Saturday, 23 February 2013
Perawatan Penyakit Ulkus Diabetikum
13:57
No comments
Perawatan Penyakit kaki diabetisi yang teratur akan mencegah atau
mengurangi terjadinya komplikasi kronik pada kaki. Penelitian di Spain yang
dilakukan oleh Calle dkk. pada 318 diabetisi dengan neuropati dilakukan edukasi
penyakit kaki kemudian diikuti selama 3-6 tahun dihasilkan pada kelompok I (223
responden) melaksanakan penyakit kaki teratur dan kelompok II (95 responden)
tidak melaksanakan penyakit kaki, pada kelompok I terjadi ulkus sejumlah 7
responden dan kelompok II terjadi ulkus sejumlah 30 responden. Kelompok I dilakukan
tindakan amputasi sejumlah 1 responden dan kelompok II sejumlah 19 responden.
Hasil penelitian pada diabetisi dengan neuropati yaitu kelompok yang tidak
melakukan penyakit kaki 13 kali risiko terjadi ulkus diabetika dibandingkan
kelompok yang melakukan penyakit kaki secara teratur.
Penggunaan alas kaki tidak tepat. Diabetisi tidak boleh berjalan tanpa alas
kaki karena tanpa menggunakan alas kaki yang tepat memudahkan terjadi trauma
yang mengakibatkan ulkus diabetika, terutama apabila terjadi neuropati yang
mengakibatkan sensasi rasa berkurang atau hilang. Penelitian eksperimental oleh
Gayle tentang tekanan pada kaki karena penggunaan alas kaki yang tidak tepat
dengan kejadian ulkus diabetika, menghasilkan bahwa penggunaan alas kaki tidak
tepat menyebabkan tekanan yang tinggi pada kaki sehingga risiko terjadi ulkus diabetika
3 kali dibandingkan dengan penggunaan alas kaki yang tepat.
Pencegahan dan pengelolaan ulkus diabetik untuk mencegah komplikasi lebih
lanjut adalah :
a. Memperbaiki
kelainan vaskuler.
b. Memperbaiki
sirkulasi.
c. Pengelolaan pada
masalah yang timbul ( infeksi, dll).
d. Edukasi penyakit
kaki.
e. Pemberian
obat-obat yang tepat untuk infeksi (menurut hasil laboratorium lengkap) dan
obat vaskularisasi, obat untuk penurunan gula darah maupun menghilangkan
keluhan/gejala dan penyulit DM.
f. Olah raga teratur
dan menjaga berat badan ideal.
g. Menghentikan
kebiasaan merokok.
h. Merawat kaki secara
teratur setiap hari, dengan cara :
1) Selalu menjaga kaki dalam keadaan bersih.
2) Membersihkan dan mencuci kaki setiap hari dengan air suam-suam kuku
dengan memakai sabun lembut dan mengeringkan dengan sempurna dan hati-hati
terutama diantara jari-jari kaki.
3) Memakai krem kaki yang baik pada kulit yang kering atau tumit yang
retak-retak, supaya kulit tetap mulus, dan jangan menggosok antara jari-jari
kaki (contoh: krem sorbolene).
4) Tidak memakai bedak, sebab ini akan menyebabkan kulit menjadi kering dan
retak-retak.
5) Menggunting kuku hanya boleh digunakan untuk memotong kuku kaki secara
lurus dan kemudian mengikir agar licin. Memotong kuku lebih mudah dilakukan
sesudah mandi, sewaktu kuku lembut.
6) Kuku kaki yang menusuk daging dan kalus, hendaknya diobati oleh
podiatrist. Jangan menggunakan pisau cukur atau pisau biasa, yang bisa tergelincir;
dan ini dapat menyebabkan luka pada kaki. Jangan menggunakan penutup
kornus/corns. Kornus-kornus ini seharusnya diobati hanya oleh podiatrist.
7) Memeriksa kaki dan celah kaki setiap hari apakah terdapat kalus, bula,
luka dan lecet.
8) Menghindari penggunaan air panas atau bantal panas.
i. Penggunaan alas kaki tepat, dengan cara :
1) Tidak boleh
berjalan tanpa alas kaki, termasuk di pasir.
2) Memakai sepatu yang sesuai atau sepatu khusus untuk kaki dan nyaman
dipakai.
3) Sebelum memakai sepatu, memerika sepatu terlebih dahulu, kalau ada batu
dan lain-lain, karena dapat menyebabkan iritasi /gangguan dan luka terhadap
kulit.
