Wednesday, 8 May 2013
Cara Menyusui
14:39
No comments
1.
Posisi Badan ibu dan Badan Bayi
a.
Ibu duduk atau berbaring dengan
santai
b.
Pegang bayi pada belakang
bayinya.
c.
Badan bayi menghadap kebadan
ibu
d.
Rapatkan dada bayi dengan dada
ibu.
e.
Tempelkan dagu bayi pada
payudara
f.
Jauhkan hidung bayi dari
payudara ibu dengan cara menekan pantat bayi dengan lengan ibu.
2.
Posisi Mulut bayi dan Putting susu ibu
a.
Payudara dipengang dengan ibu
jari yang lain menopang dibawah.
b.
Bayi dibeli rangsangan agar membuka mulut
c.
Tunggu sampai bayi bereaksi
dengan membuka mulurnya lebar-lebar Depkes RI, 2005)
3.
Tanda-tanda posisi menyusui yang benar
a.
Tubuh bagian depan bayi
menempel pada tubuh ibu
b.
Dagu bayi menempel pada
payu dara
c.
Dada bayi menempel pada
dada ibu yang berada di dasar payudara.
d.
Teliga bayi berda sejajar
dengan leher dan dan lengan bayi
e.
Mulut bayi terbuka lebar
dengan bibir bawah yang terbuka
f.
Sebahagian ariola tidak Nampak
g.
bayi menghisap dalam dan
perlahan.
h.
bayi tenang dan puas saat
akir menyusui
i.
terkadang terdengar suara
bayi menelan
4.
Tanda-tanda posisi menyusui yang salah
a.
Mulut tidak terbuka lebar, dagu
tidak tertempel pada payudara
b.
Dada bayi tidak menempel dengan
dada ibu
c.
Sebahagian besar daerah ariolan
masih terlihat.
d.
Bayi sebentar-sebentar.
e.
Bayi tetap gelisah setelah
akhir menyusui
f.
Putting susu ibu lecet dan
sakit (DEpkes RI, 2005)
faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran Air Susu Ibu (ASI) pada ibu menyusui di Bidan Praktek Swasta
14:37
No comments
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Indonesia
sebagai salah satu Negara sedang berkembang banyak mengalami masalah dibidang
Kesehatan diantaranya derajat kesehatan. Derajat kesehatan antara lain
ditentukan oleh derajat kesehatan Ibu dan Anak sebagai kelompok penduduk yang
rawan dan tentan. Oleh sebab itu, perlu diupayakan penurunan angka kematian ibu
dan bayi merupakan indikator penilaian derajat kesehatan masyarakat (Depkes RI,
2004).
Program
peningkatan penggunaan air susu ibu, merupakan program perioritas, karena
dampaknya yang luas terhadap status gizi. Deklarasi Indonesia tahun 1990
tentang perlindungan promosi dan dukungan terhadap penggunaan Air Susu Ibu di
sepakati pula untuk pencapaian pemberian Air Susu Ibu telah dicanangkan kembali
gerakan masyarakat peduli Air Susu Ibu pada tanggal 2 Agustus 1999 oleh
presiden Republik Indonesia (Roesli, 2008).
Di Indonesia menurut Unicef (United
Nations International Children’s Emergency Fund) para ibu cenderung untuk lebih
dini berhenti memberikan Air Susu Ibu eksklusif, hal ini akibat pengenalan
makanan padat atau makanan cair lainnya yang terlalu dini. Pada tahun 2000
diperkirakan bayi yang mendapat Air Susu Ibu eksklusif pada bulan ke 1
kehidupannya adalah 63%, persentase ini secara bertahap terus menerus yaitu 45%
pada bulan ke 2, sebesar 30% pada bulan ke 3, sebesar 19% pada bulan ke 4 dan
sebesar 12% pada bulan ke 5 serta hanya 6% pada bulan ke 6. Data ini
menyebutkan pula sekitar 11% ibu berhenti menyusui pada bulan ke 12 lalu
sekitar 75% bayi sudah mendapat makanan selain ASI pada jam-jam pertama
kehidupannya, bahkan pada beberapa hari setelah itu, sebelum ibu memutuskan
untuk menyusui (Waldi, 2005).
