Sunday, 7 April 2013
Konsep Kenakalan Remaja
12:32
No comments
2.3.1
Pengertian
Kenakalan remaja adalah pelampiasan masalah yang dihadapi oleh kalangan
remaja yang tindakannya menyimpang. Menurut ahli sosiologi Kartono, istilah
kenakalan remaja adalah Juvenile delinquency. Istilah ini merupakan gejala
patolosis sosial pada remaja, yang disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian
social. (Romdoni, 2011)
Kenakalan remaja adalah pelampiasan masalah yang dihadapi oleh kalangan
remaja yang tindakannya menyimpang. Kenakalan Remaja atau dalam bahasa Inggris
dikenal dengan istilah juvenile delinquency merupakan gejala patologis sosial
pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial. Akibatnya, mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang (Kartono, 2007)
2.3.2
Jenis-Jenis kenakalan remaja
a. Membolos sekolah
b. Kebut-kebutan di jalanan
c. Penyalahgunaan
narkotika
d. Perilaku seksual
pranikah
e. Perkelahian antar
pelajar
2.3.3
Penyebab kenakalan remaja
Perilaku ‘nakal’ remaja bisa disebabkan oleh faktor dari remaja itu sendiri (internal) maupun faktor dari luar (eksternal).
a.
Faktor
internal:
1)
Krisis identitas: Perubahan
biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk
integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam
kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi karena remaja gagal
mencapai masa integrasi kedua.
2) Kontrol diri yang lemah: Remaja yang tidak bisa mempelajari dan
membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima
akan terseret pada perilaku ‘nakal’. Begitupun bagi mereka yang telah
mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan
kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
b.
Faktor
eksternal:
1) Keluarga dan Perceraian
orangtua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau perselisihan
antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja. Pendidikan
yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan
pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi
penyebab terjadinya kenakalan remaja.
2)
Teman sebaya yang kurang
baik
3) Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik.
2.3.4 Cara
mengatasi kenakalan remaja
a. Kegagalan mencapai identitas peran dan
lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau diatasi dengan prinsip keteladanan.
Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang
telah melampaui masa remajanya dengan baik juga mereka yang berhasil
memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.
b. Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman
sebaya untuk melakukan point pertama.
c. Kemauan orangtua untuk membenahi kondisi
keluarga sehingga tercipta keluarga yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi
remaja.
d. Remaja pandai memilih teman dan lingkungan
yang baik serta orangtua memberi arahan dengan siapa dan di komunitas mana
remaja harus bergaul.
e. Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak
mudah terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada tidak
sesuai dengan harapan.
2.3.5 Dampak
kenakalan remaja
a.
Kenakalan dalam
keluarga: Remaja yang labil umumnya rawan sekali melakukan hal-hal
yang negatif, di sinilah peran orang
tua. Orang tua harus
mengontrol dan mengawasi putra-putri mereka dengan melarang hal-hal
tertentu.Namun, bagi sebagian anak remaja, larangan-larangan tersebut malah
dianggap hal yang buruk dan mengekang mereka. Akibatnya, mereka akan
memberontak dengan banyak cara. Tidak menghormati, berbicara kasar pada orang
tua, atau mengabaikan perkataan orang tua adalah contoh kenakalan remaja dalam
keluarga.
b.
Kenakalan dalam pergaulan:
Dampak kenakalan remaja yang paling
nampak adalah dalam hal pergaulan. Sampai saat ini, masih banyak para
remaja yang terjebak dalam pergaulan yang tidak baik. Mulai dari pemakaian
obat-obatan terlarang sampai seks bebas.Menyeret remaja pada sebuah pergaulan
buruk memang relatif mudah, dimana remaja sangat mudah dipengaruhi oleh hal-hal
negatif yang menawarkan kenyamanan semu. Akibat pergaulan bebas inilah remaja,
bahkan keluarganya, harus menanggung beban yang cukup berat.
c.
