengkonsumsi
obat-obatan tertentu untuk menekan hormon kelenjar tiroid dan mereka yang
kekurangan zat Iodium dalam tubuh
penyakit gondong (mumps, parotitis)
dapat ditularkan melalui:
a.
Kontak langsung
b.
Percikan ludah (droplet)
c.
Muntahan
d.
Bisa pula melalui air kencing
Tidak semua orang yang terinfeksi
mengalami keluhan, bahkan sekitar 30-40% penderita tidak menunjukkan
tanda-tanda sakit (subclinical). Mereka dapat menjadi sumber penularan seperti
halnya penderita parotitis yang nampak sakit. Masa tunas (masa inkubasi)
parotitis sekitar 14-24 hari dengan rata-rata 17-18 hari.
1.
Anatomi
Kelenjar Saliva
Berdasarkan ukurannya kelenjar
saliva terdiri dari 2 jenis, yaitu kelenjar saliva mayor dan kelenjar saliva
minor. Kelenjar saliva mayor terdiri dari kelenjar parotis, kelenjar
submandibularis, dan kelenjar sublingualis.
Kelenjar parotis yang merupakan
kelenjar saliva terbesar, terletak secara bilateral di depan telinga, antara
ramus mandibularis dan prosesus mastoideus dengan bagian yang meluas ke muka di
bawah lengkung zigomatik. Kelenjar parotis terbungkus dalam selubung parotis
(parotis shealth). Saluran parotis melintas horizontal dari tepi kelenjar. Pada
tepi anterior otot masseter, saluran parotis berbelok ke arah medial, menembus
otot buccinator, dan memasuki rongga mulut di seberang gigi molar ke-2 permanen
rahang atas.
Kelenjar submandibularis yang
merupakan kelenjar saliva terbesar kedua setelah parotis, terletak pada dasar
mulut di bawah korpus mandibula. Saluran submandibularis bermuara melalui satu
sampai tiga lubang yang terdapat pada satu papil kecil di samping frenulum
lingualis. Muara ini dapat dengan mudah terlihat, bahkan seringkali dapat
terlihat saliva yang keluar.
Kelenjar sublingualis adalah kelenjar
saliva mayor terkecil dan terletak paling dalam. Masing-masing kelenjar
berbentuk badam (almond shape), terletak pada dasar mulut antara mandibula dan
otot genioglossus. Masing-masing kelenjar sublingualis sebelah kiri dan kanan
bersatu untuk membentuk massa kelenjar yang berbentuk ladam kuda di sekitar
frenulum lingualis.
Kelenjar saliva minor terdiri dari
kelenjar lingualis, kelenjar bukalis, kelenjar labialis, kelenjar palatinal,
dan kelenjar glossopalatinal. Kelenjar lingualis terdapat bilateral dan terbagi
menjadi beberapa kelompok. Kelenjar lingualis anterior berada di permukaan
inferior dari lidah, dekat dengan ujungnya, dan terbagi menjadi kelenjar mukus
anterior dan kelenjar campuran posterior. Kelenjar lingualis posterior
berhubungan dengan tonsil lidah dan margin lateral dari lidah. Kelenjar ini
bersifat murni mukus.
Kelenjar bukalis dan kelenjar
labialis terletak pada pipi dan bibir. Kelenjar ini bersifat mukus dan serus.
Kelenjar palatinal bersifat murni mukus, terletak pada palatum lunak dan uvula
serta regio posterolateral dari palatum keras. Kelenjar glossopalatinal
memiliki sifat sekresi yang sama dengan kelenjar palatinal, yaitu murni mukus
dan terletak di lipatan glossopalatinal
2.
Etiologi
Agen penyebab parotitis epidemika
adalah anggota dari kelompok paramyxovirus, yang juga termasuk didalamnya virus
parainfluenza, measles, dan virus newcastle disease. Ukuran dari partikel
paramyxovirus sebesar 90 – 300 mµ. Virus telah diisolasi dari ludah,
cairan serebrospinal, darah, urin, otak dan jaringan terinfeksi lain. Mumps
merupakan virus RNA rantai tunggal genus Rubulavirus subfamily Paramyxovirinae
dan family Paramyxoviridae. Virus mumps mempunyai 2 glikoprotein yaitu
hamaglutinin-neuramidase dan perpaduan protein. Virus ini juga memiliki dua
komponen yang sanggup memfiksasi, yaitu : antigen S atau yang dapat larut
(soluble) yang berasal dari nukleokapsid dan antigen V yang berasal dari
hemaglutinin permukaan.
