Tuesday, 22 January 2013
Pengetahuan Seks
15:18
No comments
2.1.1.
Pengertian Seks
Seks adalah bagian dari kehidupan manusia. Sesuatu yang ada dan tidak bisa
ditolak, sesuatu yang muncul dan bisa
menimbulkan berbagai masalah apabila tidak dikendalikan, diatur dan diredam
secara baik. Seiring dengan perkembangan biologis pada umumnya, maka
pada usia tertentu, seseorang mencapai tahapan kematangan organ-organ seks. Ditandai
oleh haid pertama pada wanita ( sekitar usia 11 tahun dan mimpi basah pada pria
sekitar usia 13-14 tahun). Kematangan organ-organ seks secara bio-fisiologis
ini diikuti dengan kemampuan untuk melakukan hubungan seks dan sekaligus
munculnya dorongan untuk melakukannya. (Hilman, 2004).
Seks
dalam arti luas berarti segala hal yang terjadi sebagai akibat (konsekuensi)
dari adanya perbedaan jenis kelamin antara lain : 1. Perbedaan tingkah laku :
lembut, kasar, genit dan lain-lain, 2. Perbedaan atribut : pakaian, nama dan
lain-lain, 3. Perbedaan peran dan pekerjaan, 4. Hubungan antara pria dan wanita
: tata krama, pergaulan, percintaan, pacaran, perkawinan dan lain-lain. Seks
pengetian yang paling luas lebih bersifat sosiologis dan kultural dari pada
sekedar hubungan antara dua individu. Selanjutnya arti seks yang dikonotasikan
dengan persetubuhan termasuk sebagai seks acts, yang berdasarkan tujuan dapat
di bedakan menjadi tiga macam yaitu : 1. Bertujuan untuk memiliki anak 2. Untuk
sekedar mencari kesenangan 3. Sebagai untuk ungkapan penyatuan rasa, seperti
cinta. (Hilman, 2004).
Sedangkan hal-hal yang lebih umum seperti cara berpakaian
yang seronok, gerak-gerik yang erotis, membaca majalah porno dan gambar-gambar
yang seksual, ketertarikan pada pesona lawan jenis, serta hal-hal lain yang
lebih bersifat psikologis, biasanya disebut sebagai perilaku seksual yang
berbeda pengertiannya dengan tindakan seks. Namun demikian tindakan seks dan
perilaku seksual tercakup dalam pengetian seksual secara umum. (Hilman, 2004).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa seks
adalah alat kelamin yang dapat membedakan antara jenis kelamin pria dan wanita.
Akibat dari perbedaan tersebut akan mendorong individu bertingkah laku yang
bersifat seksual, baik yang bertujuan memiliki anak atau sekedar mencari
kesenangan dan tingkah laku tersebut dipengaruhi juga oleh emosi. (Hilman,
2004).
2.1.2. Masa Remaja
Menurut Depkes (2004)
Tiga hal yang menjadikan masa remaja penting :
1.
Masa Remaja (usia 10 – 19 tahun), merupakan masa yang
khusus dan sering disebut masa pubertas merupakan periode peralihan dari masa
anak ke masa dewasa. Masa remaja
merupakan masa transisi yang unik dan ditandai oleh berbagai perubahan fisik,
emosi dan spikhis.
Pada masa remaja terjadi perubahan fisik (organobiologik)
secara cepat, yang tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan (mental-emosional).
Perubahan yang cukup besar ini dapat membingungkan remaja yang mengalaminya,
karena itu perlu pengertian, bimbingan dan dukungan lingkungan
disekitarnya.agar mereka dapat tumbuh
dan berkembang menjadi manusia dewasa yang sehat baik jasmani, mental
maupun psikososial.(Ami 2008)
Dalam lingkungan social tertentu, sering terjadi
perbedaan perlakuan terhadap remaja
laki-laki dan perempuan. Bagi laki-laki masa remaja merupakan saat diperolehnya
kebebasan, sewmentara untuk remaja perempuan merupakan saat dimulainya segala
bentuk pembatasan (pingitan). Walaupun
dewasa ini praktek seperti itu telah jarang dilakukan, namun perbedaan
perlakuan terhadap remja laki-laki dan perempuan ini dapat menempatkan remaja
perempuan dalam posisi yang dirugikan. kesetaraan perlakuan terhadap remaya
laki-laki dan perempuan diperlukan dalam mengatasi masalah Kesehatan Reproduksi
remaja, agar masalahnya dapat tertangani secara tuntas. (Ami 2008)
2.1.3. Ciri perubahan fisik remaja
Terjadi pertumbuhan fisik yang cepat pada remaja,
termasuk pertumbuhan organ organ
reproduksi (organ seksual) untuk
mencapai kematangan, sehingga mampu melangsungkan fungsi reproduksi (Depkes
RI,2005).
