Thursday, 6 June 2013
Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pendarahan Pada Kehamilan Muda Di Bidan Praktek Swasta
10:05
No comments
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Berlakang.
Indonesia
sebagai salah satu negara sedang berkembang banyak mengalami masalah dibidang kesehatan
diantaranya derajat kesehatan. Terutama derajat kesehatan Ibu dan Anak sebagai
kelompok penduduk yang rawan dan rentan. Oleh sebab itu, perlu diupayakan
penurunan angka kematian ibu dan bayi.
Masalah kesehatan merupakan masalah
penting yang tengah dihadapi oleh masyarakat saat ini, apalagi yang tengah
menimpa kaum wanita. Kesehatan reproduksi wanita adalah hal yang sangat perlu
diperhatikan menimbang bahwa wanita adalah makhluk yang unik. Disini wanita
ini, dalam siklus hidupnya mengalami tahap-tahap kehidupan, diantaranya dapat
hamil dan melahirkan
Seorang wanita yang sedang hamil harus
lebih waspada dengan apa yang terjadi pada dirinya karena banyak sekali
kondisi-kondisi yang mengancam pada kehamilan. Tidak sedikit juga ibu yang
mengeluhkan perdarahan pada trimester I atau
3 bulan pertama kehamilannya. Yang akan kita bicarakan di sini adalah
perdarahan yang terjadi pada saat seorang ibu hamil muda. Perdarahan yang terjadi
saat hamil muda disebabkan oleh beberapa hal, antara lain keguguran (abortus),
kehamilan di luar kandungan (Kehamilan Ektopik Terganggu), ataupun hamil
anggur. Meskipun tanda dan gejala yang sama dari ketiga penyakit itu adalah
perdarahan, ada gejala lain yang mesti kita ketahui tentang masing-masing kasus
tersebut.
Kasus pendarahan pada
masa kehamilan adalah salah satu yang paling ditakuti. Padahal, para ibu hamil
sebenarnya tidak perlu terlalu cemas bila pendarahan itu terjadi. Sebab, tidak
semua pendarahan dapat membahayakan janin atau sang ibu. Kasus
pendarahan pada masa kehamilan sangat bervariasi. Mulai pendarahan dengan
jumlah yang sangat sedikit (vlek) sampai pendarahan hebat dengan gumpalan dan
disertai kram perut. pendarahan
pada kehamilan dapat dibagi menjadi dua. Yaitu pendarahan pada kehamilan usia
muda dan tua (ante partum). Batas teoretis antara kehamilan itu adalah usia
janin 22 minggu. Ini mengingat kemungkinan hidup janin di luar uterus.
Hal medis yang perlu dipertimbangkan dalam
pendarahan usia muda. Yaitu keguguran (abortus) dan kehamilan di luar kandung (rahim).
Kemungkinan mengalami keguguran jika pendarahan cukup parah, biasanya sering
disertai kram pada perut. Kadang juga disertai keluarnya bekuan darah atau
jaringan fetus
Menurut data WHO persentase kemungkinan terjadinya
abortus cukup tinggi. Sekitar 15-40% angka kejadian, diketahui pada ibu yang
sudah dinyatakan positif hamil, dan 60-75% angka abortus terjadi sebelum usia
kehamilan mencapai 12 minggu. Diperkirakan frekuensi keguguran spontan
berkisar antara 10-15 %. Namun demikian, frekuensi seluruh keguguran yang pasti
sukar ditentukan, karena abortus buatan banyak yang tidak dilaporkan, kecuali
bila telah terjadi komplikasi. Juga karena sebagian keguguran spontan hanya
disertai gejala dan tanda ringan, sehingga wanita tidak datang ke dokter atau
rumah sakit.
Di Indonesia, diperkirakan sekitar 2-2,5 % juga
mengalami keguguran setiap tahun, sehingga secara nyata dapat menurunkan angka
kelahiran menjadi 1,7 pertahunnya. Kejadian abortus diduga mempunyai efek
terhadap kehamilan berikutnya, baik pada timbulnya penyulit kehamilan maupun
pada hasil kehamilan itu sendiri. Wanita dengan riwayat abortus mempunyai
risiko yang lebih tinggi untuk terjadinya persalinan prematur, abortus
berulang, dan berat badan lahir rendah (BBLR) .