Dipropinsi Nanggroe Aceh Darussalam
cakupan ibu menyusui tahun 2006 adalah 42%, yang memberikan Air Susu Ibu eksklusif kepada bayi 6 bulan sampai 1 tahun
adalah 32% (Depkes RI, 2006). Di Kabupaten Pidie jumlah cakupan ibu menyusui
tahun 2008 adalah sebesar 32% dan di Kecamatan Muara Tiga yaitu 27, 7% yang
memberikan Air Susu Ibu ekslusif kepada bayi 6 bulan sampai dengan 1 tahun dari
205 ibu menyusui (PWS KIA Puskesmas Kecamatan Muara Tiga, 2007).
Dalam kondisi normal ASI diproduksi
sebanyak lebih kurang 100cc hari pertama, menjadi konstan setelah bayi 10
sampai 14 hari. Pada ibu yang normal dapat menghasilkan ASI kira-kira 550-1000
ml setiap hari jumlah ASI tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
sebagai berikut: Cara Menyusui Posisi Badan ibu dan Badan Bayi, Ibu duduk atau
berbaring dengan santai, Pegang bayi pada belakang bayinya, Badan bayi
menghadap kebadan ibu, Rapatkan dada bayi dengan dada ibu, Jauhkan hidung bayi
dari payudara ibu dengan cara menekan pantat bayi dengan lengan ibu. perawatan
payudara hendaknya dimulai sejak kehamilan 4 bulan. Setiap kali mandi payudara
dan putting dicuci dengan sabun. Sesudah kehamilan 8 bulan dilakukan
pengurutan payudara dengan jari kearah putting susu sehingga mengeluarkan air
susu (Kolostrum). Pola makan ibu secara teratur dan cukup mengandung gizi yang
diperlukan karena kelenjar pembuat ASI tidak dapat bekerja dengan sempurna
tanpa makanan yang cukup, untuk membantu produksi ASI yang baik. Makanan ibu
harus memenuhi jumlah kalori protein lemak dan vitamin serta mineral yang
cukup, minum banyak 8-12 gelas sehari.
Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Posisi Ibu Melahirkan Di Bidan Praktek Swasta (BPS)
14:34
No comments
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Morbiditas dan mortalitas wanita hamil adalah masalah besar di negara-negara
berkembang. Di negara miskin, sekitar 20-50 persen kematian wanita usia subur (WUS)
disebabkan oleh hal yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan. Tahun 1996, World Health Organization (WHO)
memperkirakan diseluruh dunia lebih dan 585.500 kematian ibu pertahun saat hamil
dan bersalin (WHO, 2000). Berdasarkan
Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SKDI) tahun 2003, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah 307 per 100.000
kelahiran hidup atau setiap jam terdapat Ibu melahirkan meninggal dunia karena
berbagai sebab (Depkes, 2004).
Pemerintah mengembangkan program Maternal and
Neonatal Health (MNH)
yang mulai berjalan sejak tahun 2000, Program ini bertujuan untuk menyelamatkan
Ibu dan Bayi dari kematian, khususnya dalam masa persalinan dan pasca persalinan.
Terdapat dua penyebab yang menjadi kendala bagi program MNH, yaitu penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab tidak langsung
meliputi tiga terlambat (3 T) yaitu terlambat mencari pertolongan, terlambat
membawa ketempat rujukan dan terlambat memberi pertolongan di tempat rujukan.
Penyebab langsung adalah sekitar 50% AKI terjadi akibat perdarahan yang terjadi
ketika hamil, persalinan dan semua proses persalinannya (Manuaba, 2002)
Depertemen Kesehatan kebijaksanaan
pelayanan obsteri dan neonatus (kebidanan dan bayi baru lahir) sedekat mungkin
kepada ibu sesuai dengan pendekatan MPS. Visi utama dari MPS adalah kehamilan
ibu dan persalinan berlangsung aman serta bayi yang dilahirkan hidup dan sahat. Menurunkan angka kematian ibu
( maternal) menjadi 125 per 100.000 kelahiran
hidup dan angka kematian neonatus (neonatal) menjadi 16/100.000 kelahiran.