Perubahan ini ditandai dengan munculnya tanda – tanda
adalah :
a.Tanda –
tanda seks primer,
Yaitu
yang berhubungan langsung dengan organ seks : Terjadinya Haid pada remaja
putri. Terjadinya mimpi basah pada remaja laki-laki.
b.Tanda
– tanda seks sekunder, yaitu :
Pada remaja laki - laki terjadi perubahan suara,
tumbuhnya jakun, penis dan buah zakar bertambah besar, terjadinya eraksi dan
ejakulasi, dada lebih lebar, badan berotot, tumbuhnya kumis, cambang dan rambut
di sekitar kemaluan dan ketiak.
Pada remaja putri, pinggul melebar, pertumbuhan
rahim dan vagina, payudara membesar, tumbuhnya rambut di ketiak dan
sekitar kemaluan ( pubis ).
2.1.4. Perubahan Kejiwaan pada Masa Remaja.
Proses perubahan kejiwaan berlangsung lebih lambat
dibandingkan perubahan fisik, yang meliputi (depkes RI,2004):
a.Perubahan emosi, sehingga remaja menjadi,
Sensitive ( mudah
menangis, cemas, frustasi dan tertawa ).
Agresif dan mudah
bereaksi terhadap rangsangan luar yang berpengaruh, sehingga misalnya mudah
berkelahi.
b.Perkembangan
intelegensia, sehingga remaja menjadi,
Mampu
berpikir abstrak, senang memberikan kritik.
Ingin
mengetahui hal – hal baru, sehingga muncul perilaku ingin mencoba –coba.
Perilaku
ingin mencoba hal – hal yang baru ini jika didorong oleh rangsangan seksual
dapat membawa remaja masuk pada hubungan seks pranikah dengan segala akibatnya.
dari segi Kesehatan Reproduksi, perilaku ingin mencoba – coba dalam bidang seks
merupakan hal yang sangan rawan, karena dapat membawa akibat yang sangat buruk
dan merugikan masa depan remaja, khususnya remaja putri.
Antara lain akibat kematangan organ seks maka dapat akan
berkembang pula keinginan melakukan hubungan seks sehingga dapat terjadi
kehamilan remaja putri diluar nikah, upaya abortus, dan penularan penyakit
kelamin,termasuk HIV/AIDS. Perilaku ingin mencoba – coba juga dapat
mengakibatkan remaja mengalami ketergantungan NAFZA (narkotika, psikotropika
dan zat adiktif lainnya, termasuk rokok dan alkohal).
Kematangan organ seks dapat berpengruh buruk bila remaja
tidak mampu mengendalikan rangsangan seksualnya, sehingga tergoda untuk
melakukan hubungan seks pra nikah. Hal ini akan menimbulkan akibat yang dapat
dirasakan bukan saja oleh pasangan, khususnya remaja puteri, tetapi juga orang
tua, keluarga bahkan masyarakat.
2.2.Akibat hubungan seks pra
nikah :
2.2.1. Hubungan seks pranikah(Ami,2008):
a. Bagi remaja.
Remaja
pria menjadi tidak perjaka, dan remaja putri tidak perawan.
Menambah resiko tertular penyakit menular
seksual (PMS) seperti : gonore (GO), sifilis, harpes simplek ( genitalis ),
clamidia, kondiloma akuminata, HIV/AIDS.
Remaja
putri terancam kehamilan yang tidak diinginkan, pengguguran kandungan yang
tidak aman ,infeksi organ – organ
reproduksi, anemia, kemandulan dan kematian karena pendarahan atau
keracunan kehamilan.
Trauma
kejiwaan (depresi, rendah diri, rasa berdosa, hilang harapan masa depan ),
Kemungkinan
hilangnya kesempatan untuk melanjutkan
pendidikan Melahirkan bayi yang kurang sehat /tidak sehat.
b. Bagi Keluarga.
Menimbulkan
aib keluarga.
Menambah
beban ekonomi keluarga.
Pengaruh
kejiwaan bagi anak yang dilahirkan akibat tekanan masyarakat di lingkungannya (
ejekan ).
c,Bagi
Masyarakat.
Meningkatnya
remaja putus sekolah, sehingga kualitas masyarakat menurun.
