Sunday, 22 September 2013
Konsep Dasar Eklamsi Pada Kehamilan
08:34
No comments
1. Beberapa pengertian
Eklamsi
adalah merupakan kumpulan gejala yang timbul pada ibu
hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri atas : hipertensi,
proteinuria, dan udema, yang kadang – kadang diserta konvulsi sampai koma. Ibu
tersebut tidak menunjukan tanda – tanda kelainan vaskuler atau hipertensi
sebelumnya.
kehamilan adalah suatu
perubahan pada diri seseorang dimulai
dari perut dan payudara akan membesar tangan serta kaki mungkin membengkak
diantara lain yang berubah.
kehamilan itu masa yang penting
karena di sini mutu seorang anak ditentukan, benih yang unggul besalah dari
tubuh yang sehat, keturunan yang sehat,
dan dibesarkan dalam lingkungan yang sehat pula. Untuk itulah pemeliharaan
kehamilan dimulai dari perencaaan menu
yang benar, pemeliharaan kesehatan dan kebersihan, dan sebagainya. salah satu
upaya adalah dengan menjaga kecukupan makanan. Makanan satu – satunya sunber
agar anak tumbuh dengan sehat.
Hamil adalah tertanamnya atau berimplantasi hasil konsepsi kelapisan endometrium
uterus, lama kehamilan yaitu 280 hari (40 minggu). Kehamilan dibagi atas 3
triwulan ( tri semister) yakni :
a. Kehamilan
triwulan I, antara 0 – 12 minggu.
b. Kehamilan
triwulan II, antara 12 – 28 minggu.
c. Kehamilan
triwulan III, antara 28 – 40 minggu.
Eklamsi
adalah pre-eklamsi yang memburuk disertai kejang – kejang. Keadaan ini dapat
terjadi pada masa kehamilan khususnya pada trisemister III, pada saat
persalinan dan pada masa nifas. Eklamsi mengancam kehidupan ibu dan janin,
sehingga merupakan sehingga merupakan keadaan gawat darurat, komplikasi ini
merupakan penyebab kematian ibu tersering setelah pendarahan
2.
Etiologi
-
Eklamsi disebabkan oleh
kurangnya cairan darah keotak, hipoksi otak dan udema otak. Banyak tiori –
tiori dikemukakan oleh para ahli yang menerangkan penyebabnya, karena itu
disebut penyakit tiori namun belum ada jawaban yang memuaskan. Tiori yang
sekarang dipakai sebagai penyebab eklamsi adalah teori “Iskhemia plasenta”(Menurunnya
aliran darah ke plasenta) namun tiori ini belum dapat menerangkan semua hal
yang berkaitan dengan penyakit ini.
-
Pada umumnya serangan
eklamsi dapat dibedakan kejang – kejang oleh sebab lain karena eklamsi selalu
diserta oleh hypertensi dan proteinuria dan dijumpai dalam pertengahan kedua
kehamilan, akan tetapi terkadang diagnogsis diferensial tidak seberapa mudah,
apalagi bila penderita tidak dikenal sebelumnya.
-
Penelitian akhir-akhir
ini menunjukan kemungkinan bahwa pre-eklamsi dan eklamsi mempunyai latar
belakang psikosomatis. Secara psikologis penyakitnya menunjukan diri dalam
sikap yang kurang wajar, perasaan bersalah/ berdosa/cemas terhadap
kehamilannya dan kadang-kadang walaupun
jarang ada kecendrungan untuk bunuh diri. Semua ini mengakibatkan ketidak
seimbangan emosional yang dinggap menjadi sebab dari spasnus arterioler, yang
merupakan cirri khas dari pre – eklamsi.
3.
Patofisiologis
Eklamsi
terjadi di dahului oleh pre –eklamsi berat bila tidak tertangani dengan baik
maka menimbulkan eklamsi yang ditandai dengan nyeri kepala didaerah frontal,
ganguan penglihatan, mual keras, nyeri diepigastrium, dan hiperrepleksia, bila
tidak segera ditangani akan menimbulkan kejang
– kejang. pre-eklamsi ringan jarang sekali menyebabkan kematian ibu, oleh
karena itu sebahagian besar pemeriksaan anatomi-patologik berasal dari
penderita eklamsi yang meninggal. pada pemeriksaan akhir-akhir ini pada
pemeriksaan biopsy hati dan ginjal ternyata bahwa perubahan anatomi patogenik
pada alat-alat itu pada pre-eklamsi tidak banyak perubahan daripada yang
ditemukan pada eklamsi. perlu dikemukan bahwa tidak ada perubahan
hispopatogenik yang khas pada pre-eklamsi dan eklamsi.