Untuk mencapai sasaran tersebut di tetapkan srategis utama dan azas-azas pedoman operasionalisasi srategis
antara lain bahwa MPS memusatkan perhartiannya pada pelayanan kesehatan
material dan neanatal yang baku serta cost effective ( Saifuddin, 2002 )
Penyebab langsung kematian ibu terutama disebabkan
pendarahan 50%, Eklamsi 13 %, Infeksi 10%, Komplikasi Abortus
11%, partus lama 9%, sedangkan penyebab tidak langsung antara lain Untuk ibu
hamil menderita KEP 37 % Anemia (Hb < 11 gr%) 40 %. Kejadian anemia pada ibu
hamil akan meningkatkan resiko terjadinya kematian ibu dibandingkan dengan ibu
yang tidak anemia. (www.blogdokter.net).
Perdarahan postpartum menjadi penyebab utama 40%
kematian ibu di Indonesia. Jalan lahir merupakan penyebab kedua perdarahan
setelah atonia uteri yang terjadi pada hampir persalinan pertama dan tidak
jarang juga pada persalinan berikutnya. Pada seorang primipara atau orang yang
baru pertama kali melahirkan ketika terjadi peristiwa "kepala keluar
pintu". Pada saat ini seorang primipara biasanya tidak dapat tegangan yang
kuat ini sehingga robek pada pinggir depannya. Luka-luka biasanya ringan tetapi
kadang-kadang terjadi juga luka yang luas dan berbahaya. Sebagai akibat
persalinan terutama pada seorang primipara, biasa timbul luka pada vulva di
sekitar introitus vagina yang biasanya tidak dalam akan tetapi kadang-kadang
bisa timbul perdarahan banyak (Prawirohardjo, 2005).
Ruptur Perineum dapat terjadi karena adanya ruptur
spontan maupun episiotomi. perineum yang dilakukan dengan episiotomi itu
sendiri harus dilakukan atas indikasi antara lain: bayi besar, perineum kaku,
persalinan yang kelainan letak, persalinan dengan menggunakan alat baik forceps
maupun vacum. Karena apabila episiotomi itu tidak dilakukan atas indikasi dalam
keadaan yang tidak perlu dilakukan dengan indikasi di atas, maka menyebabkan
peningkatan kejadian dan beratnya kerusakan pada daerah perineum yang lebih
berat. Sedangkan luka perineum itu sendiri akan mempunyai dampak tersendiri
bagi ibu yaitu gangguan ketidaknyamanan (Widyastuti, 2009)
Persalinan beresiko lebih dari 90% disebabkan oleh trias
klasik yaitu perdarahan melalui jalan lahir
40% - 60%, eklamsia 20%- 30% dan
infeksi jalan lahir 20% - 30% Penelitian
di 12 Rumah Sakit Pendidikan di Indonesia diketahui angka kematian Ibu berkisar antara 2,5 - 14 per
100.000 kelahiran hidup dan diketahui bahwa 94% kematian Ibu merupakan akibat
langsung dari komplikasi kelahiran, persalinan dan Nifas. (Sarwono, 2002)
Persalinan beresiko juga dapat terjadi akibat 5 terlalu
yaitu terlalu muda, terlalu tua, terlalu banyak, terlalu sering dan terlalu berdekatan
jarak persalinannya dengan anak yang lalu
(Republika, 2004). Dari keseluruhan
kematian maternal karena pendarahan dilaporkan 25% adalah akibat perdarahan post partum
(Chalik,1997). Perdarahan post partum sangat berhubungan dengan atonia uteri,
robekan jalan lahir, retensio plasenta, tertinggalnya sisa
plasenta dan inversio uteri. Seorang ibu dapat meninggal karena
perdarahan pasca persalinan dalam waktu kurang dari satu jam, lebih dari 90% dari seluruh kasus perdarahan pasca
persalinan yang terjadi 24 jam setelah kelahiran bayi disebabkan oleh atonia
uteri (Depkes RI, 2007), oleh karena itu penatalaksanaan kala tiga persalinan
yang cepat dan tepat merupakan salah satu cara terbaik dan sangat penting untuk
mengurangi persalinan beresiko. Perdarahan post partum merupakan penyebab penting kematian maternal
khususnya dinegara berkembang. Faktor-faktor penyebab perdarahan post partum
adalah grande multipara, jarak persalinan pendek kurang dari 2
tahun, paritas dan persalinan yang dilakukan dengan tindakan (Manuaba,
1998)
Kebijakan Depatemen Kesehatan untuk menguranggi
persalinan beresiko adalah mengupayakan agar setiap persalinan ditolong atau
minimal didampingi oleh bidan atau tenaga kesehatan lainnya dan pelayanan obstetri
sedini mungkin kepada semua ibu
hamil. Upaya peningkatan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE)
dalam mendukung upaya akselerasi mengurangi persalinan beresiko dilakukan untuk
berbagai sasaran yaitu masyarakat umum, kader, dukun bayi, ibu hamil, lintas
program dan lintas terkait. Tujuannya adalah untuk menolong peran serta setiap
jenis sasaran dalam mendukung keberhasilan mengurungi pesalinan beresiko.
