Wednesday, 24 July 2013
pengeluaran plasenta secara manual
17:10
No comments
a.
Kaji ulang indikasi.Persetujuan tindakan medis.Kaji ulang prinsip dasar
perawatan dan pasang infus dan berikan sedativa dan analgetika (misalnya,
petidin dan deazepam I.V. Jangan dicapur dalam semprit yang sama) atau ketamin.
Beri antibiotika dosis tunggal (profilaksis)
b.
Pasang sarung tangan DTT. Jepit tali pusat dengan kokher dan teganggkan sejajar
lantai. Masukkan tangan secara obstetrik dengan menelusuri bagian bawah tali
pusat. Tangan sebelah menyusuri tali pusat masuk kedalam kavum uteri. Dengan
bagian lateral jari-jari tangan dicari insersi pinggir plasenta. Buka tangan
obstetrik menjadi seperti memberi salam, jari-jari darapatkan.
c.
Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang paling bawah. Gerakan
tangan kanan kekiri dan kanan sambil bergeser kekranial sehingga semua
permukaan maternal plasenta dapat di lepaskan. Jika plasenta tidak dapat
dilepaskan dari permukaan uterus, kemungkinan plasenta akreta, dan sipkan
laparotomi untuk histerktomi supra vaginal.
d.
Pegang plasenta dan keluarkan tangan bersama plasenta. Pindahkan tangan luar ke
supra simfisis untuk menahan uterus saat plasenta di keluarkan.
e.
Eksplorasi untuk memastikan tidak ada bagian plasenta yang masih melekat pada
dinding uterus. Beri oksitosin 10 unit dalam 500 ml cairan I.V 60 tetes
permenit dan masase uterus untuk merangsang kontraksi.jika masih berdarah
banyak, beri ergometrin 0,2 mg I.M atau prostaglandin. Periksa apakah plasenta
lengkap atau tidak. Jika tidak lengkap, lakukan eksplorasi kedalam kavum uteri.
Periksa dan perbaiki robekan servik, vagina, atau episiotomi (Sarwono
Prawirohardjo, 2004)
2.3.5. Jika perdarahan uterus berlangsung,
lakukan uji pembekuan darah sederhana. Kegagalan terbentuknya pembekuan setelah
7 menit atau adanya bekuan lunak yang dapat pecah dengan mudah meninjukkan
adanya koagulopati.
2.3.6. Jika terdapat tanda-tanda infeksi
(demam,sekret vagina yang berbau), berikan antibiotika untuk metritis yaitu
segara tranfusi jika ada perdarahan, berikan antibiotika kombinasi sampai ibu
bebas demam selama 48 jam. Jika di duga ada sisa plasenta, lakukan eksplorasi
digital dan keluarkan bekuan serta sisa kotiledon, gunakan vorseps ovum atau
kuret besar bila perlu, Jika tidak ada kemajuan dengan terapi konsevatif, dan
ada perionitis (demam, nyeri lepas, dan nyeri abdomen) lakukan laparotomi dan
drain abdomen. Jika uterus terinfeksi dan nekrotik, lakukan histeriktomi
subtotal.
2.3.7. Raba bagian dalam uterus untuk mencari
sisa plasenta. Eksplorasi manual uterus menggunakan teknik yang serupa dengan
teknik yang di gunakan untuk mengeluarkan plasenta yang tidak keluar.
2.3.8.
Keluarkan sisa plasenta dengan tangan, cunam ovum, atau kuret besar. Jaringan
yang melekat dengan kuat, mungkin merupakan plasenta akreta. Usaha untuk
melepaskan plasenta yang melekat kuat dapat mengakibatkan perdarahan berat atau
perforasi uterus, yang biasanya membutuhkan tindakan histerektomi.
2.3.9.
Jika perdarahan berlanjut, lakukan uji pembekuan darah dengan menggunakan uji
pembekuan darah sederhana. Kegagalan terbentuknya bekuan darah setelah 7 menit
atau terbentuknya bekuan darah yang lunak yang mudah hancur menunjukkan adanya
kemungkinan koagulopati (Sarwono Prawirohardjo, 2004).
