This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Sunday, 7 April 2013

Konsep Kenakalan Remaja



2.3.1 Pengertian
Kenakalan remaja adalah pelampiasan masalah yang dihadapi oleh kalangan remaja yang tindakannya menyimpang. Menurut ahli sosiologi Kartono, istilah kenakalan remaja adalah Juvenile delinquency. Istilah ini merupakan gejala patolosis sosial pada remaja, yang disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian social. (Romdoni, 2011)
Kenakalan remaja adalah pelampiasan masalah yang dihadapi oleh kalangan remaja yang tindakannya menyimpang. Kenakalan Remaja atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah juvenile delinquency merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial. Akibatnya, mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang (Kartono, 2007)

2.3.2 Jenis-Jenis kenakalan remaja
a.       Membolos sekolah
b.      Kebut-kebutan di jalanan
c.       Penyalahgunaan narkotika
d.      Perilaku seksual pranikah
e.       Perkelahian antar pelajar

2.3.3 Penyebab kenakalan remaja
Perilaku ‘nakal’ remaja bisa disebabkan oleh faktor dari remaja itu sendiri (internal) maupun faktor dari luar (eksternal).
a.      Faktor internal:
1)      Krisis identitas: Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.
2)   Kontrol diri yang lemah: Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku ‘nakal’. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
b.      Faktor eksternal:
1)      Keluarga dan Perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja. Pendidikan yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja.
2)   Teman sebaya yang kurang baik
3)   Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik.

2.3.4 Cara mengatasi kenakalan remaja
a.       Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau diatasi dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.
b.      Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan point pertama.
c.       Kemauan orangtua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja.
d.      Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orangtua memberi arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul.
e.       Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.

2.3.5 Dampak kenakalan remaja
a.       Kenakalan dalam keluarga: Remaja yang labil umumnya rawan sekali melakukan hal-hal yang negatif, di sinilah peran orang tua. Orang tua harus mengontrol dan mengawasi putra-putri mereka dengan melarang hal-hal tertentu.Namun, bagi sebagian anak remaja, larangan-larangan tersebut malah dianggap hal yang buruk dan mengekang mereka. Akibatnya, mereka akan memberontak dengan banyak cara. Tidak menghormati, berbicara kasar pada orang tua, atau mengabaikan perkataan orang tua adalah contoh kenakalan remaja dalam keluarga.
b.       Kenakalan dalam pergaulan: Dampak kenakalan remaja yang paling nampak adalah dalam hal pergaulan. Sampai saat ini, masih banyak para remaja yang terjebak dalam pergaulan yang tidak baik. Mulai dari pemakaian obat-obatan terlarang sampai seks bebas.Menyeret remaja pada sebuah pergaulan buruk memang relatif mudah, dimana remaja sangat mudah dipengaruhi oleh hal-hal negatif yang menawarkan kenyamanan semu. Akibat pergaulan bebas inilah remaja, bahkan keluarganya, harus menanggung beban yang cukup berat.
c.        Kenakalan dalam pendidikan: Kenakalan dalam bidang pendidikan memang sudah umum terjadi, namun tidak semua remaja yang nakal dalam hal pendidikan akan menjadi sosok yang berkepribadian buruk, karena mereka masih cukup mudah untuk diarahkan pada hal yang benar. Kenakalan dalam hal pendidikan misalnya, membolos sekolah, tidak mau mendengarkan guru, tidur dalam kelas, dll.
d.       Dampak kenakalan remaja pasti akan berimbas pada remaja tersebut. Bila tidak segera ditangani, ia akan tumbuh menjadi sosok yang bekepribadian buruk.
e.        Remaja yang melakukan kenakalan-kenakalan tertentu pastinya akan dihindari atau malah dikucilkan oleh banyak orang. Remaja tersebut hanya akan dianggap sebagai pengganggu dan orang yang tidak berguna.
f.        Akibat dari dikucilkannya ia dari pergaulan sekitar, remaja tersebut bisa mengalami gangguan kejiwaan. Yang dimaksud gangguan kejiwaan bukan berarti gila, tapi ia akan merasa terkucilkan dalam hal sosialisai, merasa sangat sedih, atau malah akan membenci orang-orang sekitarnya.
g.        Dampak kenakalan remaja yang terjadi, tak sedikit keluarga yang harus menanggung malu. Hal ini tentu sangat merugikan, dan biasanya anak remaja yang sudah terjebak kenakalan remaja tidak akan menyadari tentang beban keluarganya.
h.       Masa depan yang suram dan tidak menentu bisa menunggu para remaja yang melakukan kenakalan. Bayangkan bila ada seorang remaja yang kemudian terpengaruh pergaulan bebas, hampir bisa dipastikan dia tidak akan memiliki masa depan cerah. Hidupnya akan hancur perlahan dan tidak sempat memperbaikinya.
i.         Kriminalitas bisa menjadi salah satu dampak kenakalan. Remaja yang terjebak hal-hal negatif bukan tidak mungkin akan memiliki keberanian untuk melakukan tindak kriminal. Mencuri demi uang atau merampok untuk mendapatkan barang berharga (Anneahira, 2008).