(Widyastuti, 2001)
Konsep Dasar Nutrisi
14:18
No comments
- Pengertian
Nutrisi (Zat Gizi) adalah ikatan
kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan
energy, membengun dan memelihara jaringan serta mengatur proses-proses
kehidupan (Almatsier, 2004).
Makanan adalah bahan selain obat yang
menagndung zat-zat gizi dan atau unsur-unsur / ikatan kimia yang dapat ndiubah
menjadi zat gizi oleh tubuh, yang berguna bila dimasukan kedalam tubuh
(Almatsier, 2004).
Tujuan penataan nutrisi (gizi) pada
wanita hamil menurut Arisman, 2004 adalah untuk menyiapkan:
a.
Cukup kalori, protein yang
bernilai biologi tinggi, vitamin, mineral, dan cairan untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi (Zat Gizi) ibu, janin serta plasenta.
b.
Makanan padat kalori dapat
membentuk lebih banyak jaringan tubuh bukan lemak.
c.
Cukup kalori dan nutrisi (Zat
gizi) untuk memenuhi pertmbahan berat baku selama hamil.
d.
Perencanakan perawatan gizi yang
memungkinkan ibu hamil untuk memperoleh dan mempertahankan status gizi optimal.
e.
Perawatan gizi yang dapat
mengurangi atau menghilangkan reaksi yang tidak diinginkan, seperti mual dan
muntah.
f.
Perawatan gizi yang dapat
membentu pengobatan penyulit yang terjadi selama kehamilan seperti diabetes
kehamilan.
g.
Mendorong ibu hamil sepanjang
waktu untuk mengembangkan kebiasaan makan yang baik yang dapat diajarkan kepada
anaknya selama hidup.
Secara umum zat gizi dapat diartikan
sebagai keseimbangan pola konsumsi makanan antara jumlah makanan yang
dikonsumsi dengan jumlah zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh. Zat gizi terdiri
atas : karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Kelima zat gizi ini
bila dikaitkan dengan fungsi zat gizi digolongkaan atas zat gizi penghasil
energi, terdiri dari karbohidrat, lemak dan protein, zat gizi pembangun sel
terdiri dari protein dan zat gizi pengatur terdiri dari vitamin dan mineral
(Soetjiningsih, 2003)
Keadaan gizi seorang dikatakan baik
apabila terdapat keseimbangan dan keserasian antara perkembangan fisik dan
perkembangan mental orang tersebut antara tingkat keadaan gizi dengan konsumsi
makanan terdapat kaitan yang erat. Tingkat keadaan akan tercapai apabila
kehutuhan zat gizi optimal terpenuhi (Winarno, 2005).