Meningkatnya
angka kematian ibu dan bayi sehingga derajat kesejahteraan masyarakat menurun.
Menambah beban ekonomi
masyarakat.
2.2.2. Beberapa
Penyakit menular seksual
Beberapa penyakit menular seksual (BKKBN,2000) :
a.Gonore (Kencing
Nanah)
Gonore adalah penyakit
yang di sebabkan oleh naiseria gonorroeae.masa ingkubasi berlangsung selama
2-1o hari setelah kuman masuk kedalam tubuh melalui hubungan seks.
Tanda-tanda : Nyeri, bengkak, kemerahan dan bernanah pada
alat kelamin. Pada
laki-laki ; Sakit saat kencing, keluar nanah kental kuning kehijauan, ujung
penis merah dan bengkak. Pada perempuan : 60% tidak
menunjukkan gejala, misalnya keputihan kental kekuningan dan sakit saat
kencing. Gonore pada wanita dan laki-laki dapat menyebabkan kemandulan.
b.Siphilis (Raja Singa)
Sifilis adalah penyakit yang di sebabkan oleh kuman
treponema pallidum,masa ingkubasi belangsung 3-4 minggu,kadang-kadang sampai 13
minggu.
Tanda-tanda
:Pusing, nyeri tulang seperti flu, bercak kemerahan pada tubuh sekitar 6-12
setelah berhubungan seks. Setelah 5-10 tahun penyakit ini akan menyerang
susunan syaraf otak, pembuluh darah dan jantung, pada perempuan hamil
menularkan kepada bayi yang dikandungnya dan bisa lahir dengan kerusakan kulit,
hati, limpa dan keterbelakangan mental.
c.Herpes Genitalis
Herpes Genitalis adalah penyakit yang di sebabkan oleh virus herpes
simplex,masa inkubasi 4-7 hari sesudah
virus masuk kedalam tubuh melalui hubungan seks.
Tanda-tanda: Bintik-bintik
berair (berkelompok seperti anggur) yang sangat nyeri pada sekitar alat
kelamin. Kemudian pecah dan meninggalkan luka kering yang mengerak, lalu hilang
sendiri. Gejala kambuh lagi seperti diatas namun tidak nyeri tahap awal bila
ada faktor pencetus (stres, haid, minuman/makanan beralkohol) dan biasanya
menetap hilang timbul seumur hidup. Pada perempuan dapat menyebabkan kanker
mulut rahim beberapa tahun kemudian.
d. Klamidia
klamidia adalah penyakit yang
di sebabkan oleh chalamydia trakomatis.masa
tanpa gejala berlangsung 7 sampai 21 hari.
Tanda-tanda : Pada perempuan keluarnya cairan dari alat
kelamin atau “keputihan encer” berwarna putih kekuningan, rasa nyeri dirongga
panggul. Pendarahan setelah melakukan hubungan seksual. Pada laki-laki rasa
nyeri saat kencing dan keluar cairan bening dari saluran kencing. Bila infeksi
terus berlanjut, cairan makin sering keluar dan bercampur darah dan dapat
menyebabkan kerusakan dan cacatnya saluran telur bagi perempuan sehingga
menyebabkan kemandulan atau infeksi saluran kencing dan melahirkan bayi
prematur. Bagi laki-laki menyebabkan rusaknya saluran sperma dan menyebabkan
kemandulan dan infeksi saluran kencing.
e.HIV/AIDS
HIV/AIDS adalah kumpulan gejala akibat menurunnya sistem
kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi virus HIV.
Tanda-tanda : 3-4 tahun penderita tidak memperlihatkan
gejala yang khas. Sesudahnya, tahun ke 5 atau 6 mulai timbul diare berulang,
penurunan berat badan secara mendadak, sering sariawan dimulut dan terjadi
pembekakan didaerah kelenjar getah bening. AIDS dapat menyebabkan penurunan
daya tahan tubuh secara terus menerus
sehingga dapat menyebabkan kematian (BKKBN,2000).
2.3. Pengetahuan Seks Remaja
Pengetahuan remaja tentang seks bebas adalah segala
sesuatu yang di ketahui remaja mengenai seks. Pembekalan pengetahuan diperlukan
remaja (ami,2008):
1) Perkembangan fisik, kejiwaan dan kematangan seksual
remaja.