Gambaran Tingkat Kecemasan Orang Tua Terhadap Kenakalan Remaja



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.      Latar Belakang
Masa remaja menurut Mappiare tahun 2000 berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu 12 atau 13 tahun sampai dengan 17 atau 18 tahun adalah remaja awal, dan usia 17 atau 18 tahun sampai sedang 21 atau 22 tahun adalah remaja akhir. Menurut hukum di Amerika Serikat saat ini individu dianggap telah dewasa apabila telah mencapai usia 18 tahun, dan bukan 21 tahun seperti ketentuan sebelumnya. Pada usia ini, umumnya anak sedang duduk dibangku sekolah menengah (Asrori, 2011).
Terdapat sejumlah jenis kenakalan remaja. Yang paling utama adalah penyalahgunaan narkoba. Perlu diketahui tingkat pengguna narkoba di kalangan remaja di Indonesia sangat memprihatinkan. Dari data Badan Narkotika Nasional (BNN), kasus penyalahgunaan narkoba terus meningkat di kalangan remaja. Dari 2,21% (4 juta orang) pada tahun 2010 menjadi 2,8 (sekitar 5 juta orang) pada tahun 2011. Yang berikutnya adalah seks bebas. Contoh kenakalan remaja dalam pergaulan seks bebas akan bersangkutan dengan HIV/AIDS . Ketiga adalah tawuran antarpelajar. Di kota-kota besar, satu tahun belakangan ini, tawuran antarpelajar semakin meningkat dibandingkan tahun sebelumnya (Romdoni, 2011)
Dampak dari kenakalan remaja yang dibiarkan memang memengaruhi kehidupan masa depan remaja itu sendiri. Misalnya remaja akan tumbuh menjadi sosok yang berkepribadian buruk .Remaja tersebut akan dihindari atau malah dikucilkan oleh banyak orang. Akibat dikucilkan , remaja bisa mengalami gangguan kejiwaan, bukan berarti gila, tapi merasa dikucilkan dalam hal sosialisasi, merasa amat sedih atau malah membenci orang-orang disekitar (Romdoni, 2011)
Lingkungan sangat berpengaruh bagi perkembangan karakter anak. Bila anak berada pada lingkungan yang baik maka akan dapat memberikan pengaruh yang baik pula bagi perkembangan karakter anak, dan begitu juga sebaliknya lingkungan yang tidak baik juga dapat memberikan pengaruh yang tidak baik bagi perkembangan karakter anak. Anda sebagai orangtua harus jeli dan pintar-pintar memilihkan lingkungan yang baik bagi anak Anda, karena akan menentukan perkembangan karakter anak Anda. Lingkungan ini dapat dimisalkan seperti lingkungan tempat Anda tinggal, lingkungan bermain anak Anda, ataupun lingkungan sekolah anak Anda
Gambaran akan diri atau self-image merupakan bagian yang penting bagi remaja untuk menginternalisasi nilai-nilai iternal yang ia pelajari didalam lingkungan peer group nya dimana hal itu dilakukan untuk mendapatkan kenyamanan bagi dirinya berdasarkan dengan peran-peran yang ia harapkan terutama mengenai apa yang harus dilakukan dalam interaksi interpersonal dengan teman-teman sebayanya. Simbol mengenai dirinya tersebut akan berkembang dan mengiringi remaja dalam kehidupan pribadinya. Berdasarkan hal tersebut remaja harus dapat secara tegas untuk mengatasi interaksi yang tidak baik atau tidak sesuai dimana hal ini merupakan berntuk proteksi terhadap diri sendiri. Bentuk proteksi tersebut dapat disesuaikan dengan keadaan dimana remaja mendapatkan kekerasan tetapi tidak mencakup kekerasan verbal maupun ekspresi internal yang diberikan oleh pelaku kejahatan (Manshur, 2003).
Orang tua menganggap masa remaja sebagai sebuah jembatan semua yang melewatinya dan perilaku buruk mereka merupakan gejala yang akan segera hilang bila mereka telah lewat dewasa. Akibatnya mereka membiarkan perbuatan salah dikalangan remaja, sehingga mereka menafsirkan bahwa pendekatan orang tuanya undangan terbuka untuk berbuat menurut keinginan mereka. Kenakalan remaja saat ini merupakan permasalahan besar di banyak negara. Penyebab utama timbulnya  prilaku yang sulit di atasi terletak pada kesalahan-kesalahan yang diperbuat orang tua selama periode usia pembentukan. Seluruh kegagalan di kalangan remaja membuktikan bahwa dimasa kanak-kanak mereka tidak dapat menyesuaikan diri dan bekerja sama dalam keluarganya (Manshur, 2003).
Semakin anak-anak menurut kepada keinginan orang tua, semakin baik pula mereka dimata orang tua. Tetapi reaksi mereka atas pujian dan kemarahan orang tua tidak bisa diprediksikan, misalnya apabila orang tua lebih memperhatikan perilaku yang tidak baik dari pada perilaku yang baik, akan-anak berperilaku tidak baik karena alasan-alasan tertentu, karena mereka tahu dengan berperilaku demikian orang tua mereka akan memberikan perhatian seperti yang mereka inginkan. Apabila mereka berperilaku baik, orang tua tidak akan terlalu memberikan perhatian bagi mereka. Terkadang apabila ia membuat orang dewasa marah maka dalam dirinya akan menimbulkan kesan yang kuat sebagai berikut: “Aku harus menjadi anak manis apabila tidak ingin dimarah, aku harus bersikap baik agar masa depanku tidak gagal” (La Fanu, 2006).
Jika seseorang selalu memikirkan ketakutan dan kekhawatiran terhadap anaknya, maka semua ketakutan dan kekhawatiran yang dia pikirkan tersebut akan tertarik masuk kedalam alam bawah sadarnya dan dia akan menjadi orang tua yang hidup dengan penuh ketakutan dan kekhawatiran sebagaimana yang dia pikirkan (Santoso, 2007).