4.
Gejala
Eklamsi
·
Kejang-kejang pada ibu
hamil pada ibu hamil biasanya pada semester keIII atau pada masa persalinan
atau masa nifas.
·
Bengkak khususnya pada
muka dan tangan (tidak selalu ditemukan)
·
Protein dalam urine
(+3)
·
Tekanan darah lebih
dari 140/90 mmHg ( Depkes RI, 1996)
Biasanya
didahului oleh gejala – gejala pre-eklamsi berat serangan eklamsi bagi atas 4
tingkatan.
1)
Stadium invasi (awal
atau aurora)
Mata
terpaku dan terbuka tampa melihat, kelopak mata dan tangan bergetar, kepala
dipalingkan kekanan atau kekiri yang berlangsung kira kira 30 detik.
2)
Stadium kejang tonik
Seluruh
otot badan jadi kaku wajah kaku, tangan menggenggam dan kaki membengkok
kedalam, pernafasan terhenti, muka mulai kelihatan sianotis, lidah dapat
tergigit. Stadium ini dapat berlangsung kira – kira 20 – 30 detik
3)
Stadium kejang klonik
Semua
otot berkontraksi dan berulang ulang dalam waktu cepat. Muilut terbuka dan
menutup, keluar ludah berbusa dan lidah dapat tergigit. Mata melotot, muka
kelihatan kongesti dan sianosis. Setelah berlangsung selama 1-2 menitkejang
klonik terhenti dan penderita tidak sadar, menarik nafas seperti mendengkur
4)
Stadium koma
Lamanya
ketidak sadaran (koma) ini beberapa menit sampai beberapa jam. Kadang antara
kesadaran tumbuh timbul serangan baru dan akhirnya wanita tetap dalam keadaan
koma
5)
Akibat untuk ibu
a) Solisio
Plasenta
b) Hipofibrinogenemia.
c) Pendarahan
otak
d) Hemolisis
e) Kelainan
mata
f) Kelainan
Ginjal
g) Komplikasi
ginjal
6)
Akibat untuk bayi
a)
Prematur
b)
Hipoksiaintra uterin
c)
Kematian janin.
5.
Mencegah
Eklamsi
Mencegah
terjadinya eklamsi jauh lebih penting dari mengobatinya, karena sekali ibu
hamil mendapat serangan proknosa akan jauh lebih jelek, pada umumnya eklamsi
dapat dicegah atau frekwensinya dapat dikuranggi, upaya – upaya untuk menurunkannya
1)
memberikan informasi
dan edukasi kepada masyarakat, bahwa eklamsi bukanlah penyakit kemasukan
(megis).
2)
meningkatkan jumlah
poly klinik pemeriksaan ibu hamil serta mengusahakan agar semua wanita hamil
memeriksakan kehamilannya
3)
pelayanan kebidanan
yang bermutu, yaitu mencari pada tiap –tiap pemeriksaan tanda-tanda pre – eklamsi dan mengobatinya sedini mungkin
bila dijumpai
4)
mengakhiri kehamilan
sedapat –dapatnya pada minggu kehamilan
37 minggu keatas.
6.
Komplikasi
Komplikasi yang terberat kematian
ibu dan janin. Usaha utama ialah melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita
pre-eklamsi dan eklamsi. kompilkasi yang sering terjadi adalah :
a) solusio
plasenta
Adalah
terlepasnya plasenta dari tempatinsersinya yang normal, diantara umur kehamilan
28 minggu sampai sebelum kelahiran bayi.
b) Hipofibrinogenemia
Pada pre eklamsi
berat Zuspen (1978) menemukan 23 %
Hipofibrinogenemia, maka dari itu dianjurkan pemeriksaan fibrinogen secara
berkala.