Pada penelitian Thom terhadap 2.146
penderita dengan riwayat abortus satu kali 94 orang (4,9%) menunjukkan adanya
pertumbuhan janin yang terhambat pada kehamilan berikutnya, 174 orang (8,7%)
melahirkan bayi prematur. Sedangkan dari 638 penderita dengan riwayat abortus 3
kali atau lebih, ternyata terjadi pertumbuhan janin yang terhambat pada 41
orang (6,4%), dan prematuritas pada 63 orang (10,8%)
Gambaran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Orang Tua Tentang Denver Development Scrinning Test (DDST II)
09:32
No comments
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Memiliki anak sehat dan cerdas adalah
dambaan setiap orang tua. Untuk mewujudkan tentu saja orang tua harus selalu
memperhatikan, mengawasi dan merawat anak secara seksama, khususnya
memperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya
Pertumbuhan dan
perkembangan anak berlangsung secara teratur, saling berkaitan dan berkesinambungan yang
dimulai konsepsi sampai dewasa Peristiwa pertumbuhan ditandai
dengan perubahan tentang besarnya, jumlah, ukuran di dalam tingkat sel, organ maupun individu.
Sedangkan peristiwa perkembangan pada anak dapat terjadi pada perubahan
bentuk dan fungsi pematangan organ mulai dari aspek sosial, emosional, dan
intelektual. Aspek-aspek perkembangan yang dapat dipantau antara lain motorik kasar,
motorik halus, kemampuan bicara dan bahasa, serta sosialisasi dan kemandirian
Perkembangan adalah bertambahnya
kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang
teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini
menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh,
organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing
dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan
tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya ().
Periode penting dalam tumbuh kembang
adalah masa balita. Karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan
mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita ini
perkembangan kemampuan bahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan
intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan
berikutnya. Perkembangan moral beserta dasar dasar kepribadian juga dibentuk
pada masa ini. Sehingga setiap penyimpangan perkembangan sekecil apapun pada
masa ini akan mempengaruhi kualitas sumber daya manusia kelak dikemudian hari.
Pada perkembangan anak terdapat masa
kritis, dimana diperlukan rangsangan/stimulasi yang berguna agar potensi
berkembang, sehingga perlu mendapat perhatian. Perkembangan psikososial sangat
dipengaruhi lingkungan dan interaksi antara anak dengan orang tua dewasa
lainnya. Perkembangan anak akan optimal bila interaksi sosial diusahakan sesuai
dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangannya, bahkan sejak bayi
masih dalam kandungan. Sedangkan lingkungan yang tidak mendukung akan
menghambat perkembangan anak.
Denver Developmental Screening Test
(DDST) adalah sebuah upaya melakukan penilaian yang umum digunakan untuk
memeriksa anak-anak usia 0-6 tahun dalam mendeteksi kemajuan perkembangan
mereka. Nama “Denver” diambil, karena tes pemeriksaan ini
diciptakan di University of Colorado Medical Center di Denver.
Keterlambatan perkembangan ataupun
masalah-masalah dalam dalam perkembangan, diperkirakan mencapai hingga 15% dari
jumlah anak-anak dibawah diantara usia 0 hingga 5 tahun. (survey di denver)
Ini termasuk keterlambatan dalam bicara dan perkembangan bahasa,
perkembangan motorik, perkembangan sosial-emosional dan perkembangan kognitif.
Dan hanya setengahnya yang dapat terdeteksi. Kebanyakan, pada
awalnya, justru orang tuanya sendiri yang melihat adanya ketidak sempurnaan
perkembangan dalam tubuh putra/inya. Sayangnya dari sekian banyak orang
tua yang telah menyadari, hanya sedikit dari mereka yang mengambil
langkah penanganan secara serius.
Skrining perkembangan merupakan
prosedur yang didesain untuk mengidentifikasi anak yang harus mendapatkan
penilaian yang lebih intensif. Skrining digunakan untuk mendeteksi deviasi yang
tak terduga dari perkembangan normal yang tidak seharusnya ada. Tujuan utama
dari skrining adalah untuk mengidentifikasikan secepatnya disabilitas
perkembangan pada anak yang beresiko tinggi sehingga penanganan dapat dilakukan
pada usia dini dimana penanganan paling efektif. Skrining bukan merupakan tes
yang hanya dilakukan pada satu waktu, tetapi lebih merupakan proses dan
prosedur yang digunakan pada periode waktu tertentu
Oleh karena itu DDSC merupakan sebuah
“alat pendeteksi” yang sangat tepat dan rinci untuk mengetahui perubahan hal
yang paling kecil dalam perkembangan anak. Melibatkan orang tua dalam proses
pengamatannya, dapat bersifat fleksibel dan secara berkesinambungan.