Nutrisi Diabetes Melitus



Makanan memiliki jumlah glukosa yang berbeda dari setiap jenis gizi (lemak, protein maupun korbohidrat) memiliki efek yang berbeda dalam meningkatkan kadar glukosa darah. bagaimanapun juga karbohidrat adalah yang paling kritis untuk penderita diabetes. Hampir seluruh karbohidrat (kecuali serat yang tidak bisa dicerna) akan dirubah menjadi glukosa. ada dia jenis glukosa, gula (karbohidrat sampel) dan tajin (karbohidrat komplek). Gula termasuk fructose (buah), glukosa (gula utama dalam tubuh, yang bisa juga ditemukan dalam kue tar, kue dan minuman ringan), dan laktosa (susu dan yogurt). Tajin termasuk sayuran seperti kentang, jangun dan kacang polong, padi-padian dan sereal (Ami, 2009).
Tujuan terapi nutrisi untuk diabetes mellitus adalah:
1.   Menjaga kadar glukosa darah senormal mungkin, glukosa darah antara 6-7 % puasa dan sebelum makan glukosa dalam darah 90-130 mg/dl 2 jam setelah mulai makan < 180 mg/dl.
2.      Mencapai tingkat lavel yang optimal. kolestrol darah LDL ( Low Density Lipoprotein) dibawah 100 ml/dl. HDL (High Dendensi Lipoprotein) diatas 40 mg/dl (pria), diatas 50 ml/dl (wanita), Triglyceride dibawak 150 mg/dl.  