Virus ini aktif dalam lingkungan
yang kering tapi virus ini hanya dapat bertahan selama 4 hari pada suhu
ruangan. Paramyxovirus dapat hancur pada suhu <4 ºC, oleh formalin,
eter, serta pemaparan cahaya ultraviolet selama 30 detik. Virus masuk dalam
tubuh melalui hidung atau mulut.Virus bereplikasi pada mukosa saluran napas atas
kemudian menyebar ke kalenjar limfa local dan diikuti viremia umum setelah
12-25 hari (masa inkubasi) yang berlangsung selama 3-5 hari. Selanjutnya lokasi
yang dituju virus adalah kalenjar parotis, ovarium, pancreas, tiroid, ginjal,
jantung atau otak. Virus masuk ke system saraf pusat melalui plexus choroideus
lewat infeksi pada sel mononuclear. Masa penyebaran virus ini adalah 2-3 minggu
melalui dari ludah, cairan serebrospinal, darah, urin, otak dan jaringan
terinfeksi lain. Virus dapat diisolasi dari saliva 6-7 hari sebelum onset
penyakit dan 9 hari sesudah munculnya pembengkakan pada kalenjar ludah.
Penularan terjadi 24 jam sebelum pembengkakan kalenjar ludah dan 3 hari setelah
pembengkakan menghilang
3.
Klasifikasi Parotitis
a. Parotitis
Kambuhan
Anak-anak mudah terkena parotitis
kambuhan yang timbul pada usia antara 1 bulan hingga akhir masa
kanak-kanak.Kambuhan berarti sebelumnya anak telah terinfeksi virus kemudian
kambuh lagi.
b. Parotitis Akut
Parotitis akut ditandai dengan rasa sakit yang mendadak,
kemerahan dan pembengkakan pada daerah parotis. Dapat timbul sebagai akibat
pasca-bedah yang dilakukan pada penderita terbelakang mental dan penderita usia
lanjut, khususnya apabila penggunaan anestesi umum lama dan adanya gangguan
dehidrasi.
4.
Manifestasi Klinis
Parotitis
Tidak semua orang yang terinfeksi oleh
virus Paramyxovirus mengalami keluhan, bahkan sekitar 30-40% penderita tidak
menunjukkan tanda-tanda sakit (subclinical). Namun demikian mereka sama dengan
penderita lainnya yang mengalami keluhan, yaitu dapat menjadi sumber penularan
penyakit tersebut. Masa tunas (masa inkubasi) penyakit Gondong sekitar 12-24
hari dengan rata-rata 17-18 hari. Adapun tanda dan gejala yang timbul
setelah terinfeksi dan berkembangnya masa tunas dapat digambarkan sebagai
berikut :
1.
Pada tahap awal (1-2 hari)
penderita Gondong mengalami gejala: demam (suhu badan 38,5 – 40 derajat
celcius), sakit kepala, nyeri otot, kehilangan nafsu makan, nyeri rahang bagian
belakang saat mengunyah dan adakalanya disertai kaku rahang (sulit membuka
mulut).
2.
Selanjutnya terjadi
pembengkakan kelenjar di bawah telinga (parotis) yang diawali dengan
pembengkakan salah satu sisi kelenjar kemudian kedua kelenjar mengalami
pembengkakan.
3.
Pembengkakan biasanya
berlangsung sekitar 3 hari kemudian berangsur mengempis.
4.
Kadang terjadi pembengkakan pada kelenjar di bawah rahang
(submandibula) dan kelenjar di bawah lidah (sublingual). Pada pria dewasa
adalanya terjadi pembengkakan buah zakar (testis) karena penyebaran melalui
aliran darah.
5.
Patofisiologi Parotitis
Pada umumnya penyebaran paramyxovirus
sebagai agent penyebab parotitis (terinfeksinya kelenjar parotis) antara lain
akibat:
1.
Percikan ludah
2.
Kontak langsung dengan
penderita parotitis lain
3.
Muntahan
4.
urine
Virus tersebut masuk tubuh bisa
melalui hidung atau mulut. Biasanya kelenjar yang terkena adalah kelenjar
parotis. Infeksi akut oleh virus mumps pada kelenjar parotis dibuktikan dengan
adanya kenaikan titer IgM dan IgG secara bermakna dari serum akut dan serum
konvalesens. Semakin banyak penumpukan virus di dalam tubuh sehingga terjadi
proliferasi di parotis/epitel traktus respiratorius kemudian terjadi viremia
(ikurnya virus ke dalam aliran darah) dan selanjutnya virus berdiam di jaringan
kelenjar/saraf yang kemudian akan menginfeksi glandula parotid. Keadaan ini
disebut parotitis.
Akibat terinfeksinya kelenjar parotis
maka dalam 1-2 hari akan terjadi demam, anoreksia, sakit kepala dan nyeri otot
(Mansjoer, 2000). Kemudian dalam 3 hari terjadilah pembengkakan kelenjar
parotis yang mula-mula unilateral kemudian bilateral, disertai nyeri rahang
spontan dan sulit menelan. Pada manusia selama fase akut, virus mumps dapat
diisoler dari saliva, darah, air seni dan liquor. Pada pankreas kadang-kadang
terdapat degenerasi dan nekrosis jaringan.
6.
