BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pembangunan
kesehatan dilakukan dengan prioritas pada upaya kualitas pelayanan kesehatan.
Pembangunan kesehatan Indonesia saat ini menerapkan paradigma sehat yaitu
dengan cara mengutamakan usaha promotif dan preventif dalam proses kehamilan,
karena resiko kehamilan bersifat dinamis karena ibu hamil yang pada mulanya
normal secara tiba-tiba dapat menjadi resiko tinggi (Sarwono, 2002).
Kehamilan
merupakan suatu proses reproduksi yang perlu perawatan khusus agar dapat berlangsung
dengan baik demi tercapainya persalinan yang aman dan melahirkan bayi yang
sehat dengan harapan dapat menekan AKI dan AKB. Kehamilan-kehamilan dapat
dibagi dalam 3 bagian, yaitu triwulan I (0-12 minggu), triwulan II (12-28
minggu), dan triwulan III (28-40 minggu). Dalam 3 triwulan tersebut terjadi
perubahan-perubahan dalam tubuh ibu (Sarwono, 2002).
Dukungan dan peran
serta suami dalam masa kehamilan terbukti meningkatkan kesiapan ibu hamil
dalam menghadapi proses persalinan, bahkan juga memicu ketenangan
istri dan meningkatkan motivasi ibu selama kehamilan.
Keterlibatan para
pria, sejak awal masa kehamilan, sudah pasti akan mempermudah dan meringankan
pasangan dalam menjalani dan mengatasi berbagai perubahan yang terjadi pada
tubuhnya akibat hadirnya sesosok “manusia mungil” di dalam perutnya seperti
terjadinya emesis.
Bahkan, keikutsertaan
pria secara aktif dalam masa kehamilan, menurut sebuah penelitian yang dimuat
dalam artikel berjudul “What Your Partner Might Need From You During Pregnancy”
terbitan Allina Hospitals & Clinics (tahun 2001), Amerika Serikat,
keberhasilan istri dalam mencukupi kebutuhan psikologis untuk si bayi kelak
sangat ditentukan oleh seberapa besar peran dan keterlibatan Anda dalam
masa-masa kehamilannya.
Dr Andon Hestiantoro SpOG(K)
yang berpraktek di Rumah Sakit Umum dr. Cipto Magunkusumo (RSCM), menjelaskan
dukungan dan peran suami yang baik dan benar sangat membantu istri yang sedang
hamil untuk mengenali risiko-risiko yang mungkin mengganggu kehamilan serta
persalinan sejak dini. “Tak peduli kehamilan pertama, dampingan suami tetap
diperlukan saat istri memeriksakan kehamilannya. Dampingan ini akan sangat
membantu suami untuk mengetahui sekaligus mengikuti tahap demi tahap
perkembangan bayi mereka, apakah ada masalah atau tidak. Selain itu suami pun
jadi terbantu memahami gejolak emosi sang istri, saat emesis” jelasnya.
Mual (nausea)
dan muntah (Emesis) adalah gejala yang sering terjadi pada 60-80 % primigravida dan 40-60 %
multigravida. Mual biasanya terjadi pada pagi hari tetapi dapat pula timbul
saat pada malam hari. Rasa mual biasanya di mulai pada minggu-minggu pertama kehamilan dan
berakhir pada bulan keempat. Namun sekitar 12% ibu hamil masih mengalaminya
hingga 9 bulan (www.bidanku.com) .
Penyebab mual
dan muntah ini bermacam-macam antara lain karena adanya perubahan hormon dalam
tubuh, psikologis, sampai gaya hidup pola makan yang buruk sebelum maupun pada
minggu-minggu awal kehamilan, kurang tidur atau kurang istirahat dan stres
dapat memperberat rasa mual dan muntah. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk
mengurangi rasa mual meskipun tidak dapat dihilangkan sama sekali, misalnya
dengan mengkonsumsi makanan seimbang, cukup bergerak dan cukup istirahat. Oleh
karena itu, calon ibu diharapkan memiliki pengetahuan yang cukup mengenai mual
agar ibu dapat menentukan sikap untuk mengatasi masalahnya pada awal kehamilan
sehingga tidak terjadi komplikasi kehamilan yang dapat menggangu kehamilan
selanjutnya (Fidra Maya, 2001).
Bidan adalah
salah satu tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan obstetri, salah satunya
dengan melakukan pelayanan antenatal care terhadap ibu hamil dengan memeriksa
kesehatan ibu dan janin secara berkala yang di ikuti dengan upaya koreksi
terhadap penyimpangan yang ditemukan dengan tujuan agar ibu hamil dapat
melewati masa kehamilan, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat, serta
melahirkan bayi yang sehat. Dengan cara ini, AKI dan AKB akan mengalami
penurunan karena derajat kesehatan suatu bangsa ditentukan oleh derajat
kesehatan ibu dan anak (Sarwono, 2002).
Hiperemesis Gravidarum (HG) lebih sering
terjadi pada perempuan Asia dan Afrika sebanyak 17% dibandingkan kurang dari
10% pada perempuan Eropa. Data di Indonesia kejadian Mual (nausea) dan muntah
(Emesis) adalah gejala yang sering terjadi pada 60-80 % primigravida dan 40-60 %
multigravida. Mual biasanya terjadi pada pagi hari tetapi dapat pula timbul
saat pada malam hari. Rasa mual biasanya di mulai pada minggu-minggu pertama kehamilan dan
berakhir pada bulan keempat. Namun sekitar 12% ibu hamil masih mengalaminya
hingga 9 bulan (BKKBN, 2012).
0 komentar:
Post a Comment