Konsep Diabetes Melitus



1.    Etiologi
Insulin Dependen Diabetes Millitus (IDDM) atau diabetes militus tergantung insulin (DMTI) disebabkan oleh destruksi sel β pulau Langerhans akibat proses autoimun. Sedangkan Non Insulin Dependen Diabetes Militus (NIDDM) atau diabetes mellitus tidak tergantung insulin (DMTTI) disebabkan oleh kegagalan relative sel β dan resistensi insulin. Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel β tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya. artinya terjadi defisiensi relative insulin. Ketidak mampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa, maupun pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulinlain. Berarti sel β pancreas mengalami desensitisasi terhadap glukosa  (Mansjoer 2005).
2. Klasifikasi Diabetes Melitus
a.    Tidak tergantung insulin (TTI) Non Insulin Dependent Diebetes Mellitus (NIDDM) yaitu kasus yang tidak memerlukan insulin untuk pengendalian kadar gula darah.
b.   Tergantung insulin (TI) Insulin dependent diabetes Melitus yaitu kasus yang memerlukan insulin dalam pengendalian kadar gula darah.
Klasifikasi Diabetes Melitus menurut White adalah sebagai berikut :
Kelas A. Diabetes kimiawi disebut juga diabetes laten, subklinis atau diabetes kehamilan, tes toleransi glukosa tidak normal, penderita tidak memerlukan insulin, cukup diobati dengan diet saja. Prognosis bagi ibu dan anak baik.
Kelas B. Diabetes Dewasa, diketahui secara klinis setelah umur 19 tahun dan berlangsung kurang daripada 10 tahun dan tidak disertai kelainan pembuluh darah.
Kelas C.  Diabetes yang diderita antara umur 10 – 19 tahun, atau timbul pada umur antara 10 – 19 tahun dan tanpa kelainan pembuluh darah.
Kelas D. Diabetes telah diderita lama, 20 tahun atau lebih, atau telah diderita sebelum umur 10 tahun, atau disertai kelainan pembuluh darah, termasuk arteriosklerosis pada retina dan tungkai, dan retinitis.
Kelas E. Diabetes yang diserta perkapuran pada pembuluh – pembuluh darah panggul, termasuk arteria uteria.
Kelas F Diabetes dengan nefropatia, termasuk glomerulonefritis dan pielonefritis. Diabetes anak remaja (juvenilis), diabetes yang diderita sejak anak-anak atau remaja. Karena sedikit atau tidak ada insulin endogen, cenderung menimbulkan keto-asidosis.
2.   Diagnosa Diabetes Melitus
Keluhan dan gejala yang khas ditambah dengan hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu  > 200 mg/dl atau glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl sudah cukup untuk menengakan diagnose Diabetes Millitus. Bila hasil pemeriksaan glukosa darah meragukan, pemeriksaan TTGO diperlukan untuk memastikan diagnosis Diabetes mellitus. Untuk diagnosis DM dan gangguan toleransi glukosa lainnya diperlukan glukosa darah 2 jam setelah beban glukosa. Sekurang-kurangnya diperlukan kadar glukosa darah 2 kali abnormal untuk konformasi diagnose DM pada hari yang lain atau TTGO yang abnormal. Konfirmasi tidak diperlukan pada keadaan khas hiperglikemi dengan dekompensasi metabolic akut, seperti ketoasidosis, berat badan yang menurun cepat. (Mansjoer 2005).
3.   Penanganan
a.    Pengobatan medik adalah sangat bijaksana bila pengobatan medik bekerja sama dengan ahli penyakit dalam.
1)   Diabetes Diet
            Penderita kelas A cukup diatur dietnya tanpa pengobatan dengan insulin. Menurut lokakarya LIPI/NAS (1968) kebutuhan kalori per hari untuk wanita Indonesia sehat yang  tidak hamil, yang hamil, dan pada masa laktasi masing – masing sebanyak 2.000, 2300 dan 2.800 kalori dengan protein 65 – 80 gram. Penderita diabetes mellitus dengan berat badan rata-rata cukup  di beri diet yang komen yang mengandung 1.200 – 1.800 kalori sehari selama berlangsungnya kehamilan.
            White menganjurkan 30 -40 kalori per kg berat badan. Garam perlu dibatasi untuk mengurangi kecendrungan akan retensi air dan udema. Diet yang dianjurkan adalah karbohidrat 40%, protein 2 g/kg berat badan, lemak 45 – 60 g.
            Penderita memerlukan lebih banyak bahan makanan, terutama kalori dan protein. Penderita yang tidak memerlukan insulin, mungkin sekali perlu diobati dengan insulin. Karena itu keadaan gula darah harus diperiksa ulang. Diet dan dosis insulin setiap kali harus disesuaikan dengan keperluan yang berubah-rubah itu.
2)   Pemberian insulin
            Pada penderita Diabetes Mellitus daya tahan terhadap insulin meningkat dengan makin tuanya umur.
            Penderita yang memerlukan insulin diberi insulin dalam dosis yang sama sampai terdapat tanda-tanda bahaya dosis perlu ditambah atau dikuranggi. Perubahan – perubahan dalam usia disatu pihak memudahkan terjadinya hiperglikimia dan asidosis, akan tetapi dipihak lain dapat menimbulkan reaksi hipoglikenik. Karena itu dosis insulin perlu dirubah-rubah sesuia dengan kebutuhan. Perubahan harus dilakukan dengan hati-hati, dengan berpedoman pada 140 mg/dl pemeriksaan gula darah yaitu kadar PP (Post Prandial) < 140 mg/dl. (Wiknjosastro, 2005)