Kenakalan dalam pendidikan: Kenakalan dalam bidang pendidikan
memang sudah umum terjadi, namun tidak semua remaja yang nakal dalam hal
pendidikan akan menjadi sosok yang berkepribadian buruk, karena mereka masih
cukup mudah untuk diarahkan pada hal yang benar. Kenakalan dalam hal pendidikan
misalnya, membolos sekolah, tidak mau mendengarkan guru, tidur dalam kelas,
dll.
d.
Dampak kenakalan
remaja pasti akan berimbas pada remaja tersebut. Bila tidak segera ditangani,
ia akan tumbuh menjadi sosok yang bekepribadian buruk.
e.
Remaja yang melakukan
kenakalan-kenakalan tertentu pastinya akan dihindari atau malah dikucilkan oleh
banyak orang. Remaja tersebut hanya akan dianggap sebagai pengganggu dan orang
yang tidak berguna.
f.
Akibat dari dikucilkannya ia dari pergaulan sekitar, remaja tersebut bisa
mengalami gangguan
kejiwaan.
Yang dimaksud gangguan kejiwaan bukan berarti gila, tapi ia akan merasa
terkucilkan dalam hal sosialisai, merasa sangat sedih, atau malah akan membenci
orang-orang sekitarnya.
g.
Dampak kenakalan remaja yang terjadi, tak sedikit keluarga yang harus menanggung malu. Hal ini
tentu sangat merugikan, dan biasanya anak remaja yang sudah terjebak kenakalan
remaja tidak akan menyadari tentang beban keluarganya.
h.
Masa depan yang suram dan tidak menentu bisa menunggu para remaja yang
melakukan kenakalan. Bayangkan bila ada seorang remaja yang kemudian
terpengaruh pergaulan bebas, hampir bisa dipastikan dia tidak akan memiliki
masa depan cerah. Hidupnya akan hancur perlahan dan tidak sempat
memperbaikinya.
i.
Kriminalitas bisa menjadi salah satu dampak kenakalan. Remaja yang terjebak hal-hal
negatif bukan tidak mungkin akan memiliki keberanian untuk melakukan tindak
kriminal. Mencuri demi uang atau merampok untuk mendapatkan barang berharga (Anneahira, 2008).
Gambaran Tingkat Kecemasan Orang Tua Terhadap Kenakalan Remaja
12:23
No comments
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Masa remaja menurut
Mappiare tahun 2000 berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun
bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja
ini dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu 12 atau 13 tahun sampai dengan 17 atau
18 tahun adalah remaja awal, dan usia 17 atau 18 tahun sampai sedang 21 atau 22
tahun adalah remaja akhir. Menurut hukum di Amerika Serikat saat ini individu
dianggap telah dewasa apabila telah mencapai usia 18 tahun, dan bukan 21 tahun seperti
ketentuan sebelumnya. Pada usia ini, umumnya anak sedang duduk dibangku sekolah
menengah (Asrori, 2011).
Terdapat sejumlah jenis kenakalan
remaja. Yang paling utama adalah penyalahgunaan narkoba. Perlu diketahui tingkat pengguna narkoba di kalangan
remaja di Indonesia sangat memprihatinkan. Dari data Badan Narkotika Nasional
(BNN), kasus penyalahgunaan narkoba terus meningkat di kalangan remaja. Dari
2,21% (4 juta orang) pada tahun 2010 menjadi 2,8 (sekitar 5 juta orang) pada
tahun 2011. Yang berikutnya adalah seks bebas. Contoh kenakalan remaja dalam
pergaulan seks bebas akan bersangkutan dengan HIV/AIDS . Ketiga adalah tawuran
antarpelajar. Di kota-kota besar, satu tahun belakangan ini, tawuran
antarpelajar semakin meningkat dibandingkan tahun sebelumnya (Romdoni, 2011)
Dampak dari
kenakalan remaja yang dibiarkan memang memengaruhi kehidupan masa depan remaja
itu sendiri. Misalnya remaja akan tumbuh menjadi sosok yang berkepribadian
buruk .Remaja tersebut akan dihindari atau malah dikucilkan oleh banyak orang.