Komplikasi klinis
Komplikasinya meliputi septicemia,
osteomielitis mandibular, ekstensi fasial, obstruksi jalan napas,
mediastinitis, thrombosis vena jugulris interna, dan disfungsi nervus fasialis.
Gondongan telah dilaporkan menyebabkan meningoensefalitis, pankretitis,
orkitis, miokarditis, perikarditis, arthritis, dan nefritis. Hampir semua anak
yang menderita gondongan akan pulih total tanpa penyulit, tetapi kadang
gejalanya kembali memburuk setelah sekitar 2 minggu. Keadaan seperti ini dapat
menimbulkan komplikasi, dimana virus dapat menyerang organ selain kelenjar
liur. Hal tersebut mungkin terjadi terutama jika infeksi terjadi setelah masa
pubertas.
Dibawah ini komplikasi yang dapat
terjadi akibat penanganan atau pengobatan yang kurang dini:
a.
Meningoensepalitis
Penderita mula-mula menunjukan
gejala nyeri kepala ringan, yang kemudian disusul oleh muntah-muntah, gelisah
dan suhu tubuh yang tinggi (hiperpireksia). Komplikasi ini merupakan komplikasi
yang sering pada anak-anak.
b. Ketulian
Tuli saraf dapat terjadi unilateral,
jarang bilateral walaupun insidensinya rendah (1:15.000), parotitis adalah
penyebab utama tuli saraf unilateral, kehilangan pendengaran mungkin sementara
atau permanen.
c. Orkitis
Peradangan pada salah satu atau
kedua testis. Setelah sembuh, testis yang terkena mungkin akan menciut. Jarang
terjadi kerusakan testis yang permanen Sehingga kemandulan dapat terjadi pada
masa setelah puber dengan gejala demam tinggi mendadak, menggigil mual, nyeri
perut bagian bawah, gejala sistemik, dan sakit pada testis. Testis paling
sering terinfeksi dengan atau tanpa epidedimitis. Bila testis terkena
infeksi maka terdapat perdarahan kecil. Orkitis biasanya menyertai
parotitis dalam 8 hari setelah parotitis. Keadaan ini dapat berlangsung
dalam 3 – 14 hari. Testis yang terkena menjadi nyeri dan bengkak dan kulit
sekitarnya bengkak dan merah. Rata-rata lamanya 4 hari. Sekitar 30-40%
testis yang terkena menjadi atrofi. Gangguan fertilitas diperkirakan
sekitar 13%. Tetapi infertilitas absolut jarang terjadi.
a.
Ensefalitis atau Meningitis
Peradangan otak atau selaput otak.
Gejalanya berupa sakit kepala, kaku kuduk, mengantuk, koma atau kejang. 5-10%
penderita mengalami meningitis dan kebanyakan akan sembuh total. 1 diantara
400-6.000 penderita yang mengalami ensefalitis cenderung mengalami kerusakan
otak atau saraf yang permanen, seperti ketulian atau kelumpuhan otot wajah.
b. Ooforitis
Timbulnya nyeri dibagian pelvis ditemukan pada sekitar
7% pada penderita wanita pasca pubertas
c. Pankreatitis
Peradangan pankreas, bisa terjadi pada akhir minggu
pertama. Penderita merasakan mual dan muntah disertai nyeri perut. Gejala ini
akan menghilang dalam waktu 1 minggu dan penderita akan sembuh total. Nyeri
perut sering ringan sampai sedang muncul tiba-tiba pada parotitis.
Biasanya gejala nyeri epigastrik disertai dengan pusing, mual, muntah, demam
tinggi, menggigil, lesu, merupakan tanda adanya pankreatitis akibat
mumps.
d. Nefritis
Kadang-kadang kelainan fungsi ginjal terjadi pada setiap
penderita dan viruria terdeteksi pada 75%. Frekuensi keterlibatan ginjal
pada anak-anak belum diketahui. Nefritis yang mematikan, terjadi 10-14
hari sesudah parotitis. Nefritis ringan dapat terjadi namun jarang. Dapat
sembuh sempurna tanpa meninggalkan kelainan pada ginjal.
e. Tiroiditis
Walaupun tidak biasa, pembengkakan tiroid yang nyeri dan
difus dapat terjadi pada umur sekitar 1 minggu sesudah mulai parotitis dengan
perkembangan selanjutnya antibodi antitiroid pada penderita.
f. Miokarditis
Manifestasi jantung yang serius sangat jarang terjadi,
tetapi infeksi ringan miokardium mungkin lebih sering daripada yang diketahui.
Miokarditis ringan dapat terjadi dan muncul 5–10hari pada parotitis. Gambaran
elektrokardiografi dari miokarditis seperti depresi segmen S-T,
flattening atau inversi gelombang T. Dapat disetai dengan takikardi, pembesaran
jantung dan bising sistolik.
g.