Gambaran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyebab Terjadinya Retensio Plasenta Pada Ibu Bersalin Di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
16:36
No comments
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perdarahan pascapersalinan adalah penyebab penting kematian ibu ¼
kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan (perdarahan pascapersalinan,
plasenta previa, solusio plasenta, kehamilan ektopik, abortus, retensio
plasenta dan ruptura uteri) disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan. Selain
itu, pada keadaan dimana perdarahan pascapersalinan tidak mengakibatkan
kematian, kejadian ini sangat mempengaruhi morbiditas nifas karena anemia dapat
menurunkan daya tahan tubuh. Perdarahan pascapersalinan lebih sering terjadi
pada ibu-ibu di Indonesia di bandingkan dengan ibu-ibu di luar negeri. Dan
retensio plasenta merupakan salah satu masalah yang masih menjadi penyebab
terbesar terjadinya perdarahan post partum dan kematian maternal
Kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor utama mortalitas wanita muda
pada saat puncak produktiviyasnya. WHO memperkirakan lebih dari 585.000 ibu
pertahunnya meninggal saat hamil dan bersalin, perdarahan pascapersalinan
adalah sebab penting kematian ibu ¼ kematian ibu yang disebabkan oleh
perdarahan (perdarahan pascapersalinan, plasenta previa, solusio plasenta,
kehamilan ektopik, abortus, retensio plasenta dan ruptura uteri ) disebabkan
oleh perdarahan pascapersalinan. Selain itu, pada keadaan dimana perdarahan
pascapersalinan tidak mengakibatkan kematian, kejadian ini sangat mempengaruhi
morbiditas nifas karena anemia dapat menurunkan daya tahan tubuh. Perdarahan
pascapersalinan lebih sering terjadi pada ibu-ibu di Indonesia di bandingkan
dengan ibu-ibu di luar negeri. Dan retensio plasenta merupakan salah satu
masalah yang masih menjadi penyebab terbesar terjadinya perdarahan post partum
dan kematian maternal
Morbiditas dan mortalitas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar
di negara berkembang . Di negara miskin sekitar 25-50% kematian wanita usia
subur di sebabkan hal yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan. Masalah
kematian ibu adalah masalah yang kompleks, meliputi hal-hal yang bersifat
nonteknis seperti status wanita dan pendidikan. Walaupun masalah tersebut perlu
di perbaiki sejak awal, namun kurang realistis bila mengharapkan perubahan
drastis dalam tempo singkat. Karena di perlukan intervensi yang mempunyai
dampak nyata dalam waktu relatif pendek.
Berdasarkan survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002/2003 Di
sebutkan bahwa angka kematianibu (AKI) di Indonesia adalah 307/100.000
kelahiran hidup,atau setiap jam terdapat dua orang ibu bersalin meninggal dunia
karena berbagai sebab salah satunya retensio plasenta. Angka kematian bayi
(AKB) khususnya neonatal adalah 20/1000 kelahiran hidup ().
Kematian ibu di Indonesia (2002) adalah 650 ibu tiap 100.000 kelahiran hidup
dan 43% dari angka tersebut disebabkan oleh perdarahan post partum. Perdarahan
yang disebabkan karena retensio plasenta lepas sebagian, yang merupakan
indikasi untuk mengeluarkannya.plasenta belum lepas dari dinding uterus karena konyraksi
uterus yang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta adhesiva) dan plasenta
melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korialis menembus desidua
sampai miometrium sampai di bawah peritoneum (plasenta akreta-perkreta).
Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar,
disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah
penanganan kala III, sehingga terjadi lingkaran kontriksi pada bagian bawah
uterus yang menghalangi keluarnya plasenta (inkarserasio plasenta). Sehingga di
lakukan tindakan manual plasenta.
Menurut Fortney A dan E.W. Whitenhorne makin kecil angka indeks risiko pada
paritas makin kecil pula risiko kehamilan dan persalinan pada retensio plasenta.