Akibat dikucilkan , remaja bisa mengalami gangguan kejiwaan, bukan berarti
gila, tapi merasa dikucilkan dalam hal sosialisasi, merasa amat sedih atau
malah membenci orang-orang disekitar (Romdoni, 2011)
Lingkungan sangat berpengaruh bagi perkembangan karakter anak. Bila anak
berada pada lingkungan yang baik maka akan dapat memberikan pengaruh yang baik
pula bagi perkembangan karakter anak, dan begitu juga sebaliknya lingkungan
yang tidak baik juga dapat memberikan pengaruh yang tidak baik bagi
perkembangan karakter anak. Anda sebagai orangtua harus jeli dan pintar-pintar
memilihkan lingkungan yang baik bagi anak Anda, karena akan menentukan
perkembangan karakter anak Anda. Lingkungan ini dapat dimisalkan seperti
lingkungan tempat Anda tinggal, lingkungan bermain anak Anda, ataupun
lingkungan sekolah anak Anda
Gambaran akan diri atau self-image merupakan bagian yang penting
bagi remaja untuk menginternalisasi nilai-nilai iternal yang ia pelajari
didalam lingkungan peer group nya dimana hal itu dilakukan untuk
mendapatkan kenyamanan bagi dirinya berdasarkan dengan peran-peran yang ia
harapkan terutama mengenai apa yang harus dilakukan dalam interaksi
interpersonal dengan teman-teman sebayanya. Simbol mengenai dirinya tersebut akan
berkembang dan mengiringi remaja dalam kehidupan pribadinya. Berdasarkan hal
tersebut remaja harus dapat secara tegas untuk mengatasi interaksi yang tidak
baik atau tidak sesuai dimana hal ini merupakan berntuk proteksi terhadap diri
sendiri. Bentuk proteksi tersebut dapat disesuaikan dengan keadaan dimana
remaja mendapatkan kekerasan tetapi tidak mencakup kekerasan verbal maupun
ekspresi internal yang diberikan oleh pelaku kejahatan (Manshur, 2003).
Orang tua
menganggap masa remaja sebagai sebuah jembatan semua yang melewatinya dan
perilaku buruk mereka merupakan gejala yang akan segera hilang bila mereka
telah lewat dewasa. Akibatnya mereka membiarkan perbuatan salah dikalangan
remaja, sehingga mereka menafsirkan bahwa pendekatan orang tuanya undangan terbuka
untuk berbuat menurut keinginan mereka. Kenakalan remaja saat ini merupakan
permasalahan besar di banyak negara. Penyebab utama timbulnya prilaku yang sulit di atasi terletak pada
kesalahan-kesalahan yang diperbuat orang tua selama periode usia pembentukan.
Seluruh kegagalan di kalangan remaja membuktikan bahwa dimasa kanak-kanak
mereka tidak dapat menyesuaikan diri dan bekerja sama dalam keluarganya
(Manshur, 2003).
Semakin anak-anak
menurut kepada keinginan orang tua, semakin baik pula mereka dimata orang tua.
Tetapi reaksi mereka atas pujian dan kemarahan orang tua tidak bisa
diprediksikan, misalnya apabila orang tua lebih memperhatikan perilaku yang
tidak baik dari pada perilaku yang baik, akan-anak berperilaku tidak baik
karena alasan-alasan tertentu, karena mereka tahu dengan berperilaku demikian
orang tua mereka akan memberikan perhatian seperti yang mereka inginkan.
Apabila mereka berperilaku baik, orang tua tidak akan terlalu memberikan
perhatian bagi mereka. Terkadang apabila ia membuat orang dewasa marah maka
dalam dirinya akan menimbulkan kesan yang kuat sebagai berikut: “Aku harus
menjadi anak manis apabila tidak ingin dimarah, aku harus bersikap baik agar
masa depanku tidak gagal” (La Fanu, 2006).
