BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Menjadi tua adalah sesuatu yang sangat alamiah, terjadi pada setiap
orang. Menjadi tua merupakan proses kehidupan yang tidak bisa ditolak. Tapi
bagaimana ceritanya jika saat kita memasuki usia tua, kita justru tidak bisa menikmati
hari tua. Banyak stigma negatif dialamatkan pada para lanjut usia lansia. Uzur,
sakit-sakitan dan hidupnya bergantung pada orang lain. Sisa hidupnya
hanya akan merepotkan keluarga dan lingkungannya. Padahal jika melihat pada
statistik keberadaan para lansia ini jumlah mereka sangat besar. Pada tahun
2000 penduduk lanjut usia tercatat sekitar 14,4 juta orang, kini jumlah
lansia mencapai 23 juta jiwa atau 10 persen jumlah penduduk. Jumlah ini
diperkirakan akan terus meningkat, bahkan pada 2020 diperkirakan akan
membengkak menjadi 28,8 juta jiwa lebih. Peningkatan yang sama terjadi secara
global. Catatan internasional menunjukkan lebih dari 60 persen penduduk lansia
di dunia hidup di negara berkembang (Widodo, 2006).
Menurut Widodo, 2006
negara yang maju adalah negara yang bisa menghargai pendahulunya. Ini berarti
menghargai para lansia. Jumlah lansia juga bisa menjadi indikator keberhasilan
pembangunan. Semakin banyaknya lansia berarti sektor pembangunan terutama
kesehatan telah berhasil Di Negara-negara maju seperti Amerika serikat dan Inggris, usia menopouse wanita adalah 51,4 tahun,
sedangkan di Asia tenggara adalah 51,09
tahun, (Angkasa.2000). Sindroma menopouse dialami oleh banyak wanita hampir diseluruh dunia, sekitar 70-80%
wanita Eropa,
60% di Amerika, 57 % di Malaysia. 18% di Cina dan 10% di Jepang dan Indonsia
dari beberapa data tampak bahwa salah satu faktor berbedaan
jumlah tersebut adalah karena pola makannya. Pola makan wanita Eropa dan Amerika dapat miningkatkan
kadar estrogen didalam tubuh
dibandingkan dengan wanita Asia, sehingga ketika masa menopouse tiba
jumlah estrogen drastis menurun menyebabkan
tingginya sindroma menopouse (Rosental,
2009).
Penyakit metabolik
seperti diabetes melitus, hipertensi, stroke, dan osteoporosis sering sekali
dirisaukan oleh orang tua yang ada di tahap Lansia. penyakit
metabolik merupakan momok bagi orangtua Lansia.
Usia diatas 50 tahun rentan sekali terhadap penyakit-penyakit, yang
diantaranya: kencing manis (diabetes melitus), tekanan darah tinggi (hipertensi),
stroke, serta pengeroposan tulang (osteoporosis).Kehidupan perempuan dibagi
dalam empat kurun waktu, yaitu masa kanak-kanak, remaja, reproduksi, dan pasca
reproduksi. Perubahan masak kanak-kanak menuju masa dewasa atau sering dikenal dengan masa pubertas
ditandai dengan datangnya menstruasi pada perempuan atau menarche (Kesehatan Reproduksi, 2008).
Usia lanjut adalah suatu
kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang,
terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapapun. Pada usia lanjut akan terjadi
berbagai kemunduran pada organ tubuh. Namun tidak perlu berkecil hati, harus
selalu optimis, ceria dan berusaha agar selalu tetap sehat di usia lanjut. Jadi
walaupunb usia sudah lanjut, harus tetap menjaga kesehatan.
Salah satu pembangunan kesehatan Indonesia adalah meningkatnya angka harapan hidup.
Keberhasilan pembanguan kesehatan telah meningkatkan status kesehatan dan gizi
masyarakat Indonesia dari tahun ketahun. Dari data sensus penduduk tahun 2000 jumlah
perempuan berusia diatas 50 tahun baru mencapai 15,5 juta jiwa atau 7,6% dari
total penduduk (Notoatmodjo, 2007).
Berdasarkan sensus
penduduk tahun 2005, Umur Harapan Hidup (UHH) wanita Indonesia adalah 68,2
tahun sedangkan tahun 2020 jumlahnya meningkat menjadi 30,0 juta atau 11,5%
dari total jumlah penduduk (Depkes RI, 2005) dikatakan juga bahwa meningkatnya
usia harapan hidup tersebut, proposi
wanita lanjut juga akan mengalami peningkatan dan harapan para wanita dapat
menikmati kehidupan yang nyaman dan berkualitas (Departemen Kesehatan RI, 2009).