Asuhan Keperawatan Pada Ny. Y dengan Faringitis Kronis di Ruang Inap Penyakit T.H.T Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum
16:11
No comments
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Faring dapat disebut
juga daerah pertahanan tubuh terdepan fungsi ini salah satunya dipengang oleh
tonsil yang merupakan bagian dari orofaring tonsil mencegah agar infeksi tidak
menyebar keseluruh tubuh dengan cara menahan kuman yang masuk melalui mulut,
hidung dan kerongkongan oleh karena itu tidak jarang tonsil mengalami
peradangan (Rusmarjono, 2006)
Farigitis dan
tonsillitis sering ditemukan bersamaan. Tonsilofaringgitis merupakn peradangan
yang berulang pada tonsil dan faring yang memiliki faktor predisposisi antara
lain rangsangan kronis rokok, makanan tertentu, Hygiene mulut yang buruk,
pasien yang biasa bernafas melalui mulut karena hidungnya tersumbat, pengaruh
cuaca dan pengobatan tinsilofaringgitis sebelumnya yang tidak ade kuat
(Rusmarjono, 2006)
Penularan faringitis
terjadi melalui droplet. menginfiltrasi lapisan epitel, kemudian bila epitel
terkikis makan jaringan limpois superficial bereaksi, terjadi pembendungan
radang dengan infiltrasi leukosid polimorfonuklear (Manjoer, 2001)
Karena proses radang
berulang, maka epitel mukosa dan jaringan limfe terkikis sehingga pada proses
penyembuhan jaringan limfoid diganti jaringan parut jaringan ini akan mengerut
sehingga ruang antara kelompok melebar (kriptus) yang akan diisi oleh detritus,
proses ini meluas hingga menembus kapsul dan akhirnya timbul perlekatan
jaringan disekitar faring. (Arif, 2001).
Faringitis adalah
radang tenggorokan (faring) bisa disebabkan oleh virus maupun bakteri.
Faringitis kronis adalah merupakan suatu peradangan kronik dari mukosa faring
dengan melibatkan struktur kelenjar limfe setempat dan disertai dengan
imflamasi pada tansil dan daerah sekitarnya disebabkan oleh infeksi sinus
kronis (Rusmarjono, 2006)
Terdapat dua bentuk
faringgitis kronis, hiperplastik dan atrofi. Faktor predisposisi proses radang
kronis di faring ini adalah rinithis kronis, sinusitis, iritasi kronik yang
dialami perokok dan peminum alcohol. Juga inhalasi uap yang merangsang mukosa
faring pada pekerja dilaboratorium. Infeksi dapat menyebabkan terjadi
faringgitis kronis ini. daerah yang berdebu serta orang yang biasa bernafas
melalui mulut, karena hidung tersumbat merupakan merupakan salah satu faktor
penyebab terjadinya penyakit ini. (Tjokronego, 2000).
Pembesaran tonsil
diukur menurut derajatnya terhadap uvula. Semakin besar, akan semakin mendekati
ukula. Besar tonsil ditentukan sebagai berikut: T0 tonsil didalam fosa tonsil
atau telah diangkat, T1 bila besarnya ¼ jarak arkus anterior dan uvula. T2 Bila
besarnya 2/4 Jarak arkus anterior dan uvula. T3 bila besarnya ¾ jarak arkus
anterior dan uvula. T4 bila besarnya mencapai arkus anterior atau lebih
(Rusmarjono, 2006).
Peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan pada pasien Ny. Y dengan
faringitis ini dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar
manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan
menggunakan proses perawatan sehingga dapat ditentukan diagnosa keperawatan
agar bisa direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang dilakukan berupa
pemasangan infus, memberian obat secara oral yang tepat sesuai dengan tingkat
kebutuhan dasar manusia. Kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya.
Pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan dari yang sederhana sampai dengan
kompleks. (A. Aziz, 2004).
Konsep Dasar Manajemen Kebidanan
12:53
No comments
Manajemen kebidanan proses pemecahan yang digunakan
sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori
ilmiah, penemuan – penemuan keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang
logis untuk mengambil keputusan yang berfokus kepada klain
1. Defenisi
Manajemen Kebidanan
Adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam
menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis melalui pengkajian analisa data, diagnosa kebidanan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
2. Defenisi
Kebidanan
Kebidanan adalah ilmu yang terbentuk dari sintesa
berbagai disiplin ilmu atau multi disiplin yang terkait dengan pelayanan
kebidanan, ilmu kedokteran, ilmu keperwatan untuk dapat member pelayanan kepada
ibu pada masa pra konsepsi, hamil bersalin post partum dan bayi baru lahir.
3. Defenisi
Bidan
International
Confederation of Midwife (ICM),
Federation of International Gynecologists and Obstetrician (FIGO), World Health
Organization (WHO) menyempurnakan pengertian bidan adalah seseorang yang telah
menyelesaikan program pendidikan yang diakui oleh negara serta memperoleh
kualifikasi dan diberi izin untuk menjalankan praktek kebidanan di negara itu.