Pembekalan pengetahuan tentang perubahan yang terjadi
secara fisik,kejiwaan dan kematangan
seksual akan memudahkan remaja untuk memahami serta mengatasi berbagai keadaan yang membingungkannya. Informasi tentang haid dan mimpi basah, serta
tentang alat reproduksi remaja laki laki dan perempuan perlu diperoleh
setiap remaja.
2)Proses Reproduksi yang bertanggung jawab.
Manusia secara
biologis mempunyai kebutuhan
seksual, Remaja perlu mengendalikan naluri seksualnya dan menyalurkannya menjadi kegiatan yang positif,
seperti olah raga dan mengembangkan hobi
yang
Vitamin A
15:15
No comments
2.1.1.
Pengertian Vitamin A
Vitamin A adalah vitamin larut
lemak yang pertama ditemukan, secara luas, vitamin A merupakan nama generik
yang menyatakan semua retinoid dan provitamin A yang mempunyai aktifitas
biologi sebagai retinol. (Almasier, 2004)
Vitamin A adalah salah satu zat gizi
mikro yang diperlukan oleh tubuh yang berguna untuk meningkatkan daya tahan
tubuh (imunitas) dan kesehatan mata.( Arisman, 2006).
2.1.2.
Fungsi Vitamin A
Vitamin A yang disebut
juga Retinol sangat banyak fungsinya, yaitu: membantu mata menyesuaikan diri
terhadap perubahan cahaya dari terang ke gelap, mencegah kekeringan
selaput lendir mata yang disebut xerosis konjungtiva, mencegah terjadinya
kerusakan mata berlanjut yang akan menjadi bercak bitot sampai kebutaan,
menjaga kesehatan kulit dan selaput lendir saluran pernafasan, saluran kemih
dan saluran pencernaan terhadap masuknya bakteri dan virus, membantu
pertumbuhan tulang dan sistem reproduksi, membantu pertumbuhan dan perkembangan
janin dalam kandungan, pembelahan sel, diferensiasi sel, meningkatkan sistem kekebalan
tubuh dan bersifat antioksidan yang dapat menetralisir radikal bebas penyebab
kerusakan sel dan jaringan. (Depkes, 2005)
Hasil penelitian di
berbagai negara menunjukkan bahwa pemberian suplementasi Vitamin A sebanyak 2
kali pertahun pada anak umur 6-59 bulan dapat mencegah kekurangan Vitamin
A dan kebutaan (buta senja), juga meningkatkan sistim kekebalan tubuh sehingga
mengurangi kejadian kesakitan dan kematian pada balita, karena vitamin ini
dapat mencegah timbulnya komplikasi pada penyakit yang sering terjadi pada
balita seperti campak dan diare. Bagi Ibu menyusui, selain untuk mencegah
kebutaan Vitamin A sangat dibutuhkan untuk pembentukan ASI yang
berkualitas tinggi yang dibutuhkan bayi pada bulan-bulan pertama
kehidupannya (Depkes, 2005)
2.1.3.
Akibat Kekurangan
Vitamin A (Zerophthalmia)
Penyakit ini disebabkan kekurangan
konsumsi Vitamin A di dalam tubuh. gejala penyakit ini adalah kekeringan epitel
biji mata dan kornea karena grandula lacrimalis menurun. terlihat
selaput bola mata keriput dan kusam bila biji mata bergerak.
Fungsi mata berkurang menjadi hemeralopia
atau nictalpia yang sering disebut buta senja atau buta ayam, tidak bisa
melihat pada cahaya remang-remang. Pada stadium lebih lanjut maka membekas,
karena sel-sel menjadi lunak yang disebut keratomalacia dan dapat
menimbulkan kebutaan. (Notoatmodjo, 2003)
a.
Kurang Vitamin A (KVA)
pada anak-anak yang berada di daerah pengungsian dapat menyebabkan mereka
rentan terhadap berbagai penyakti infeksi, sehingga mudah sakit.
b.
Anak yang menderita kurang vitamin A, bila
terserang campak, diare atau penyakit infeksi lain, penyakit tersebut akan
bertambah parah dan dapat mengakibatkan kematian. Infeksi akan menghambat
kemampuan tubuh untuk menyerap zat-zat gizi dan pada saat yang sama akan
mengikis habis simpanan vitamin A dalam tubuh.
c.
Kekurangan vitamin A
untuk jangka waktu lama juga akan mengkibatkan terjadinya gangguan pada mata,
dan bila anak tidak segera mendapat vitamin A akan mengakibatkan kebutaan.
d. Bayi-bayi
yang tidak mendapat ASI mempunyai risiko lebih tinggi untuk menderita KVA,
karena ASI merupakan sumber vitamin A yang baik.(Depkes, 2006)
2.1.4.