Artritis
Jarang ditemukan pada anak-anak. Atralgia yang disertai
dengan pembengkakan dan kemerahan sendi biasanya penyembuhannya sempurna. Manifestasi
lain yang jarang tapi menarik pada parotitis adalah poliarteritis yang sering
kali berpindah-pindah. Gejala sendi mulai 1-2minggu setelah berkurangnya
parotitis. Biasanya yang terkena adalah sendi besar khususnya paha atau lutut.
Penyakit ini berakhir 1-12 minggu dan sembuh sempurna.
h.
Kelainan pada mata
Komplikasi ini meliputi dakrioadenitis, pembengkakan
yang nyeri, biasanya bilateral, dari kelenjar lakrimalis; neuritis optik
(papillitis) dengan gejala-gejala bervariasi dari kehilangan penglihatan sampai
kekaburan ringan dengan penyembuhan dalam 10–20 hari; uveokeratitis, biasanya
unilateral dengan fotofobia, keluar air mata, kehilangan penglihatan cepat dan
penyembuhan dalam 20 hari; skleritis, tenonitis, dengan akibat
eksoftalmus; trombosis vena sentral.
7.
Pencegahan
Pencegahan
terhadap parotitis epidemika dapat dilakukan secara imunisasi pasif dan
imunisasi aktif.
a. Pasif
Gamma globulin parotitis tidak efektif dalam mencegah parotitis atau mengurangi
komplikasi.
b. Aktif
Dilakukan dengan memberikan vaksinasi
dengan virus parotitis epidemika yang hidup tapi telah dirubah sifatnya
(Mumpsvax-merck, sharp and dohme) atau diberikan subkutan pada anak berumur 15
bulan (Ngastiyah, 2007). Vaksin ini tidak menyebabkan panas atau reaksi lain
dan tidak menyebabkan ekskresi virus dan tidak menular. Menyebabkan
imunitas yang lama dan dapat diberikan bersama vaksin campak dan rubella (MMR
yakni vaksin Mumps, Morbili, Rubella). Pemberian vaksinasi dengan virus
“mumps”, sangat efektif dalam menimbulkan peningkatan bermakna dalam antibodi
“mumps” pada individu yang seronegatif sebelum vaksinasi dan telah memberikan
proteksi 15 sampai 95 %. Proteksi yang baik sekurang-kurangnya selama 12
tahun dan tidak mengganggu vaksin terhadap morbili, rubella, dan poliomielitis
atau vaksinasi variola yang diberikan serentak.
Kontraindikasi: Bayi dibawah usia 1 tahun karena efek
antibodi maternal; Individu dengan riwayat hipersensitivitas terhadap komponen
vaksin; demam akut; selama kehamilan; leukimia dan keganasan;
limfoma; sedang diberi obat-obat imunosupresif, alkilasi dan anti
metabolit; sedang mendapat radiasi. Belum diketahui apakah vaksin akan mencegah
infeksi bila diberikan setelah pemaparan, tetapi tidak ada kontraindikasi bagi
penggunaan vaksin “Mumps” dalam situasi ini
C. Hubungan indek masa tubuh ibu menyusui dengan status gizi bayi
14:27
No comments
Setiap orang
pasti ingin mempunyai berat badan ideal dan jauh dari kata gemuk karena gemuk
identik dengan sumber berbagai macam penyakit. sebenarnya kapan sih seseorang
termasuk dalam kriteria kegemukan? Seseorang termasuk dalam kategori kegemukan
bila terjadi ketidak seimbangan
antara tinggi badan, berat badan, dan umur. Pertanyaan yang muncul kemudian
adalah bagaimana mengetahui ukuran tubuh yang kegemukan? Secara visual,
kegemukan dapat diketahui dengan cara bercermin. Sementara itu, cara lainnya dapat
menggunakan alat bantu, yakni timbangan badan dan skin calipers
Solusi mudah
untuk mengetahui gemuk tidaknya tubuh seseorang adalah dengan menimbang badan
secara teratur, sehingga perubahan berat badan dapat terdeteksi secara dini.
Untuk mengetahui berat badan normal, bisa diketahui dengan menghitung indeks
massa tubuh (body mass index), yakni dengan cara membagi total berat badan
seseorang (dalam kilogram) dengan tinggi badan (dalam meter) kuadrat
Pengaruh Status
Gizi Bagi Ibu Menyusui Kebutuhan
nutrisi selama laktasi didasarkan pada kandungan nutrisi air susu dan jumlah
nutrisi penghasil susu. Ibu menyusui disarankan memperoleh tambahan zat makanan
800 Kkal yang digunakan untuk memproduksi ASI dan untuk aktivitas ibu itu
sendiri. Kebutuhan
Zat Gizi Ibu Menyusui
Kebutuhan
kalori selama menyusui proporsional dengan jumlah air susu ibu yang dihasilkan
dan lebih tinggi selama menyusui dibanding selama hamil. Rata-rata kandungan
kalori ASI yang dihasilkan ibu dengan nutrisi baik
adalah 70 kal/ 100 ml, dan kira-kira 85 kal diperlukan oleh ibu untuk tiap 100
ml yang dihasilkan. Rata-rata ibu menggunakan kira-kira 640 kal/ hari untuk 6
bulan pertama dan 510 kal/ hari selama 6 bulan kedua untuk menghasilkan jumlah
susu normal. Rata-rata ibu harus mengonsumsi 2300-2700 kal ketika menyusui.