Beberapa teori perkembangan yang
dianut oleh Erik Erikson (2003) tentang perkembangan dari berbagai aspek yang
berbeda, namun semua sepakat bahwa proses perkembangan terjadi selangkah-demi
selangkah secara urut dan teratur. Erikson mengungkapkan bahwa perkembangan
emosional berjalan sejajar dengan pertumbuhan, dan interaksi antara
perkembangan fisik dan psikologis. Sedangkan Sigmund Freud terkenal sebagai
penggali teori alam bawah sadar dan pakar Psikoanalisis
menerangkan bahwa berbagai problem yang dihadapi penderita dewasa ternyata
disebabkan oleh gangguan atau hambatan yang dialami selama perkembangan
psikososialnya. Jean Piaget adalah pakar paling terkemuka dalam bidang teori
perkembangan kognitif. Adapun inti pengertian teori Piaget menurut Monks adalah
bahwa perkembangan dipandang sebagai kelanjutan generasi Embrio. Sears mengembangkan teori belajar yang dikaitkan dengan
perilaku anak dalam perkembangan. Ia juga sangat menekankan pengaruh orang tua
terhadap perkembangan anaknya, ia berpendapat bahwa pola asuh sangat menentukan
perkembangan kepribadian anak
Gambaran Pengetahuan Wanita Usia Subur (Wus) Tentang Penyakit Menoragia Di Desa
09:26
No comments
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Pada
suatu saat dalam kehidupan reproduksi wanita, mungkin pernah mengalami
pendarahan hebat selama periode menstruasi. Ada sebagian perempuan yang saat
periode menstruasinya datang sampai kehilangan banyak darah dan tidak dapat
melakukan aktivitas. Istilah medis untuk periode seperti ini--menstruasi yang
berlebihan atau berkepanjangan atau keduanya--disebut menoragia
Meskipun
menstruasi berat adalah keprihatinan umum di kalangan wanita premenopause, beberapa
wanita mengalami kehilangan darah yang cukup berat sehingga didefinisikan
sebagai menoragia. Jika perempuan mengalami perdarahan menstruasi begitu berat
sehingga takut ketika periode menstruasi dating
Siklus menstruasi yang
normal berlangsung antara 21-35 hari, selama 2-8 hari dengan jumlah darah haid
sekitar 25-80 ml/hari. Menoragia merupakan suatu kelainan menstruasi dimana
perdarahan menstruasi lebih dari 80ml/hari pada siklus yang normal. Sementara
menstruasi yang berlangsung lebih dari 7 hari disebut sebagai hipermenorrea.
Menstruasi yang
berlangsung berkepanjangan dengan jumlah darah yang terlalu banyak untuk
dikeluarkan setiap harinya dapat menyebabkan tubuh kehilangan terlalu banyak
darah sehingga memicu terjadinya anemia. Gejala-gejala yang timbul akibat
anemia diantaranya adalah napas menjadi lebih pendek, mudah lelah, jari tangan
dan kaki menjadi kebas, sakit kepala, depresi, konsentrasi menurun.
Perdarahan vagina yang
sangat berat/parah, disebut menorrhagia, adalah perdarahan menstruasi yang
lebih besar dari 5 sendok makan per bulan. Kondisi ini terjadi pada kira-kira
10% dari wanita-wanita. Pola yang paling umum dari menorrhagia adalah
perdarahan yang berlebihan yang terjadi pada siklus-siklus menstruasi yang
teratur dan dengan ovulasi yang normal
Badan Kesehatan Dunia (WHO)
mengatakan, saat ini penyakit kanker serviks menempati peringkat teratas di
antara berbagai jenis kanker yang menyebabkan kematian pada perempuan di dunia.
Di Indonesia, setiap tahun terdeteksi lebih dari 15.000 kasus kanker serviks. Sekitar 8000
kasus di antaranya berakhir dengan kematian. Menurut WHO, Indonesia merupakan
negara dengan jumlah penderita kanker serviks yang tertinggi di dunia. Mengapa
bisa begitu berbahaya? Pasalnya, kanker serviks muncul seperti musuh dalam
selimut. Sulit sekali dideteksi hingga penyakit telah mencapai stadium lanjut
(WHO, 2008).
Dari hasil penelitian oleh tim Rumah Sakit
Kanker Darmais Jakarta menunjukan bahwa tiap jenis kanker mempunyai banyak
faktor dan tahapan yang mengarah pada terjadinya perubahan sel normal menjadi
sel kanker. sekitar 5 – 10% dari kanker terjadi akibat adanya kelainan genetika
yang diturunkan. Anggota keluarga dengan faktor genetic ini mempunyai resiko
yang meningkat untuk timbulnya tipe tertentu kanker. misalnya sindroma
Li-Fraumeni, dan adanya kecendrungan bentuk familier pada kanker payudara
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu Balita Tentang Deteksi Dan Stimulasi Motorik Anak Sejak Dini
09:21
No comments
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Anak adalah amanah dan karunia
Allah SWT, yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia
seutuhnya. Anak adalah penerus cita-cita perjuangan bangsa yang memiliki peran
strategis, dan mempunyai ciri dan sifat khusus yang diharapkan dapat menjamin
kelangsungan eksistensi bangsa dan negara dimasa depan. Anak perlu mendapat
seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik secara fisik,
mental maupun sosial dan mempunyai aklak yang mulia.