- Fungsi Makanan Bergizi
Dalam kehidupan sehari-hari, orang
tidak lepas dan makanan, karena makanan adalah salah satu persyaratan pokok
untuk manusia di samping udara (oksigen). Empat fungsi pokok makanan bagi
kehidupan manusia yaitu: memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan/perkembangan
serta mengganti jaringan tubuh yang rusak, memperoleh energi guna melakukan
kegiatan sehari-hari, mengatur metabolisme dan mengatur berbagai keseimbangan
air, mineral dan cairan tubuh yang lain, berperan di dalam mekanisme pertahanan
tubuh terhadap berbagai penyakit (Santoso, 2005)
Untuk mencapai kesehatan yang optimal
diperlukan makanan yang mengandung gizi seimbang apabila konsumsi makanan pada
seseorang tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh makanan akan terjadi kesalahan
akibat gizi (malnutrisi) yang mencakup kelebihan gizi atau kurang gizi
(Huliana, 2003)
Kelompok rentan gizi adalah kelompok
yang paling mudah menderita gangguan kesehatan atau kekurangan gizi. Yang erat
hubungannya dengan proses kehidupan manusia, oleh karena itu kelompok ini
terdiri dari kelompok umur tertentu dalam siklus pertumbuhan dan perkembangan
yang memerlukan zat-zat gizi dalam jumlah yang lebih besar dan kelompok umur
yang lain. Oleh sebab itu, apabila kekurangan zat gizi akan terjadi gangguan
kesehatannya. Ibu hamil merupakan salah satu kelompok yang cukup rentan gizi,
kekurangan gizi pada ibu hamil mempunyai dampak yang cukup besar terhadap
proses pertumbuhan janin dan anak yang akan dilahirkan. Bila ibu hamil
mengalami kurang gizi maka akibat ditimbulkan antara lain keguguran, bayi lahir
mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi dan bayi lahir dengan
BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) (Indarti, 2005)
- Nutrisi (Zat Gizi) yang dibutuhkan ibu Selama Hamil
Makanan yang sehat harus selalu
seimbang, yaitu menu lengkap yang sesuai dengan kebutuhan tubuh. Menu makanan
yang seimbang mengandung unsur-unsur seperti sumber tenaga, pembangun, pengatur
dan pelindung (Indarti, 2004)
a.
Sumber Tenaga (energi)
Sumber tenaga diperlukan untuk
pembakaran tubuh, pembentukan jaringan baru, serta penghematan protein (jika
sumber tenaga kurang, protein digunakan sebagai cadangan untuk memenuhi
kebutuhan energi). Kebutuhan energi meningkat karena peningkatan metabolik
basal dan karena penambahan berat badan meningkatkan jumlah energi yang dibakar
selama aktivitas. Kebutuhan energi untuk kehamilan yang normal perlu tambahan
kira-kira 80.000 kalori, selama masa kurang lehih 280 hari. Hal ini berarti
perlu tambahan ekstra sebanyak kurang lebih 300 kalori setiap hari selama
hamil. Zat gizi yang termasuk sumber tenaga, yaitu karbohidrat, zat lemak, dan
protein. Sumber karbohidrat, yaitu beras, jagung, sagu, tepung terigu, dan ubi.
b.
Sumber Pembangun (Protein)
Protein diperlukan untuk pertumbuhan
dan penggantian sel-sel yang
rusak atau mati. Kebutuhan protein meningkat untuk
mendukung pertumbuhan dan perkembangan janin, pembentukan plasenta dan cairan
amnion, pertumbuhan jaringan maternal. Pada wanita hamil dianjurkan penambahan
protein 10-12 gram/hari. Sumber protein dapat diperoleh dari protein hewani
antara lain ikan, udang, kerang, kepiting, daging ayam, hati, telur, susu, dan
keju. Adapun protein nabati banyak terkandung dalam kacang-kacangan, tahu dan
tempe. Sumber protein terlengkap terdapat dalam susu, telur, dan keju.
c.
Sumber Pengatur dan Pelindung
(mineral dan vitamin)
Unsur tersebut digunakan untuk
melindungi tubuh dari serangan penyakit dan kelancaran metabolisme di dalam
tubuh. Sumber zat pengatur dan pelindung bisa diperoleh dari semua jenis sayur
dan buah-buahan segar. Bagi pertumbuhan janin yang baik dibutuhkan berbagai
vitamin dan mineral seperti:
1)
Kalsium dibutuhkan untuk
pertumbuhan tulang dan gigi. Ibu hamil memerlukan kalsium sekitar 1200 mg/hari.