Cara Pencegahan
Kekurangan Vitamin A
Pemasukan vitamin A pada awal
kehidupan akan tercukupi melalui air susu ibu asalkan ibu memiliki status
vitamin A yang baik. pernyataan ini menyiratkan bahwa bayi yang tidak disusui
berisiko menderita kekurangan Vitamin A
dan karenanya harus diberi suplementasi, terutama jika makanan penganti
ASI tidak diperkaya dengan vitamin A. Status vitamin A yang baik diawal
kehidupan akan mempengaruhi status dan cadangan vitamin A pada tahap kehidupan
lebih lanjut.
Anak yang tidak memperoleh cukup
vitamin A. Berisiko terkena rabun senja. Rabun senja akan merespon terapi
setelah 24 – 48 jam setelah mengkonsumsi Vitamin dosis Tinggi, Serosis
konjungtiva yang aktif sembuh dalam dua minggu, sementara seresis kornea
reda dalam 2 – 5 hari dan kornea akan kembali normal setelah 1 – 2 minggu
setelah mengkonsumsi Vitamin A dosis tinggi.(Arisman, 2006)
Anak yang menderita diare
menyerapan Vitamin A lebih sedikit dari yang anak yang tidak menderita diare.
Namun jumlah yang terserap mencukupi kebutuhan akan kekurangan untuk
pengobatan. Asalkan anak mengkonsumsi dosis yang telah di anjurkan. sedangkan
penderita kekurangan vitamin A dan malnutrisi
sekaligus harus diawasi secara cermat karena status vitamin A mereka tidak
mantap mungkin sewaktu-waktu akan cepat sekali memburuk, meskipun telah diberi
suplemen dengan dosis yang disarankan. pada kelompok ini suplemen perlu
ditambah oleh sebab itu 1 sampai 4 minggu kemudian dosis perlu ditambah satu
dosis, dengan harapan dosis cadangan dalam hati masih banyak. Pada anak yang
menderita KKP berat (Kurang kalori protein atau Kwasiorkor) perlu
ditambah satu dosis setiap 4 minggu sampai status protein membaik. (Arisman,
2006)
2.1.5.
Efek Samping pemberian Vitamin A dosis tinggi
Kapsul Vitamin A 200.000 SI tidak
berbahaya bagi anak berusia 1 tahun yang menderita penyakit kuning. Penyakit
kuning disebabkan karena kerusakan sel-sel darah merah dalam jumlah yang
berlebihan, peradangan hati dan?atau penyumbatan dalam hati. Pada semua tipe
penyakit kuning, pengobatan harus ditujukan kepada penyebabnya bukan pada
gejalanya. Suplementasi Vitamin yang larut dalam lemak seperti Vitamin A sangat
dianjurkan.
Bayi berumur di bawah 6 bulan yang
mendapat kapsul Vitamin A dosis tunggal lebih dari 100.000 SI kemungkinan akan
mengalami penonjolan ubun-ubun (bagian lunak pada kepala bayi). Tetapi keadaan
ini hanya terjadi pada sebagian kecil bayi (<1%). Penonjolan ini akan
membantu menghilangkan tekanan intrakranial yang hanya sedikit meningkat. Tanda-tanda
ini hanya bersifat sementara dan akan menghilang dalam jangka waktu2 hari. Jika
anak mengkonsumsi kapsul Vitamin A dengan dosis lebih dari 200.000 SI, maka
anak akan merasa agak mual, muntah atau sakit kepala. Hasil ini terjadi pada
5-20% anak-anak yang mendapatkan kapsul Vitamin A dengan dosis 300.000-400.000
SI sekali minu. Dosis yang lebih besar dalam jangka waktu yang lebih sering
dapat menimbulkan efek samping dan harus dihindari.
Pedoman WHO (”Field Guide to the
detection and control of xerofthalmia, WHO, 1982”) menganjurkan agar anak-anak
diberi kapsul Vitamin A 50.000 SI pada saat lahir (atau 25.000 SI pada
kunjungan EPI (kontak imunisasi), yaitu 4 kali dalam umur 6 bulan pertama)
untuk mencegah kekurangan kekurangan Vitamin A dan untuk meningkatkan cadangan
Vitamin A dalam hati. Hasil penelitian terhadap ribuan anak-anak di Nepal
menunjukkan bahwa neonatus (bayi umur < 1 bulan) tahan terhadap dosis
tunggal 50.000 SI tanpa menunjukkan tanda-tanda terjadinya efek kelebihan.
