This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Tuesday, 7 May 2013

Patofisiologi emisis



Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen yang biasa terjadi pada trimester I. bila perasaan terjadi terus-menerus dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseto-asetik, asam hidroksida butirik dan aseton darah.
Muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga caira ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan klorida darah turun. Selain itu dehidrasai menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkuang pula tertimbunnya zat metabolik yang toksik.
Disamping dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit. Disamping dehidraasi dan gangguan keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung (sindroma mollary-weiss), dengan akibat perdarahan gastrointestinal.
1.         Penatalaksanaan Emesis
a.      Pencegahan
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum diperlukan dengan jalan memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologis. Hal itu dapat dilakukan dengan cara :
1)         Memberikan keyakinan bahwa mual dan muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan berumur 4 bulan.
2)     Ibu dianjurkan untuk mengubah pola makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi sering.
3)     Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti kering arau biskuit dengan teh hangat
4)     Hindari makanan yang berminyak dan berbau lemak
5)     Makan makanan dan minuman yang disajikan jangan terlalu panas atau terlalu dingin
6)     Usahakan defekasi teratur.
b.     Terapi obat-obatan
Apabila dengan cara diatas keluhan dan gejala tidak berkurang maka diperlukan pengobatan.
1)     Tidak memberikan obat yang terotogen
2)     Sedativa yang sering diberikan adalah phenobarbital
3)     Vitamin yang sering dianjurkan adalah vitamin B1 dan B6
4)     Antihistaminika seperti dramamine, avomine
5)     Pada keadaan berat, anti emetik seperti diklomin hidrokhoride atau khlorpromazine.
Hiperemesis gravidarum tingkatan II dan III harus dirawat inap di rumah sakit. Adapun terapi dan perawatan yang diberikan adalah sebagai berikut :
1)     Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan peredaran udara baik. Jangan terlalu banyak tamu, kalau perlu hanya perawat dan dokter saja yang boleh masuk. Catat cairan yang keluar dan masuk. Kadang-kadang isolasi dapat mengurangi atau menghilangkan gejala ini tanpa pengobatan
2)     Terapi psikologik
Berikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu hal yang wajar,normal dan fisiologik. Jadi tidak perlu takur dan khawatir. Yakinkan penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan dan dihilangkan masalah atu konflik yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
3)     Terapi mental
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukosa 5 %, dalam cairan gram fisiologis sebanya 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambah dengan kalium dan vitamin khususnya vitamin B kompleks dn vitamin C dan bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino esensial secara intravena. Buat dalam daftar kontrol cairan yang masuk dan dikeluarkan. Berikan pula obat-obatan seperti yang telah disebutkan diatas.
4)     Terminasi kehamilan
Pada beberapa kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatrik bila keadaan memburuk. Delirium, kebutaan, takikardia, ikterik, anuria, dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus terapeutik sering sulit diambil, oleh karena disatu pihak tidak boleh dilakukan terlalu capat dan dipihal lain tidak boleh menunggu sampai terjadi irreversible pada organ vital.