Sumbernya antara lain Susu, Keju, Kacang-kacangan dan sayur-sayuran tertentu
seperti Brokoli.
2)
Fosfor dibutuhkan untuk
pembelahan inti sel dan memindahkan sifat-sifat turunan serta mempengaruhi
semua zat perombakan dan pembentukan zat sumbernya antara lain Susu, Mentega,
Telur.
3)
Zat besi (Fe) dibutuhkan untuk
kenaikan sirkulasi darah dari sel serta menambah sel darah merah sehingga daya
angkut oksigen mencukupi kebutuhan. Sumbernya antara lain : Kuning telur, Hati,
Sayur-sayuran berwarna hijau dan Kerang. Pada ibu hamil perlu penambahan 30 mg
Fe dalam diet pada ibu hamil perlu penambahan 30 mg Fe dalam diet karna
kebutuhan Fe ibu hamil tidak dapat dipenuhi hanya dari makanan.
4)
Iodium untuk mencegah kelemahan mental (terbelakang) dan kekerdilan fisik
yang serius. Sumbernya Minyak ikan. Ikan laut, dan Garam beryodium.
5)
Zinc berperan dalam sistem enzim yang mengatur proses metabolisme utama
dalam tuhuh, rendahnya zinc dalam tubuh ibu sering dihubungkan dengan
hipertensi, Persalinan abnormal, Gangguan saraf dan BBLR.
6)
Asam Folat dibutuhkan
untuk perkembangan otak sejak janin berwujud embrio dan menurunkan resiko Neural
Tube Defect (Spina Bifida Anensefali). Sumbernya juice
jeruk, sayuran hijau, dan brokoli.
7)
Vitamin A digunakan untuk
pertumbuhan sel, jaringan, gigi, dan tulang. Perkembangan saraf penglihatan,
dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi. Sumber vitamin A, yaitu
Minyak ikan kuning telur, hati, Wortel.
8)
Vitamin B6 (Thiamine) dibutuhkan
agar kerja saraf dan jantung normal, membantu metabolisme karbohidrat secara
tepat oleh tubuh, nafsu makan yang baik, membantu proses pencernaan makanan,
meningkatkan pertumbuhan tubuh terhadap infeksi, dan mengurangi kelelahan.
Sumbernya antara lain hati, kuning telur, kacang-kacangan, tomat, nenas, dan
kentang bakar.
9)
Vitamin B2 (Riboflavin)
Dibutuhkan untuk pertumbuhan, vitalitas, nafsu makan, pencernaan sistim urat
saraf, serta jaringan kulit dan mata. Sumbernya antara lain hati, kuning telur,
susu, kacang-kacangan, dan sayuran berwarna hijau.
10)
Vitamin B3 (Niacin)
Dibutuhkan dalam proses pencernaan, kesehatan kulit, jaringan saraf, dan
pertumbuhan. Sumbernya antara lain susu, kuning telur, daging, hati, daging
ayam, kacang-kacangan, beras merah, jamur, dan tomat.
11)
Vitamin B6 (Pyridoxin)
Dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah serta kesehatan gigi dan gusi.
Sumbernya antara lain gandum, jagung, hati, dan daging.
12)
Vitamin B12 (Cyanocobalamin)
digunakan untuk pembentukan sel darah merah dan kesehatan jaringan saraf.
Sumbernya antara lain telur, daging, hati, keju, ikan laut, dan kerang.
13)
Vitamin C (Ascorbic Acid)
Dibutuhkan untuk pembentukan jaringan ikat dan bahan semua jaringan ikat (untuk
menyembuh luka-luka). pertumbuhan tulang, gigi, dan gusi, daya tahan terhadap
infeksi, serta memberikan kekuatan pada pembuluh darah. Sumbernya antara lain
jeruk, tomat, melon, jambu biji, mangga, pepaya, dan sayuran (Huliana, 2003)
Subscribe to:
Posts (Atom)