Periode penting dalam tumbuh
kembang anak adalah masa balita. Karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang
akan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Anak memerlukan rangsangan yang
berguna agar potensinya berkembang. Perkembangan akan optimal bila interaksi
sosial diusahakan sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap
perkembangannya, bahkan sejak bayi masih dalam kandungan. Sebaliknya lingkungan
yang tidak mendukung akan menghambat perkembangan anak.
Banyak kemampuan dari anak yang
terpendam seperti misalnya berfikir, berbicara, bergaul dan keterampilan gerak,
agar kemampuan-kemampuan tersembunyi ini dapat dimunculkan dan dimanfaatkan
dalam kegiatan sehari-hari secara lebih baik, maka diperlukan alat atau benda bagi
anak balita sebagai bahan untuk memunculkan kemampuan itu. Dengan adanya alat/
media pendidikan yang digunakan secara tepat serta suasana bermain/lingkungan
yang menimbulkan rasa senang dalam diri balita pada saat mengunakannya, maka
diharapkan proses belajar berjalan mulus
Dunia anak adalah
dunia bermain, dalam kehidupan anak-anak, sebagian besar waktunya dihabiskan
dengan aktivitas bermain. Filsuf Yunani, Plato, merupakan orang pertama yang
menyadari dan melihat pentingnya nilai praktis dari bermain. Anak-anak akan
lebih mudah mempelajari aritmatika melalui situasi bermain. Bermain dapat
digunakan sebagai media untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan tertentu
pada anak. Istilah bermain diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan
dengan mempergunakan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan
pengertian, memberikan informasi, memberikan kesenangan, dan dapat
mengembangkan imajinasi anak
Tentu sedini mungkin. Sejak usia batita, sodori anak dengan berbagai jenis
permainan baik dengan mainan edukatif ataupun bukan. Sekadar mengingatkan saja,
perkembangan otak anak di usia ini masuk dalam fase emas (the golden age) atau
otak si kecil sedang mengalami perkembangan yang sangat pesat. Karena itulah,
stimulasi amat diperlukan. Semakin banyak stimulasi maka koneksi antarsarafnya
semakin banyak terhubung.
Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus.
Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau
sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak
itu sendiri. Perkembangan motorik beriringan dengan proses pertumbuhan secara
genetis atau kematangan fisik anak,Contohnya kemampuan duduk, menendang,
berlari, naik-turun tangga dan sebagainya. Sedangkan motorik halus adalah
gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu,
yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya,
kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting,
menulis dan sebagainya. Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak bisa
berkembang dengan optimal.
Keterlambatan perkembangan ataupun
masalah-masalah dalam dalam perkembangan, diperkirakan mencapai hingga 15% dari
jumlah anak-anak dibawah diantara usia 0 hingga 5 tahun. (survey di denver)
Ini termasuk keterlambatan dalam bicara dan perkembangan bahasa,
perkembangan motorik, perkembangan sosial-emosional dan perkembangan kognitif.
Dan hanya setengahnya yang dapat terdeteksi. Kebanyakan, pada
awalnya, justru orang tuanya sendiri yang melihat adanya ketidak
sempurnaan perkembangan dalam tubuh putra/inya. Sayangnya dari sekian
banyak orang tua yang telah menyadari, hanya sedikit dari mereka yang
mengambil langkah penanganan secara serius.
Skrining perkembangan merupakan
prosedur yang didesain untuk mengidentifikasi anak yang harus mendapatkan
penilaian yang lebih intensif. Skrining digunakan untuk mendeteksi deviasi yang
tak terduga dari perkembangan normal yang tidak seharusnya ada. Tujuan utama
dari skrining adalah untuk mengidentifikasikan secepatnya disabilitas
perkembangan pada anak yang beresiko tinggi sehingga penanganan dapat dilakukan
pada usia dini dimana penanganan paling efektif. Skrining bukan merupakan tes
yang hanya dilakukan pada satu waktu, tetapi lebih merupakan proses dan
prosedur yang digunakan pada periode waktu tertentu
Subscribe to:
Posts (Atom)