Jika seseorang
selalu memikirkan ketakutan dan kekhawatiran terhadap anaknya, maka semua
ketakutan dan kekhawatiran yang dia pikirkan tersebut akan tertarik masuk
kedalam alam bawah sadarnya dan dia akan menjadi orang tua yang hidup dengan
penuh ketakutan dan kekhawatiran sebagaimana yang dia pikirkan (Santoso, 2007).
Nutrisi Diabetes Melitus
10:01
No comments
Makanan
memiliki jumlah glukosa yang berbeda dari setiap jenis gizi (lemak, protein
maupun korbohidrat) memiliki efek yang berbeda dalam meningkatkan kadar glukosa
darah. bagaimanapun juga karbohidrat adalah yang paling kritis untuk penderita
diabetes. Hampir seluruh karbohidrat (kecuali serat yang tidak bisa dicerna)
akan dirubah menjadi glukosa. ada dia jenis glukosa, gula (karbohidrat sampel)
dan tajin (karbohidrat komplek). Gula termasuk fructose (buah), glukosa (gula
utama dalam tubuh, yang bisa juga ditemukan dalam kue tar, kue dan minuman
ringan), dan laktosa (susu dan yogurt). Tajin termasuk sayuran seperti kentang,
jangun dan kacang polong, padi-padian dan sereal (Ami, 2009).
Tujuan
terapi nutrisi untuk diabetes mellitus adalah:
1.
Menjaga kadar glukosa
darah senormal mungkin, glukosa darah antara 6-7 % puasa dan sebelum makan
glukosa dalam darah 90-130 mg/dl 2 jam setelah mulai makan < 180 mg/dl.
2. Mencapai
tingkat lavel yang optimal. kolestrol darah LDL ( Low Density Lipoprotein)
dibawah 100 ml/dl. HDL (High Dendensi Lipoprotein) diatas 40 mg/dl (pria),
diatas 50 ml/dl (wanita), Triglyceride dibawak 150 mg/dl.
Konsep Diabetes Melitus
09:37
No comments
1. Etiologi
Insulin Dependen
Diabetes Millitus (IDDM) atau diabetes militus tergantung insulin (DMTI)
disebabkan oleh destruksi sel β pulau Langerhans akibat proses autoimun.
Sedangkan Non Insulin Dependen Diabetes Militus (NIDDM) atau diabetes mellitus
tidak tergantung insulin (DMTTI) disebabkan oleh kegagalan relative sel β dan
resistensi insulin. Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk
merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat
produksi glukosa oleh hati. Sel β tidak mampu mengimbangi resistensi insulin
ini sepenuhnya. artinya terjadi defisiensi relative insulin. Ketidak mampuan
ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa, maupun
pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulinlain. Berarti
sel β pancreas mengalami desensitisasi terhadap glukosa (Mansjoer 2005).
2. Klasifikasi Diabetes Melitus
a.
Tidak tergantung insulin (TTI) Non Insulin Dependent Diebetes Mellitus
(NIDDM) yaitu kasus yang tidak memerlukan insulin
untuk pengendalian kadar gula darah.
b.
Tergantung insulin (TI) Insulin dependent diabetes Melitus yaitu kasus yang memerlukan insulin dalam pengendalian kadar gula
darah.
Klasifikasi Diabetes Melitus menurut White adalah
sebagai berikut :
Kelas A. Diabetes kimiawi disebut juga diabetes laten, subklinis atau diabetes
kehamilan, tes toleransi glukosa
tidak normal, penderita tidak memerlukan insulin,
cukup diobati dengan diet saja. Prognosis
bagi ibu dan anak baik.
Kelas B. Diabetes Dewasa, diketahui secara klinis
setelah umur 19 tahun dan berlangsung kurang daripada 10 tahun dan tidak
disertai kelainan pembuluh darah.
Kelas C. Diabetes
yang diderita antara umur 10 – 19 tahun, atau timbul pada umur antara 10 – 19
tahun dan tanpa kelainan pembuluh darah.