Protein. Ibu
memerlukan tambahan 20 gram diatas kebutuhan normal ketika menyusui. Jumlah ini
hanya 16 % dari tambahan 500 kal yang dianjurkan.
Cairan. Nutrisi lain yang diperlukan selama laktasi adalah asupan cairan. Dianjurkan ibu menyusui minum 2-3 liter per hari, dalam bentuk air putih, susu dan jus buah. Vitamin dan mineral. Kebutuhan vitamin dan mineral selama menyusui lebih tinggi daripada selama hamil.
Cairan. Nutrisi lain yang diperlukan selama laktasi adalah asupan cairan. Dianjurkan ibu menyusui minum 2-3 liter per hari, dalam bentuk air putih, susu dan jus buah. Vitamin dan mineral. Kebutuhan vitamin dan mineral selama menyusui lebih tinggi daripada selama hamil.
Dampak Kekurangan
Gizi Ibu Menyusui Kekurangan
gizi pada ibu menyusui menimbulkan gangguan kesehatan pada ibu dan bayinya.
Gangguan pada bayi meliputi proses tumbang anak, bayi mudah sakit, mudah
terkena infeksi. Kekurangan zat-zat esensial menimbulkan gangguan pada mata
ataupun tulang.
Selama
ini sudah diketahui bahwa ASI adalah yang terbaik untuk para bayi dan wanita
bisa mendapatkan kembali bentuk tubuhnya seperti sedia kala dengan lebih cepat.
Namun belum diketahui bahwa efeknya ternyata bisa berlangsung sepanjang hidup
para wanita tersebut. Selain
itu, bayi yang diberi ASI juga mengalami lebih sedikit infeksi telinga, alergi,
dan lebih rendah terkena risiko kegemukan. Bahkan penelitian lain mengungkapkan
bahwa anak-anak yang diberi ASI cenderung lebih sopan dan mempunyai IQ yang
lebih tinggi. Sementara para wanita yang menyusui kurang berisiko terhadap
kanker payudara.
Seperti
dipublikasikan di International Journal of Obesity, the Million Women Study
yang dibiayai oleh the Medical Research Council dan Cancer Research UK mendata
bahwa 740 ribu wanita akan mengalami menopause. Rata-rata mereka berusia 57
tahun dan mempunyai indeks massa tubuh 26, yang diklasifikasikan sebagai
"sedikit kelebihan berat badan".
Memberikan
ASI eksklusif seusai melahirkan sudah banyak diakui bisa menjadi cara mudah
untuk membuang kelebihan lemak semasa hamil. Keuntungan lain adalah menekan
risiko diabetes dan sederet manfaat kesehatan lainnya, baik untuk ibu maupun
bayi. Dalam
International Journal of Obesity, para peneliti menemukan bahwa semakin sering
seorang wanita melahirkan, makin tinggi indeks massa tubuh (IMT) mereka. IMT dikatakan
normal jika 18,5-24,9, dan dikatakan obesitas bila tingkat IMT 30 atau lebih.
Kirsty Bobrow dan timnya dari Universitas Oxford, Inggris, mengevaluasi informasi dari 740.000 wanita menopause yang terlibat dalam Britain Million Women Study antara tahun 1996 dan 2001. Rata-rata usia mereka adalah 58 tahun. Setiap partisipan diminta untuk melaporkan tinggi, berat, sejarah melahirkan anak, termasuk menjawab pertanyaan seputar menyusui. Hasil analisa menunjukkan, semakin sering seorang wanita melahirkan, indeks massa tubuh cenderung lebih tinggi. Di antara mereka yang tidak punya anak, rata-rata BMI adalah 25,6 (mengalami sedikit kelebihan berat badan). Sementara wanita yang memiliki empat atau lebih anak, rata-rata IMT-nya 27,2.
Kirsty Bobrow dan timnya dari Universitas Oxford, Inggris, mengevaluasi informasi dari 740.000 wanita menopause yang terlibat dalam Britain Million Women Study antara tahun 1996 dan 2001. Rata-rata usia mereka adalah 58 tahun. Setiap partisipan diminta untuk melaporkan tinggi, berat, sejarah melahirkan anak, termasuk menjawab pertanyaan seputar menyusui. Hasil analisa menunjukkan, semakin sering seorang wanita melahirkan, indeks massa tubuh cenderung lebih tinggi. Di antara mereka yang tidak punya anak, rata-rata BMI adalah 25,6 (mengalami sedikit kelebihan berat badan). Sementara wanita yang memiliki empat atau lebih anak, rata-rata IMT-nya 27,2.