Hanya sedikit sekali bayi usia 1-5 bulan yang mendapat dua kali jumlah ini
(100.000 SI sebagai dosis tunggal) yang menunjukkan sedikit penonjolan
ubun-ubun (+0.5%) dan muntah-muntah (+2.0%). Efek samping terjadi hanya untuk
sementara.
Telah terbukti bahwa ibu menyusui
serta bayinya akan memperoleh keuntungan jika ibu mendapat kapsul Vitamin A
oral 200.000 SI dosis tunggal segera setelah melahirkan (dalam waktu 1
bulan/pada masa nifas). Konsumsi kapsul Vitamin A dosis tinggi akan menjamin
tersedianya jumlah Vitamin A yang cukup dalam ASI untuk memenuhi kebutuhan
anak. Jumlah Vitamin A dalam ASI tidak akan mencapai kadar yang membahayakan
bagi anak meskipun bayi sering sekali disusui. Oleh sebab itu kapsul Vitamin A
dosis tinggi (200.000 SI ) harus diberikan kepada ibu nifas.(Depkes RI, 2005)
Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Vitamin A pada Bayi 6 – 12 bulan di Wilayah kerja Puskesmas
15:13
No comments
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Berlakang.
Indonesia sebagai salah satu Negara
sedang berkembang banyak mengalami masalah dibidang Kesehatan diantaranya
derajat kesehatan. Derajat kesehatan antara lain ditentukan oleh derajat
kesehatan Ibu dan Anak sebagai kelompok penduduk yang rawan dan rentan. Oleh
sebab itu, perlu diupayakan penurunan angka kematian ibu dan bayi merupakan indikator
penilaian derajat kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2004).
Hasil Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia 2007 (SDKI), derajat kesehatan ibu dan anak di Indonesia
masih perlu ditingkatkan. SDKI mengungkapkan, angka kematian ibu (AKI), yaitu
228 per 100 ribu kelahiran hidup. Sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) 34 per
1000 KH. (Depkes RI, 2008)
Menurut Rinskesdas 2007, penyebab
kematian utama bayi adalah ganguan pernapasan (35,9%) dan berat lahir rendah
(32,4%). Sedangkan kematian pada balita paling banyak diakibatkan oleh diare,
pneumonia dan hal yang berlatar pada kekurangna gizi. Jadi, jika ingin menekan
kematian bayi dan balita, perhatian yang besar perlu pada upaya penyelamatan
bayi baru lahir dan penangangan penyakit infeksi (diare dan pneumonia). (Depkes
RI, 2008)
Anak yang tidak memperoleh cukup
vitamin A. Beresiko terkena rabun senja.
Kebutaan yang menimpa anak didunia kini telah mencapai 1,5 milliar (WHO,
2000) dengan temuan kasus baru sebanyak setengah juta setiap tahun gangguan
penglihatan ini, terutama yang terjadi pada tahun pertama kehidupan, (Arisman,
2007).
Sekitar 125 juta anak balita di
dunia mengalami kekurangan vitamin A subklinik sementara 1,3 juta dari jumlah
itu telah menampakan gejala klinis xeroftalmia itu berarti resiko mereka
untuk terjangkit terinfeksi membesar sebanyak 20 kali. (Arisman, 2007).
Saat ini masalah kekurangan vitamin
A (KVA) masih merupakan masalah gizi utama yang terjadi di Indonesia . Menurut
data Departemen Kesehatan tahun 2005 menunjukan hampir 10 juta balita menderita
KVA sub klinis (serum retinol < 20 µg/dl), 60 ribu diantaranya disertai
dengan gvejala bercak bitot yang terancam buta. Selain itu pada beberapa
propinsi di Indonesia telah ditemukan kasus-kasus baru KVA yang terjadi pada
anak penderita gizi buruk. Hasil kajian berbagai studi menyatakan bahwa Vitamin
A merupakan zat gizi esensial bagi manusia, karena zat gizi ini sangat penting
dan konsmsi makanan kita cenderung belum mencukupi dan masih rendah sehinga
harus dipenuhi dari luar. Pemerintah telah lama maelakukan upaya penaggulangan
masalah kekurangan Vitamin A melalui suplementasi kapsul vitamin A pada bayi 6
– 11 bulan dengan Vitamin A biru dan 12 – 59 bulan dengan Vitamin A merah, ibu
nifas dan kasus campak serta diare (Depkes RI, 2005).
Subscribe to:
Posts (Atom)