Kelas D. Diabetes telah diderita lama, 20 tahun
atau lebih, atau telah diderita sebelum umur 10 tahun, atau disertai kelainan
pembuluh darah, termasuk arteriosklerosis
pada retina dan tungkai, dan retinitis.
Kelas E. Diabetes yang diserta perkapuran pada
pembuluh – pembuluh darah panggul, termasuk arteria
uteria.
Kelas F Diabetes dengan
nefropatia, termasuk glomerulonefritis dan pielonefritis. Diabetes anak remaja (juvenilis),
diabetes yang diderita sejak
anak-anak atau remaja. Karena sedikit atau tidak ada insulin endogen, cenderung menimbulkan keto-asidosis.
2. Diagnosa
Diabetes Melitus
Keluhan dan gejala yang
khas ditambah dengan hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu > 200 mg/dl atau glukosa darah puasa ≥ 126
mg/dl sudah cukup untuk menengakan diagnose Diabetes Millitus. Bila hasil
pemeriksaan glukosa darah meragukan, pemeriksaan TTGO diperlukan untuk
memastikan diagnosis Diabetes mellitus. Untuk diagnosis DM dan gangguan
toleransi glukosa lainnya diperlukan glukosa darah 2 jam setelah beban glukosa.
Sekurang-kurangnya diperlukan kadar glukosa darah 2 kali abnormal untuk
konformasi diagnose DM pada hari yang lain atau TTGO yang abnormal. Konfirmasi
tidak diperlukan pada keadaan khas hiperglikemi dengan dekompensasi metabolic
akut, seperti ketoasidosis, berat badan yang menurun cepat. (Mansjoer 2005).
3. Penanganan
a.
Pengobatan medik adalah
sangat bijaksana bila pengobatan medik bekerja sama dengan ahli penyakit dalam.
1)
Diabetes Diet
Penderita kelas A cukup diatur
dietnya tanpa pengobatan dengan insulin.
Menurut lokakarya LIPI/NAS (1968) kebutuhan kalori per hari untuk wanita
Indonesia sehat yang tidak hamil, yang
hamil, dan pada masa laktasi masing –
masing sebanyak 2.000, 2300 dan 2.800 kalori dengan protein 65 – 80 gram.
Penderita diabetes mellitus dengan berat badan rata-rata
cukup di beri diet yang komen yang
mengandung 1.200 – 1.800 kalori sehari selama berlangsungnya kehamilan.
White menganjurkan 30 -40 kalori per
kg berat badan. Garam perlu dibatasi untuk mengurangi kecendrungan akan retensi
air dan udema. Diet yang dianjurkan adalah karbohidrat
40%, protein 2 g/kg berat badan,
lemak 45 – 60 g.
Penderita memerlukan lebih banyak
bahan makanan, terutama kalori dan protein. Penderita yang tidak memerlukan insulin, mungkin sekali perlu diobati
dengan insulin. Karena itu keadaan
gula darah harus diperiksa ulang. Diet dan dosis insulin setiap kali harus disesuaikan dengan keperluan yang
berubah-rubah itu.
2)
Pemberian insulin
Pada penderita Diabetes Mellitus daya tahan terhadap insulin meningkat dengan makin tuanya umur.
Penderita yang memerlukan insulin diberi insulin dalam dosis yang sama sampai terdapat tanda-tanda bahaya
dosis perlu ditambah atau dikuranggi. Perubahan – perubahan dalam usia disatu
pihak memudahkan terjadinya hiperglikimia
dan asidosis, akan tetapi dipihak
lain dapat menimbulkan reaksi hipoglikenik.
Karena itu dosis insulin perlu
dirubah-rubah sesuia dengan kebutuhan. Perubahan harus dilakukan dengan
hati-hati, dengan berpedoman pada 140 mg/dl pemeriksaan gula darah yaitu kadar
PP (Post Prandial) < 140 mg/dl. (Wiknjosastro,
2005)
Subscribe to:
Posts (Atom)