Di
antara partisipan yang baru melahirkan, 70 persen memberikan ASI dan
melakukannya selama rata-rata 7,7 bulan. Peneliti menemukan bahwa selama enam bulan menyusui,
rata-rata level IMT
1 persen lebih rendah. Meskipun penurunannya relatif kecil, tapi dampaknya
cukup baik. Para
peneliti memiliki beberapa hipotesis tentang mengapa menyusui membantu
mengontrol berat badan dalam jangka panjang. Salah satunya adalah tentang apa
yang disebut reset hipotesis. Studi lain menunjukkan, dengan
menyusui, lemak tubuh akan lebih banyak terbakar. Tentu saja untuk bisa kembali
langsing, menyusui saja tidak cukup. Perhatikan pula pola makan dan aktivitas.
Ibu
adalah seorang yang paling dekat dengan anak harus memiliki pengetahuan tentang
gizi. Pengetahuan minimal yang harus di ketahui seorang ibu adalah tetang
kebutuhan gizi, cara pemberian makan, jadwal pemberian makan pada balita,
sehingga akan menjamin anak akan tumbuh dan berkembang dengan optimal.
Untuk
membantu menambulangi masalah pemenuhan
kebutuhan gizi bayi pada kondisi masyarakat seperti sekarang ini, di perlukan
alternatif pemecahan masalah agar
terpenuhi gizi bagi bayi, pemberian makanan tambahan sebagai makanan pendaping
ASI harus disesuaikan dengan umur bayi karena itu alternatif pemenuhan gizi
bayi pun di sesuaikan dengan umur bayi.
Dalam
usia bayi 0-4 bulan, makanan yang paling tepat untuk bayi adalah air susu ibu
atau ASI, karena memang komposisi zat gizi
yang ada pada ASI paling tepat
untuk bayi pada usia ini. Pada
usia 3 bulan berat badan bayi akan mnejadi dua kali lipat dari berat badan pada
waktu lahir. Jadi, bayi akan memerlukan makanan yang lebih banyak. Biasanya
sampai usia 4 bulan ASI masih dapat kebutuhan bayi akan zat gizi. Jika pada
usia pada 1 bulan pertama produksi ASI mencapai sekitar 500 ml per hari,
memasuki bulan kedua dan ketiga produksi asi dapat naik sekitar 650 ml per
hari. Penelitian yang dilakukan oleh Blankhart di bogor (1962) menunjukkan produksi
ASI rata-rata per hari adalah 320-69 ml pada waktu bayi berusia antara 2-5
bulan. Waktu bayi berusia antara 8-12 bulan, produksi ASI berkisar antar
190-460 ml
Suatu
penelitian di madura oleh Sri karjati antar tahun 19 81-1984 menunjukkan bahwa
produksi asi pada waktu bayi berusia 1-4 bulan adalah sekitar 600-700 ml,
memasuki usia 5 bulan produksi asi tuun menjadi sekitar 600 ml, apabila tiap
100 ml. ASI memberikan 75 kalori, berarti dari ASI bayi hanya akan memperoleh
450 kalori, sedangkan jumlah kebutuhan adalah sekitar 750 kalori, jadi masih
kurang sebesar 300 kalori, dan kekurangan
ini dapat di penuhi dari makanan tambahan lain.
Bayi
usia 9 bulan merupakan usia peralihan kedua dalam pengaturan makanan bayi.
Makanan bayi tadinya bertumpu pada ASI sebagai pemberi zat gizi utama, setelah
usia 9 akan beralih ke makanan sapihan sebagai pemberi zat gizi utama,
sedangkan asi hanya berperan sebagi pelengkap. Pada usia 9 bulan kebutuhan
kalori bayi sebesar 850-900 kalori,
sedangkan ‘ intake’ kalori dari ASI adalah 350 kal (dari 5900 ml ASI). Sehingga
di perlukan tambahan makanan sebesar 450-500 kal.
Masalah
dalam menyusun makanan tambahan untuk bayi usia ini adalah bagaimana menyusun makanan
tersebut sehingga memenuhi kebutuhan bayi akan zat gizi, dengan mutu
yang mendekati mutu gizi ASI. Apalagi jika daerah di daerah itu sukar diperoleh
bahan makanan sumber protein hewani, baik karena terbatasnya jenis makanan yang
ada ataupun karna harganya
yang tidak terjangkau.
Gizi pada
ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi air susu, yang sangat
dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi. Bila pemberian ASI berhasil baik, maka
berat badan bayi akan meningkat, integritas kulit baik, tonus otot serta
kebiasaan makan yang memuaskan. Demikian juga Ibu menyusui tidaklah terlalu
ketat dalam mengatur nutrisinya, yang terpenting adalah makanan yang menjamin
pembentukan air susu yang berkualitas dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan bayinya.
Status Gizi Bayi
14:26
No comments
1.