c) Hemolisis
Hemolisis yang
dikenal sebagai ikterus. belum diketahui denga pasti apakah ini merupakan kerusakan sel – sel hati atau
destruksi dari sel darah merah. Nekrosis periportal hati yang sering ditemukan
pada autopsy penderrita eklamsidapat menerangkan ikterus tersebut.
d) Perdarahan
otak
Penyebab utama
kematian ibu akibat pecahnya pembuluh darah otak.
e) Kelainan
mata
Kehilangan
penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai seminggu, dapat terjadi
pendarahan kadang-kadang terjadi pada retina, hal ini merupakan tanda gawat
akam terjadinya apopleksia selebri.
f) Udema
Paru
hanya ditemukan
1 penderia dari 69 kasus eklamsi, hal ini dibebabkan karena payah jantung
g) Nekrosis
hati
kelainan ini
diduga khas untuk eklamsitetapi ternyata juga ditemukan pada penyakit lain,
kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan faal hati terutama
penentuan enzim enzimnya.
h) Sindroma
HELLP ( Haemolisis, Elevated lever enzim, dan low platelet)
i)
Komplikasi lain seperti
lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jatuh akibat kejang.
j)
Prematuritas,
dismaturitas dan kematian janin intra uterin.
7.
Penanganan
Tujuan pengobatan eklamsi adalah
menghentikan berulangnya serangan kejang dan mengakiri kehamilan secepatnya
dengan cara yang aman setelah keadaan ibu mengizinkan
langkah pertama menghentikankejang
menguranggi vasospasmus, dan meningkatkan diurisis. dalam pada itu pertolongan
yang perlu diperhatikan jika timbul kejang ialah mempertahankan jalan
pernafasan bebas, menghindari tergigitnya lidah, member oksigen, dan menjaga
agar penderita tidak mengalami trauma, untuk menjaga jangan sampai terjadi
kejang lagi yang selanjutnya mempengaruhi gejala – gejala lain, dapat diberikan
beberapa obat misalnya :
a. Sodium
pentolhal
b. Sulfas
Magnesium
c. Lyrik
cocktail
Konsep Dasar Diabetes Millitus Pada Ibu hamil
07:33
No comments
1.
Pengertian
Diabetes
Militus adalah Penyakit darah manis dapat
merupakan kelainan hereditas dengan
ciri insufisiensi atau absennya insulin dalam sirkulasi darah, konsentrasi gula darah tinggi,
berkurangnya glikogenesis.
2.
Etiologi
a.
Umur ibu sudah mulai
tua.
b. Multiparitas
c.
Gemuk (Obesitas)
d.
Ada anggota keluarga
sakit Diabetes (Hereditas)
e.
Anak lahir dengan berat
badan besar (diatas 4 Kg)
f.
Ada sejarah lahir mati
dan anak lahir besar
g.
Sering Abortus
h. Glukosuria
3.
Patofisiologi.
Dalam
kehamilan terjadi perubahan metabolisma
endokrin dan karbohidrat yang
menunjang pemasokan makanan bagi janin serta persiapan untuk menyusui. Glukosa dapat berdifusi secara tetap melalui plasenta
kepada janin sehingga kadar glukosa
dalam darah janin hampir menyerupai kadar glukosa
dalam darah ibu. Insulin ibu tidak dapat mencapai janin, sehingga kadar gula dalam
darah ibu mempengaruhi kadar gula pada janin. Pengendalian kadar gula terutama
dipengaruhi oleh insulin, disamping
beberapa hormon lain seperti : estrogen,
steroid dan plasenta laktogen. Akibat lambatnya resorpsi makanan maka terjadi hiperglikemia yang relatif lama dan ini
menuntut kebutuhan insulin. Menjelang
aterm kebutuhan insulin meningkat sehingga mencapai 3 kali dari keadaan normal. Hal
ini disebut sebagai tekanan diabetojenik
dalam kehamilan. Secara fisiologik telah terjadi resistensi insulin yaitu bila ia ditambahkan dengan insulin eksogenia tidak mudah menjadi hipoglikimia. Yang menjadi masalah
adalah bila seorang ibu tidak mampu meningkatkan produksi insulin, sehingga dia relatif
hipoinsulin yang mengakibatkan hiperglikimia
atau diabetes kehamilan (Diabetes yang timbul hanya dalam hamil).