4) Sepatu harus terbuat dari kulit, kuat, pas (cukup ruang untuk ibu jari
kaki) dan tidak boleh dipakai tanpa kaus kaki.
5) Sepatu baru harus dipakai secara berangsur-angsur dan hati-hati.
6) Memakai kaus kaki yang bersih dan mengganti setiap hari.
7) Kaus kaki terbuat dari bahan wol atau katun. Jangan memakai bahan
sintetis, karena bahan ini menyebabkan kaki berkeringat.
8) Memakai kaus kaki apabila kaki terasa dingin.
j. Menghindari trauma berulang, trauma dapat berupa fisik, kimia dan
termis, yang biasanya berkaitan dengan aktivitas atau jenis pekerjaan.
k. Menghidari pemakaian obat yang bersifat vasokonstriktor misalnya adrenalin,
nikotin.
l. Memeriksakan diri secara rutin ke dokter dan memeriksa kaki setiap
kontrol walaupun ulkus diabetik sudah sembuh.
Ulkus Diabetikum
13:54
No comments
Ulkus Diabetikum adalah luka pada kaki yang merah
kehitam – hitaman dab berbau busuk akibat sumbatan yang terjadi di pembuluh
sedang atau besar di tungkai (Askandar,2001).
Ulkus diabetikus adalah salah satu
bentuk komplikasi kronik Diabetes mellitus berupa luka terbuka pada permukaan kulit
yang dapat disertai adanya kematian jaringan setempat. Ulkus diabetikum merupakan luka terbuka
pada permukaan kulit
karena adanya komplikasi makroangiopati sehingga terjadi vaskuler insusifiensi
dan neuropati, yang lebih lanjut terdapat luka pada penderita yang sering tidak
dirasakan, dan dapat berkembang menjadi infeksi disebabkan oleh bakteri aerob
maupun anaerob. Pasien diabetes sangat beresiko terhadap kejadian luka dikaki
dan merupakan jenis luka kronis yang sangat sulit penyembuhannya. Perawtan luka
diabetes khususnya dikaki relatif mahal, namun menjadi lebih berkualitas
dibanding pasien harus kehilangan salah satu anggota tubuhnya.
Ada banyak alasan mengapa klien diabetes
beresiko tinggi terhadap kejadian luka dikaki diantaranya diakibatkan karena
kaki yang sulit bergerak terutama jika klien dengan obesitas, neoropati
sensorik, iskhemia sehingga proses penyembuhan menjadi lambat akibat konstriksi
pembuluh darah. Adanya gannguan sistem imunitas, pada klien diabetes
menyebabkan luka mudah terinfeksi dan jika terkontaminasi bakteri akan menjadi
ganren sehingga makin sulit pada penyakitnya serta beresiko terhadap amputasi.
2.4.2.
Tanda Dan Gejala Ulkus Diabetikum
Tanda dan gejala ulkus
diabetika yaitu :
1. Sering
kesemutan.
2. Nyeri
kaki saat istirahat.
3. Sensasi
rasa berkurang.
4. Kerusakan
Jaringan (nekrosis).
5. Penurunan
denyut nadi arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea.
6. Kaki
menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal.
Ulkus kaki
diabetik dapat bervariasi dari semacam kawah merah dangkal yang hanya
melibatkan permukaan kulit sampai sangat dalam dan luas sehingga melibatkan
tendon, tulang dan struktur-struktur dalam lainnya. Pada tahap lanjut, ulkus
dapat berkembang menjadi abses (kantong nanah), menyebarkan infeksi pada kulit
dan lemak yang mendasari (selulitis), infeksi tulang (osteomielitis) atau
gangren. Gangren adalah jaringan tubuh gelap dan mati yang disebabkan oleh
aliran darah yang buruk.
Secara umum, ulkus kaki diabetik dapat dibagi menjadi
tahapan-tahapan berikut:
Tahap 1: Ulkus kecil yang dangkal
Tahap 2: Ulkus yang meluas ke tulang atau kapsul sendi
Tahap 4: Jaringan di
telapak kaki bagian depan atau tumit mati (gangren)
Tahap 5: Jaringan di
daerah seluruh kaki mati
2.4.3.
Penyebab Ulkus
Diabetikum
Faktor risiko terjadi ulkus diabetika pada penderita Diabetes mellitus
menurut Lipsky dengan modifikasi dikutip oleh Riyanto dkk. terdiri atas :
a. Faktor-faktor
risiko yang tidak dapat diubah :
1) Umur ≥ 60 tahun.
2) Lama DM ≥ 10 tahun.
b.