Pengertian status gizi
Status gizi merupakan ekspresi keadaan
dalam keseimbangan dalam bentuk Variabel tertentu atau pewujudan dari nutritur
dalam bentuk veriabel tertentu. Suatu gizi adalah keadaan tubuh sebangai akibat
konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan antara status gizi
kurang,baik dan lebih, status
gizi adalah gambaran tentang perkembaangan keadaan kesaimbanagan antara asupan
dan kebutuhan zat gizi soeorang anak untuk berbangai proses biologis turmasuk
tubuh.
Status
gizi adalah keadaan tubuh yang diakibatkan oleh konsumsi penyerapan dan penggunaan makanan, ada dua
factor yang mempengaruhi status gizi seseorang yaitu factor ekternal dan internal yang
meliputi daya beli, tingkat pendidikan dan pengetahuan gizi, pengolahan sumber
daya alam, latar belakang budaya, jumlah anggota keluarga dan kebersihan
lingkungan. Sedangkan factor gizi adalah nilai cerna bahan makanan, status fisiologis, status kesehatan, jenis
kelamin, usia dan ukuran tubuh.
Status
gizi adalah keadaan gizi seseorang yang merupakan keadaan tubuh yang
diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan dan pemanfaatan makanan, Status gizi
adalah tingkat kesehatan seseorang yang dipegaruhi oleh makanan yang
dikonsumsi.
Secara umum, status gizi dapat dikatakan
sebangai fungsi kesenjangan gizi, yaitu selisih antara konsumsi zat gizi dengan
kebutuhan zat gizi tersebut. Kesenjangan gizi bermanifestasi menurut tingkatan,
sebangai berikutya :
1. Mobilisasi
Cadangan Zat Gizi, yaitu upaya menutup kesenjangan yang masih kecil dengan
menggunakan cadangan gizi dalam tubuh;
2. Deplesi
jaringan tubuh yang terjadi jika kesenjangan tersebut tidak dapat ditutupi
dengan pemakaian cadangan;
3. Perubahan
biokimia, suatu kelainan
yang terlihat dalam cairan tubuh;
4. Perubahan
fungsional, yaitu kelainan yang terjadi yang terjadi dalam tata kerja final;
5. Perubahan
anotomi. Suaatu perubahan yang bersifat menetap.
2.
Cara ukur status gizi
Kelompok umur yang rentan terhadap
penyakit-penyakit kekurangan gizi adalah kelompok bayi dan anak balita. Oleh
karena itu, indikator yang paling baik untuk mengukur status gizi masyarakat
adalah melalui status gizi balita. Selama ini telah banyak dihasilkan berbagai
pengukuran status gizi tersebut dan masing- masing ahli mempunyai argument
sendiri dalam mengembangkan pengukuran tersebut.
untuk mengukur status gizi pada
saat ini digunakan ukuran berat badan per tinggi badan. Sedangkan ukuran tinggi
badan per umur hanya cocok untuk mengukur status gizi pada saat yang lalu.
berat badan per umur berguna bagi pengukuran untuk anak dibawah umur 1 tahun
ukuran berat badan per umur tidak
atau kurang,
mampu membedakan antara malnutrisi akut dan malnutrisi kronik. Bahwa berat badan per tinggi badan dan lingkar
lengan atas adalah indikator yang paling baik untuk mengetahui prevalensi
malnutrisi akut pada anak. sedangkan untuk prevalensi
malnutrisi kronik diperlukan ukuran tinggi badan per umur.
indikator peertumbuhan anak cukup menggunakan ukuran berat
badan per umur saja. Untuk anak berumur 2-5 tahun yang mempunyai berat badan
rendah menunjukan adanya gejala malnutrisi
yang berat. Berat badan per umur saja sudah dapat dipergunakan untuk mengukur
status gizi pada anak dibawah lima tahun, bahkan anak yang lebih tua pun dapat
mempergunakan ukuran tersebut.
Pengukuran
berat dan tinggi badan mempunyai beberapa kelemahan, antara lain kurang
akuratnya dalam pelaksanaan pengukuran oleh para petugas. Ukuran lainpun tidak
mempunyai nilai yang dinamis untuk pertumbuhan anak. Berat dan tinggi badan per
umur sebagai indikator status gizi anak, pada umumnya para peneliti cenderung
mengacu kepada standar Harvard dengan berbagai modifikasi.
3.
Klasifikasi status gizi
Di bawah
ini akan di uraikan 4 macam cara pengukuran yang sering dipergunakan di bidang
gizi masyarakat serta klasifikasinya:
a.
Berat badan per umur.
Berdasarkan
klasifikasi dari universitas Harvard, keadaan gizi anak diklasifikasikan menjadi 4 tingkat, yakni:
-Gizi
lebih (over weight ).
-
Gizi baik (well nourishcd ).
- Gizi kurang ( under weigh ). yang mencakup
kekurangan kalori dan protein (KKP ) tingkat 1 dan 11.