Resistensi insulin juga disebabkan oleh adaya hormon estrogen progesteron, kortisol,
prolaktin dan plasenta laktogen. Hormon tersebut mempengaruhi reseptor insuli pada sel, sehingga mengurangi afinitas insulin. Hal ini patut diperhatikan dalam pengendalian penyakit
Diabetes millitus.
4.
Diagnosa
Dapat dengan mudah ditegakan
a.
Anamnesis : Riwayat
persalinan yang lalu, abortus, partus
prematurus, kematian janin, anak lahir besar, Riwayat keluarga (hereditas). keluhan sekarang trias poliuri, polidipsi, polifagi dan pernah berobat sakit darah manis
pada dokter.
b.
Pemeriksaan
1) Pemeriksaan
urine
2)
Pemeriksaan kadar gula
darah puasa dan post – prandial.
3)
Glukosa
toleran tes (GTT)
4)
Nilai kadar gula darah
5.
Klasifikasi Diabetes
Millitus
a.
Tidak tergantung insulin (TTI) Non Insulin Dependent Diebetes Mellitus
(NIDDM) yaitu kasus yang tidak memerlukan insulin
untuk pengendalian kadar gula darah.
b.
Tergantung insulin (TI) Insulin dependent diabetes Mellitus yaitu kasus yang memerlukan insulin dalam pengendalian kadar gula
darah.
Klasifikasi Diabetes Mellitus menurut White (1965) adalah sebagai berikut :
Kelas A. Diabetes kimiawi disebut juga diabetes laten, subklinis atau diabetes
kehamilan, tes toleransi glukosa
tidak normal, penderita tidak memerlukan insulin,
cukup diobati dengan diet saja. Prognosis
bagi ibu dan anak baik.
Kelas B. Diabetes Dewasa, diketahui secara klinis
setelah umur 19 tahun dan berlangsung kurang daripada 10 tahun dan tidak
disertai kelainan pembuluh darah.
Kelas C. Diabetes
yang diderita antara umur 10 – 19 tahun, atau timbul pada umur antara 10 – 19
tahun dan tanpa kelainan pembuluh darah.
Kelas D. Diabetes telah diderita lama, 20 tahun
atau lebih, atau telah diderita sebelum umur 10 tahun, atau disertai kelainan
pembuluh darah, termasuk arteriosklerosis
pada retina dan tungkai, dan retinitis.
Kelas E. Diabetes yang diserta perkapuran pada
pembuluh – pembuluh darah panggul, termasuk arteria
uteria.
Kelas F Diabetes dengan
nefropatia, termasuk glomerulonefritis dan pielonefritis. Diabetes anak remaja (juvenilis),
diabetes yang diderita sejak
anak-anak atau remaja. Karena sedikit atau tidak ada insulin endogen, cenderung menimbulkan keto-asidosis.
6.
Pengaruh diabetes
mellitus pada kehamilan.
a.
Pengaruh dalam
kehamilan
Dalam
kehamilan diabetes mellitus dapat
menyebabkan komplikasi :
1)
Abortus
dan partus prematurus
2)
Pre
– eklamsi
3)
Hidramnion
4)
Kelainan letak janin
5)
Insufisiensi
plasenta
b.
Pengaruh dalam
persalinan
Penyulit
yang sering dijumpai dalam persalinan adalah :
1)
Inersia
uteri dan atonia
uteri
2)
Distosia
bahu karena anak besar
3)
Kelahiran mati
4)
Lebih sering mengakhiri
partus dengan tindakan, termasuk seksio
sesaria
5)
Lebih mudah terjadi
infeksi
6)
Angka kematian maternal
lebih tinggi
c.
Pengaruh dalam nifas
Diabetes
lebih sering mengakibatkan infeksi nifas dan sepsis dan menghambat penyembuhan luka jalan lahir, baik ruptur perinai maupun luka episiotomi.
d.
Pengaruh pada bayi
Diabetes
mempunyai pengaruh tidak baik terhadap hasil konsepsi, dan dapat terjadi penyulit sebagai berikut.
1)
Kematian hasil konsepsi dalam kehamilan muda
mengakibatkan abortus.
2)
Cacat bawaan terutama
pada klas D keatas
3)
Dismaturitas terutama
pada klas D keatas
4)
Janin besar (makrosomia) terutama pada klas A sampai
C
5)
Kematian dalam
kandungan, biasanya pada kelas D keatas
6)
Kematian neonatal
7)
Kelainan neorologik dan psikologik di kemudian hari
7.
