BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Berlakang.
Indonesia
sebagai salah satu negara sedang berkembang banyak mengalami masalah dibidang kesehatan
diantaranya derajat kesehatan. Terutama derajat kesehatan Ibu dan Anak sebagai
kelompok penduduk yang rawan dan rentan. Oleh sebab itu, perlu diupayakan
penurunan angka kematian ibu dan bayi.
Masalah kesehatan merupakan masalah
penting yang tengah dihadapi oleh masyarakat saat ini, apalagi yang tengah
menimpa kaum wanita. Kesehatan reproduksi wanita adalah hal yang sangat perlu
diperhatikan menimbang bahwa wanita adalah makhluk yang unik. Disini wanita
ini, dalam siklus hidupnya mengalami tahap-tahap kehidupan, diantaranya dapat
hamil dan melahirkan
Seorang wanita yang sedang hamil harus
lebih waspada dengan apa yang terjadi pada dirinya karena banyak sekali
kondisi-kondisi yang mengancam pada kehamilan. Tidak sedikit juga ibu yang
mengeluhkan perdarahan pada trimester I atau
3 bulan pertama kehamilannya. Yang akan kita bicarakan di sini adalah
perdarahan yang terjadi pada saat seorang ibu hamil muda. Perdarahan yang terjadi
saat hamil muda disebabkan oleh beberapa hal, antara lain keguguran (abortus),
kehamilan di luar kandungan (Kehamilan Ektopik Terganggu), ataupun hamil
anggur. Meskipun tanda dan gejala yang sama dari ketiga penyakit itu adalah
perdarahan, ada gejala lain yang mesti kita ketahui tentang masing-masing kasus
tersebut.
Kasus pendarahan pada
masa kehamilan adalah salah satu yang paling ditakuti. Padahal, para ibu hamil
sebenarnya tidak perlu terlalu cemas bila pendarahan itu terjadi. Sebab, tidak
semua pendarahan dapat membahayakan janin atau sang ibu. Kasus
pendarahan pada masa kehamilan sangat bervariasi. Mulai pendarahan dengan
jumlah yang sangat sedikit (vlek) sampai pendarahan hebat dengan gumpalan dan
disertai kram perut. pendarahan
pada kehamilan dapat dibagi menjadi dua. Yaitu pendarahan pada kehamilan usia
muda dan tua (ante partum). Batas teoretis antara kehamilan itu adalah usia
janin 22 minggu. Ini mengingat kemungkinan hidup janin di luar uterus.
Hal medis yang perlu dipertimbangkan dalam
pendarahan usia muda. Yaitu keguguran (abortus) dan kehamilan di luar kandung (rahim).
Kemungkinan mengalami keguguran jika pendarahan cukup parah, biasanya sering
disertai kram pada perut. Kadang juga disertai keluarnya bekuan darah atau
jaringan fetus
Menurut data WHO persentase kemungkinan terjadinya
abortus cukup tinggi. Sekitar 15-40% angka kejadian, diketahui pada ibu yang
sudah dinyatakan positif hamil, dan 60-75% angka abortus terjadi sebelum usia
kehamilan mencapai 12 minggu. Diperkirakan frekuensi keguguran spontan
berkisar antara 10-15 %. Namun demikian, frekuensi seluruh keguguran yang pasti
sukar ditentukan, karena abortus buatan banyak yang tidak dilaporkan, kecuali
bila telah terjadi komplikasi. Juga karena sebagian keguguran spontan hanya
disertai gejala dan tanda ringan, sehingga wanita tidak datang ke dokter atau
rumah sakit.
Di Indonesia, diperkirakan sekitar 2-2,5 % juga
mengalami keguguran setiap tahun, sehingga secara nyata dapat menurunkan angka
kelahiran menjadi 1,7 pertahunnya. Kejadian abortus diduga mempunyai efek
terhadap kehamilan berikutnya, baik pada timbulnya penyulit kehamilan maupun
pada hasil kehamilan itu sendiri. Wanita dengan riwayat abortus mempunyai
risiko yang lebih tinggi untuk terjadinya persalinan prematur, abortus
berulang, dan berat badan lahir rendah (BBLR) .
Pada penelitian Thom terhadap 2.146
penderita dengan riwayat abortus satu kali 94 orang (4,9%) menunjukkan adanya
pertumbuhan janin yang terhambat pada kehamilan berikutnya, 174 orang (8,7%)
melahirkan bayi prematur. Sedangkan dari 638 penderita dengan riwayat abortus 3
kali atau lebih, ternyata terjadi pertumbuhan janin yang terhambat pada 41
orang (6,4%), dan prematuritas pada 63 orang (10,8%)
0 komentar:
Post a Comment