Dia harus mampu memberikan pelayanan kebidanan pada wanita selama masa hamil,
persalinan dan masa persalinan (Post
Partum Period), memimpin persalinan atas tanggung jawabnya sendiri serta
asuhan pada bayi baru lahir dan anak. Asuhan ini termasuk tindakan preventif,
pendeteksian kondisi abnormal pada ibu dan bayi dan mengupayakan bantuan medis
serta melakukan tindakan pertolongan gawat darurat pada saat tidak hadirnya
tenaga medis lainnya. Dia mempunyai tugas penting dalam konsultasi pendidikan
kesehatan, tidak hanya untuk wanita tersebut, tetapi juga termasuk keluarga dan
komunitasnya. Pekerjaan ini termasuk pendidikan antenatal dan persiapan untuk
menjadi orang tua dan meluas ke daerah tertentu dari genekologi keluarga
berencana dan asuhan anak. Dia bisa berpraktek di rumah sakit, klinik, unit
kesehatan, rumah parawatan atau tempat-tempat pelayanan lainnya.
4. Definisi Asuhan Kebidanan
Penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi
tanggungjawab dalam memberikan pelayanan kepada pasien yang mempunyai kebutuhan
atau masalah dalam bidang kesehatan ibu masa hamil, masa persalinan, nifas bayi
setelah lahir serta keluarga berencana..
5.
Langkah-langkah Manajemen Kebidanan
Langkah-langkah Manajemen Kebidanan Menurut Verney Hellen.
a) Langkah
I (Pengumpulan Data Dasar)
Pengumpulan data dasar
dilakukan untuk mengevaluasi keadaan pasien termasuk didalamnya, riwayat
kesehatan, pemeriksaan fisik, catatan rumah sakit sebelum atau baru, data
laboratorium.
b) Langkah
II (Interprestasi Data Dasar)
Identifikasi yang benar
terhadap masalah atau diagnosa dan kebutuhan klain berdasarkan interprestasi
yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. sehingga ditemukan masalah
atau diagnosa yang spesifik. Masalah dan diagnosa keduanya digunakan karena
beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa tetapi dibutuhkan
penaganan yang dituangkan ke dalam sebuah rencana asuhan terhadap klien.
c) Langkah
III (Antisipasi Masalah atau Diagnosa Potensial)
Setelah didapatkan masalah atau
diagnosa, maka masalah tersebut dirumuskan mencakup masalah potensial yang
berkaitan dengan diagnosa kebidanan adalah merupakan masalah yang mungkin
timbul apabila tidak segera ditanggulangi maka dapat mempegaruhi keselamatan
hidup pasien/klien. Oleh sebab itu masalah potensial haruslah segera diatasi,
dicegah dan diawasi serta segera dipersiapkan untuk mengatasinya.
d) Langkah
IV (Tindakan segera atau Kolaborasi)
Beberapa hal yang mencerminkan
kesinambungan dan kegiatan yang dilakukan dari mulai ANC sampai persalinan.
Dalam langkah tersebut mencakup kegiatan yang dilakukan secara mandiri,
kolaborasi ataupun rujukan. Bisa jadi dalam kegiatan ini dapat mengumpulkan
data baru yang kemudian dievaluasi bila menunjukan klien gawat dapat
direncanakan tindakan segera baik mandiri maupun kolaborasi.
e) Langkah
V (Rencana Manajemen)
Perencanaan asuhan kebidanan merupakan
lanjutan dan masalah atau diagnosa yang telah ada. Di dalam langkah ini bidan
dapat mencari informasi yang lengkap dan memberi informasi tambahan.
Pesencanaan asuhan yang mencakup kegiatan bimbingan, penyuluhan dan rujukan
pada klien.
f) Langkah
VI (Pelaksanaan)
Dalam langkah pelaksanaan ini, bidan
dapat melakukan secara mandiri kolaborasi maupun rujukan, namun bidan tetap
bertanggung jawab untuk terus mengarahkan pelaksanaan tindakan asuhan
kebidanan.
g) Langkah
VII (Evaluasi)
Menjelaskan tentang penilaian atau
evaluasi terhadap asuhan yang telah dilaksanakan apakah efektif atau tidak,
sehingga dapat diambil suatu kesimpulan apakah perlu mengulang kembali rencana
asuhan pemeriksaan fisik seterusnya
Subscribe to:
Posts (Atom)