Penanganan
a.
Pengobatan medik adalah
sangat bijaksana bila pengobatan medik bekerja sama dengan ahli penyakit dalam.
1)
Diabetes Diet
Penderita kelas A cukup diatur
dietnya tanpa pengobatan dengan insulin.
Menurut lokakarya LIPI/NAS (1968) kebutuhan kalori per hari untuk wanita
Indonesia sehat yang tidak hamil, yang
hamil, dan pada masa laktasi masing –
masing sebanyak 2.000, 2300 dan 2.800 kalori dengan protein 65 – 80 gram.
Penderita diabetes mellitus dengan berat badan rata-rata
cukup di beri diet yang komen yang
mengandung 1.200 – 1.800 kalori sehari selama berlangsungnya kehamilan.
Dalam triwulan I diet dan pengobatan
tidak banyak berbeda dengan keadaan diluar kehamilan. White menganjurkan 30 -40
kalori per kg berat badan. Garam perlu dibatasi untuk mengurangi kecendrungan
akan retensi air dan udema. Diet yang dianjurkan adalah karbohidrat 40%, protein
2 g/kg berat badan, lemak 45 – 60 g.
Dalam triwulan II metabolismus hidrat-arang dalam tubuh
itu berubah, ibu memerlukan lebih banyak bahan makanan, terutama kalori dan
protein. Penderita yang diluar kehamilan dan dalam kehamilan triwulan I tidak
memerlukan insulin, mungkin sekali
perlu diobati dengan insulin dalam
triwulan II dan III. Karena itu keadaan gula darah harus diperiksa ulang. Diet
dan dosis insulin setiap kali harus
disesuaikan dengan keperluan yang berubah-rubah itu, lebih – lebih dalam
triwulan III, juga dalam masa nifas dan laktasi
pemeriksaan perlu diulang dan diet disesuaikan.
2)
Pemberian insulin
Pada penderita Diabetes Mellitus dalam kehamilan daya tahan terhadap insulin meningkat dengan makin tuanya
kehamilan, yang dibebaskan oleh kegiatan antiinsulin
plasenta.
Penderita yang sebelum kehamilan
sudah memerlukan insulin diberi insulin dalam dosis yang sama dengan
dosis diluar kehamilan sampai terdapat tanda-tanda bahaya dosis perlu ditambah
atau dikuranggi. Perubahan – perubahan dalam kehamilan disatu pihak memudahkan
terjadinya hiperglikimia dan asidosis, akan tetapi dipihak lain dapat
menimbulkan reaksi hipoglikenik.
Karena itu dosis insulin perlu
dirubah-rubah sesuia dengan kebutuhan. Perubahan harus dilakukan dengan
hati-hati, dengan berpedoman pada 140 mg/dl pemeriksaan gula darah yaitu kadar
PP (Post Prandial) < 140 mg/dl.
b.
Penanganan obstetrik
Penanganan
didasarkan atas pertimbangan beratnya penyakit, umur, paritas, riwayat persalinan terdahulu, dan ada atau tidak
komplikasi.
1)
Penyakit tidak berat
dan pengobatan/diet dapat mengontral penyakit dengan baik, diharapkan partus biasa.
2)
Bila diabetes mellitus agak berat dan
memerlukan insulin, induksi partus lebih dini, kehamilan
minggu ke 36-38.
3)
Diabetes
mellitus agak berat, riwajat kematian janin
dalam kandungan, beberapa institusi melakukan seksio sesaria dalam minggu ke 37 kehamilan.
4)
Diabetes
mellitus berat dengan komplikasi (pre-eklamsi, hidramnion dan sebagainya),
riwayat persalinan yang lalu buruk induksi
partus atau seksio sesaria lebih
dini.
5)
Dalam pengawasan
persalinan, monitor janin dengan baik (DJJ, elektro-toko-kardio-gram
dan ultrasonogragi dan lain-lain).
6) Bila
anak sudah ada dan setiap kehamilan dan persalinan akan mengancam keselamatan
ibu dan bayi, sangat dianjurkan melakukan tubektomi
untuk menutup kesuburan
Subscribe to:
Posts (Atom)