Konsep Tentang Emisis



1.    Pengertian Emesis
Emesis adalah muntah-muntah pada wanita (kamus kedokteran). Keadaan ini biasanya di dahului rasa mual (Nause).
Emesis gravidarum merupakan keluhan umum yang disampaikan pada kehamilan muda. Terjadinya kehamilan menimbulkan perubahan hormonal pada wanita karena terdapat peningkatan hormon estrogen, progesteron, dan di keluarkannya human chorionic gonadothropine plasenta. Hormon-hormon inilah yang diduga menyebabkan emesis gravidarum.
Gejala klinik emesis gravidarum adalah kepala pusing, terutama pagi hari, disertai mual muntah sampai kehamilan berumur 4 bulan.
2.        Penyebab Emesis
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Frekuensi kejadian adalah 2 per 1000 kehamilan. Faktor-faktor predisposisi yang dikemukakan (Rustam Mochtar, 1998).
a.      Umumnya terjadi pada primigravida, mola hidatidosa, diabetes dan kehamilan ganda akibat peningkatan kadar HCG
b.     Faktor organik, yaitu karena masuknya viki khoriales dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabollik akibat kehamilan serta resitensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan–perubahan ini serta adanya alergi yaitu merupakan salah satu respon dari jaringan ibu terhadap janin.
c.      Faktor ini memegang peranan penting pada penyakit ini. Rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggungan sebagai ibu dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup.
d.     Faktor endokrin lainnya : hipertyroid, diabetes dan lain-lain.
3.         Tanda dan gejala Emesis
Batas mual dan muntah berapa banyak yang disebut hiperemesis gravidarum tidak ada kesepakatan. Ada yang mengatakan bila lebih dari sepuluh kali muntah. Akan tetapi apabila keadaan umum ibu terpengaruh dianggap sebagai hiperemesis gravidarum.
 Keadaan ini merupakan suatu yang normal, tetapi dapat berubah menjadi tidak normal apabila mual dan muntah ini terjadi terus-menerus dan mengganggu keseimbangan gizi, caiaran, dan elektrolit tubuh. Ibu hamil yang mengalami emesis gravidarum ini berkelanjutan dapat terkena dehidrasi sehingga akan menimbulkan gangguan pada kehamilannya.
Wanita-wanita hamil dengan gejala emesis gravidarum yang berlebih berpotensi mengalami dehidrasi. Kekurangan cadangan karbohidrat dan lemak dalam tubuh dapat pula terjadi robekan kecil pada selaput lendir Esofasus dan lambung atau Sidroma Mallary Weiss akibat perdarahan Gastrointestiral (Wiknjosanstro, 2005).
        4.   Klasifikasi Emesis
Menurut berat ringannya gejala dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu :
a.      Tingkatan I (ringan)
1)     Mual muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita
2)     Ibu merasa lemah
3)     Nafsu makan tidak ada
4)     Berat badan menurun
5)     Merasa nyeri pada epigastrium
6)     Nadi meningkat sekitar 100 per menit
7)     Tekanan darah menurun
8)     Turgor kulit berkurang
9)     Lidah mengering
10) Mata cekung
b.     Tingkatan II (sendang)
1)     Penderita tampak lebih lemah dan apatis
2)     Turgor kulit mulai jelek
3)     Lidah mengering dan tampak kotor
4)     Nadi kecil dan cepat
5)     Suhu badan naik (dehidrasi)
6)     Mata mulai ikterik
7)     Berat badan turun dan mata cekung
8)     Tensi turun, hemokonsentrasi, oliguri dan konstipasi
9)     Aseton tercium dari hawa pernafasan dan terjadi asetonuria.
c.      Tingkatan III (berat)
1)     Keadaan umum lebih parah (kesadaran menurun dari somnolen sampai koma)
2)     Dehidrasi hebat
3)     Nadi kecil, cepat dan halus
4)     Suhu badan meningkat dan tensi turun
5)     Terjadi komplikasi fatal pada susunan saraf yang dikenal dengan enselopati wernicke dengan gejala nistagmus, diplopia dan penurunan mental
6)     Timbul ikterus yang menunjukkan adanya payah hati.