Untuk
Negara-negara yang sedang berkembang pada umumnya menggunakan
klasifikasi dari Harverd (Standar
Harverd) tersebut, dengan berbagai modifikasi. Oleh karena standar Harverd
itu dikembangkan untuk mengukur status gizi anak dari Negara-negara barat, maka
prinsip utama dalam modifikasi adalah disesuaikan dengan kondisi anak-anak di
Negara-negara Asia dan Afrika. sehingga untuk Negara –negara yang sedang
berkembang termasuk Indonesia, klasifikasi status gizi anak didasarkan pada 50
persentil dari 100 % standar Harverd.
Hal lain
juga dikemukakan oleh
I Dewa Nyoman, dkk (2001) mengatakan bahwa Berat badan menurut umur merupakan salah satu parameter yang
memberikan masa tubuh, masa tubuh sangat sensitive terhadap perubahan –
perubahan yang mendadak, misalnya belum terjadi penyakit infeksi, menurutnya
nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi.
1. Kelebihan BB/U
- Lebih mudah, lebih cepat, cepat dimengerti
oleh masyarakat umum.
- Baik untuk mengukur status gizi akut atau
kronis
- Dapat mendeteksi kegemukan
2. Kelemahan BB/U
- Dapat menyebabkan interprestasi status gizi
yang keliru dan bila terdapat oedema atau asitas.
- Memerlukan data akurat, terutama untuk anak dibawah lima tahun.
Klasifikasi dari standar Harverd yang sudah
dimodifikasi tersebut yang telah dimodifikasi adalah sebagai berikut :
- Gizi Baik, adalah apabila berat badan
bayi/anak menurut umurnya lebih dari 89% standard Harverd.
- Gizi kurang, adalha apabila berat badan
bayi/anak menurut umur berada diantara 60,1 % - 80 % standar Harverd.
- Gizi buruk, adalah apabila berat badan
bayi/anak menurut umurnya 60% atau kurang dari standar Harverd.
Secara terperinci, pengukuran status gizi bayi/anak balita berdasarkan
berat dan tinggi badan adalah seperti tabel terlihat pada tabel 2.2
b.
Tinggi badan menurut umur.
Pengukuran status gizi bayi dan balita berdasarkan tinggi badan
menurut umur, juga menggunakan modifikasi standar Harverd, dengan klasifikasi sebagai berikut.
- Gizi Baik, adalah apabila panjang badan
bayi/anak menurut umurnya lebih dari 80% standar Harverd.
- Gizi kurang, adalha apabila panjang badan
bayi/anak menurut umur berada diantara 70,1 % - 80 % standar Harverd.
- Gizi buruk, adalah apabila panjang badan
bayi/anak menurut umurnya 70% atau kurang dari standar Harverd.
c.
Berat badan menurut Tinggi
Pengukuran berat badan menurut tinggi badan ini diperoleh dengan mengkonbinasikan berat badan dan tinggi badan
per umur menurut standar Harverd juga. Klasikasinya adalah sebagai berikut :
- Gizi Baik, adalah apabila Berat badan
bayi/anak menurut umurnya lebih dari 90% standar Harverd.
- Gizi kurang, adalah apabila berat badan bayi/anak menurut umur
berada diantara 70,1 % - 90 % standar Harverd.
- Gizi buruk, adalah apabila berat badan
bayi/anak menurut umurnya 70% atau kurang dari standar Harverd
d.
Lingkar Lengan atas (LILA) menurut umur
Klasifikasi pengukuran status gizi bayi/anak berdasarkan lingkar
lengan atas, yang sering digunakan adalah dengan mengacu pada standar wolanski,
Klasifikasinya adalah sebagai berikut :
- Gizi Baik, adalah apabila LILA bayi/anak
menurut umurnya lebih dari 85% standar Harverd.
- Gizi kurang, adalah apabila LILA bayi/anak
menurut umur berada diantara 70,1 % - 85 % standar Harverd.
- Gizi buruk, adalah apabila LILA bayi/anak menurut umurnya 70% atau kurang
dari standar Harverd.
Pengukuran status gizi bayi/balita berdasarkan
lingkar lengan atas secara terperinci adalah menggunakan tabel seperti terlihat dalam tabel 2.1
Tabel 1
Standar baku Lingkar Lengan Atas (LLA) Menurut Umur
Umur
|
Standar
LLA (Cm)
|
85 %
Standar LLA (Cm)
|
70 %
Standar LLA (Cm)
|
|
Tahun
|
Bulan
|
|||
0
0
1-
2-
3-
4-
5-
|
6 – 8
9 - 11
|
14,75
15,1
16,0
16,25
16,50
26,75
17,0
|
12,50
13,25
13,50
13,75
14,00
14,25
14,50
|
10,50
11,00
11,25
11,50
11,60
11,75
12.00
|
Sumber : Puslitbang Depkes RI
dalam Notoadmodjo, 2005.
Subscribe to:
Posts (Atom)