Faktor-Faktor Risiko yang dapat diubah :(termasuk kebiasaan dan gaya hidup)
1) Neuropati
(sensorik, motorik, perifer).
2) Obesitas.
3) Hipertensi.
4) Glikolisasi
Hemoglobin (HbA1C) tidak terkontrol.
5) Kadar glukosa darah
tidak terkontrol.
6)
Insusifiensi Vaskuler karena adanya Aterosklerosis yang disebabkan :
a) Kolesterol Total
tidak terkontrol.
b) Kolesterol HDL
tidak terkontrol.
c) Trigliserida tidak terkontrol.
7) Kebiasaan merokok.
8) Ketidakpatuhan Diet
DM.
9) Kurangnya aktivitas
Fisik.
10) Pengobatan tidak
teratur.
11) Penyakit kaki
tidak teratur.
12) Penggunaan alas
kaki tidak tepat
Faktor-faktor
risiko terjadinya ulkus diabetika lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut :
a. Umur ≥ 60 tahun.
Umur, menurut penelitian di Swiss dikutip oleh Suwondo bahwa penderita
ulkus diabetika 6% pada usia < 55 tahun dan 74% pada usia ≥ 60 tahun.
Penelitian kasus kontrol di Iowa oleh Robert menunjukkan bahwa umur penderita
ulkus diabetika pada usia tua ≥ 60 tahun 3 kali lebih banyak dari usia muda
< 55 tahun. Umur ≥ 60 tahun berkaitan dengan terjadinya ulkus diabetika
karena pada usia tua, fungsi tubuh secara fisiologis menurun karena proses aging
terjadi penurunan sekresi atau resistensi insulin sehingga kemampuan fungsi
tubuh terhadap pengendalian glukosa darah yang tinggi kurang optimal.
Penelitian di Amerika Serikat dikutip oleh Rochmah W menunjukkan bahwa dari
tahun 1996-1997 pada lansia umur > 60 tahun, didapatkan hanya 12% saja pada
usia tua dengan DM yang kadar glukosa darah terkendali, 8% kadar kolesterol
normal, hipertensi 40%, dan 50% mengalami gangguan pada aterosklerosis,
makroangiopati, yang faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi penurunan
sirkulasi darah salah satunya pembuluh darah besar atau sedang di tungkai yang
lebih mudah terjadi ulkus diabetika
b. Lama DM ≥ 10 tahun.
Penelitian di USA oleh Boyko pada 749 penderita Diabetes mellitus dengan
hasil bahwa lama menderita DM ≥ 10 tahun merupakan faktor risiko terjadinya
ulkus diabetika dengan RR-nya sebesar 3 (95 % CI : 1,2 – 6,9). Ulkus diabetika
terutama terjadi pada penderita Diabetes mellitus yang telah menderita 10 tahun
atau lebih, apabila kadar glukosa darah tidak terkendali, karena akan muncul
komplikasi yang berhubungan dengan vaskuler sehingga mengalami
makroangiopati-mikroangiopati yang akan terjadi vaskulopati dan neuropati yang
mengakibatkan menurunnya sirkulasi darah dan adanya robekan/luka pada kaki
Penderita diabetik yang sering tidak dirasakan.
Kepatuhan
13:49
No comments
Kepatuhan
adalah suatu ketaatan dan kesadaran dalam melaksanakan suatu peraturan. dalam
hal ini ada suatu asumsi yang mengatakan bahwa kepatuhan senantiasa tergantung
pada kesadaran. sebab sebagaimana dikatakan bahwa orang akan mudah tumbuh
kepatuhan kalau ia menyadarinya. Demikian juga orang akan patuh atau taat
kalau ia memahaminya sehingga kesanggupan untyuk mematuhi itu secara logis akan
diikuti olah kemampuan untuk memahaminya (Soemitro, 2000).
Kepatuhan
adalah suatu tindakan atau perbuatan bersedia pengambilan obat sesuai dengan
jadwal yang telah ditetapkan. Kepatuhan seorang penderita adalah sadar resiko
kesehatan pribadi dan prosedur kepatuhan, mau dan mampu melaksanakan
kegiatan-kegiatan untuk mengurangi bahaya kesehatan. (Depkes RI, 2003)
Kepatuhan diet dibagi menjadi 2 katagori
yaitu (Arikunto, 2002)
a.
Patuh, jika jawaban responden benar ≥ 50%
b.
Tidak patuh, Jika jawaban Responden benar < 50%.
Subscribe to:
Posts (Atom)