Gambaran Pengetahuan suami tentang Emesis pada Masa Kehamilan di Wilayah Kerja



BAB I
PENDAHULUAN
A.        Latar Belakang
Pembangunan kesehatan dilakukan dengan prioritas pada upaya kualitas pelayanan kesehatan. Pembangunan kesehatan Indonesia saat ini menerapkan paradigma sehat yaitu dengan cara mengutamakan usaha promotif dan preventif dalam proses kehamilan, karena resiko kehamilan bersifat dinamis karena ibu hamil yang pada mulanya normal secara tiba-tiba dapat menjadi resiko tinggi (Sarwono, 2002).
Kehamilan merupakan suatu proses reproduksi yang perlu perawatan khusus agar dapat berlangsung dengan baik demi tercapainya persalinan yang aman dan melahirkan bayi yang sehat dengan harapan dapat menekan AKI dan AKB. Kehamilan-kehamilan dapat dibagi dalam 3 bagian, yaitu triwulan I (0-12 minggu), triwulan II (12-28 minggu), dan triwulan III (28-40 minggu). Dalam 3 triwulan tersebut terjadi perubahan-perubahan dalam tubuh ibu (Sarwono, 2002).
Dukungan dan peran serta suami dalam masa kehamilan terbukti meningkatkan kesiapan ibu hamil dalam menghadapi proses persalinan, bahkan juga memicu ketenangan istri dan meningkatkan motivasi ibu selama kehamilan.
Keterlibatan para pria, sejak awal masa kehamilan, sudah pasti akan mempermudah dan meringankan pasangan dalam menjalani dan mengatasi berbagai perubahan yang terjadi pada tubuhnya akibat hadirnya sesosok “manusia mungil” di dalam perutnya seperti terjadinya emesis.
Bahkan, keikutsertaan pria secara aktif dalam masa kehamilan, menurut sebuah penelitian yang dimuat dalam artikel berjudul “What Your Partner Might Need From You During Pregnancy” terbitan Allina Hospitals & Clinics (tahun 2001), Amerika Serikat, keberhasilan istri dalam mencukupi kebutuhan psikologis untuk si bayi kelak sangat ditentukan oleh seberapa besar peran dan keterlibatan Anda dalam masa-masa kehamilannya.
Dr Andon Hestiantoro SpOG(K) yang berpraktek di Rumah Sakit Umum dr. Cipto Magunkusumo (RSCM), menjelaskan dukungan dan peran suami yang baik dan benar sangat membantu istri yang sedang hamil untuk mengenali risiko-risiko yang mungkin mengganggu kehamilan serta persalinan sejak dini. “Tak peduli kehamilan pertama, dampingan suami tetap diperlukan saat istri memeriksakan kehamilannya. Dampingan ini akan sangat membantu suami untuk mengetahui sekaligus mengikuti tahap demi tahap perkembangan bayi mereka, apakah ada masalah atau tidak. Selain itu suami pun jadi terbantu memahami gejolak emosi sang istri, saat emesis” jelasnya.
Mual (nausea) dan muntah (Emesis) adalah gejala yang sering terjadi pada   60-80 % primigravida dan 40-60 % multigravida. Mual biasanya terjadi pada pagi hari tetapi dapat pula timbul saat pada malam hari. Rasa mual biasanya di mulai  pada minggu-minggu pertama kehamilan dan berakhir pada bulan keempat. Namun sekitar 12% ibu hamil masih mengalaminya hingga 9 bulan (www.bidanku.com) .

Penyebab mual dan muntah ini bermacam-macam antara lain karena adanya perubahan hormon dalam tubuh, psikologis, sampai gaya hidup pola makan yang buruk sebelum maupun pada minggu-minggu awal kehamilan, kurang tidur atau kurang istirahat dan stres dapat memperberat rasa mual dan muntah. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi rasa mual meskipun tidak dapat dihilangkan sama sekali, misalnya dengan mengkonsumsi makanan seimbang, cukup bergerak dan cukup istirahat. Oleh karena itu, calon ibu diharapkan memiliki pengetahuan yang cukup mengenai mual agar ibu dapat menentukan sikap untuk mengatasi masalahnya pada awal kehamilan sehingga tidak terjadi komplikasi kehamilan yang dapat menggangu kehamilan selanjutnya (Fidra Maya, 2001).
Bidan adalah salah satu tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan obstetri, salah satunya dengan melakukan pelayanan antenatal care terhadap ibu hamil dengan memeriksa kesehatan ibu dan janin secara berkala yang di ikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan dengan tujuan agar ibu hamil dapat melewati masa kehamilan, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat, serta melahirkan bayi yang sehat. Dengan cara ini, AKI dan AKB akan mengalami penurunan karena derajat kesehatan suatu bangsa ditentukan oleh derajat kesehatan ibu dan anak (Sarwono, 2002).
Hiperemesis Gravidarum (HG) lebih sering terjadi pada perempuan Asia dan Afrika sebanyak 17% dibandingkan kurang dari 10% pada perempuan Eropa. Data di Indonesia kejadian Mual (nausea) dan muntah (Emesis) adalah gejala yang sering terjadi pada   60-80 % primigravida dan 40-60 % multigravida. Mual biasanya terjadi pada pagi hari tetapi dapat pula timbul saat pada malam hari. Rasa mual biasanya di mulai  pada minggu-minggu pertama kehamilan dan berakhir pada bulan keempat. Namun sekitar 12% ibu hamil masih mengalaminya hingga 9 bulan (BKKBN, 2012).