This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Sunday, 22 September 2013

Konsep Dasar Eklamsi Pada Kehamilan



1.      Beberapa pengertian
Eklamsi adalah  merupakan kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri atas : hipertensi, proteinuria, dan udema, yang kadang – kadang diserta konvulsi sampai koma. Ibu tersebut tidak menunjukan tanda – tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya.
kehamilan adalah suatu perubahan  pada diri seseorang dimulai dari perut dan payudara akan membesar tangan serta kaki mungkin membengkak diantara lain yang berubah.
kehamilan itu masa yang penting karena di sini mutu seorang anak ditentukan, benih yang unggul besalah dari tubuh yang sehat,  keturunan yang sehat, dan dibesarkan dalam lingkungan yang sehat pula. Untuk itulah pemeliharaan kehamilan dimulai dari perencaaan  menu yang benar, pemeliharaan kesehatan dan kebersihan, dan sebagainya. salah satu upaya adalah dengan menjaga kecukupan makanan. Makanan satu – satunya sunber agar anak tumbuh dengan sehat.
Hamil adalah tertanamnya atau berimplantasi hasil konsepsi kelapisan endometrium uterus, lama kehamilan yaitu 280 hari (40 minggu). Kehamilan dibagi atas 3 triwulan ( tri semister) yakni :
a.       Kehamilan triwulan I, antara 0 – 12 minggu.
b.      Kehamilan triwulan II,   antara 12 – 28 minggu.
c.       Kehamilan triwulan III, antara  28 – 40 minggu.
Eklamsi adalah pre-eklamsi yang memburuk disertai kejang – kejang. Keadaan ini dapat terjadi pada masa kehamilan khususnya pada trisemister III, pada saat persalinan dan pada masa nifas. Eklamsi mengancam kehidupan ibu dan janin, sehingga merupakan sehingga merupakan keadaan gawat darurat, komplikasi ini merupakan penyebab kematian ibu tersering setelah pendarahan
2.         Etiologi
-          Eklamsi disebabkan oleh kurangnya cairan darah keotak, hipoksi otak dan udema otak. Banyak tiori – tiori dikemukakan oleh para ahli yang menerangkan penyebabnya, karena itu disebut penyakit tiori namun belum ada jawaban yang memuaskan. Tiori yang sekarang dipakai sebagai penyebab eklamsi adalah teori “Iskhemia plasenta”(Menurunnya aliran darah ke plasenta) namun tiori ini belum dapat menerangkan semua hal yang berkaitan dengan penyakit ini.
-          Pada umumnya serangan eklamsi dapat dibedakan kejang – kejang oleh sebab lain karena eklamsi selalu diserta oleh hypertensi dan proteinuria dan dijumpai dalam pertengahan kedua kehamilan, akan tetapi terkadang diagnogsis diferensial tidak seberapa mudah, apalagi bila penderita tidak dikenal sebelumnya.
-          Penelitian akhir-akhir ini menunjukan kemungkinan bahwa pre-eklamsi dan eklamsi mempunyai latar belakang psikosomatis. Secara psikologis penyakitnya menunjukan diri dalam sikap yang kurang wajar, perasaan bersalah/ berdosa/cemas terhadap kehamilannya  dan kadang-kadang walaupun jarang ada kecendrungan untuk bunuh diri. Semua ini mengakibatkan ketidak seimbangan emosional yang dinggap menjadi sebab dari spasnus arterioler, yang merupakan cirri khas dari pre – eklamsi.
3.          Patofisiologis
Eklamsi terjadi di dahului oleh pre –eklamsi berat bila tidak tertangani dengan baik maka menimbulkan eklamsi yang ditandai dengan nyeri kepala didaerah frontal, ganguan penglihatan, mual keras, nyeri diepigastrium, dan hiperrepleksia, bila tidak segera ditangani akan menimbulkan  kejang – kejang. pre-eklamsi ringan jarang sekali menyebabkan kematian ibu, oleh karena itu sebahagian besar pemeriksaan anatomi-patologik berasal dari penderita eklamsi yang meninggal. pada pemeriksaan akhir-akhir ini pada pemeriksaan biopsy hati dan ginjal ternyata bahwa perubahan anatomi patogenik pada alat-alat itu pada pre-eklamsi tidak banyak perubahan daripada yang ditemukan pada eklamsi. perlu dikemukan bahwa tidak ada perubahan hispopatogenik yang khas pada pre-eklamsi dan eklamsi.
4.         Gejala Eklamsi
·            Kejang-kejang pada ibu hamil pada ibu hamil biasanya pada semester keIII atau pada masa persalinan atau  masa nifas.
·            Bengkak khususnya pada muka dan tangan (tidak selalu ditemukan)
·            Protein dalam urine (+3)
·            Tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg ( Depkes RI, 1996)
Biasanya didahului oleh gejala – gejala pre-eklamsi berat serangan eklamsi bagi atas 4 tingkatan.
1)      Stadium invasi (awal atau aurora)
Mata terpaku dan terbuka tampa melihat, kelopak mata dan tangan bergetar, kepala dipalingkan kekanan atau kekiri yang berlangsung kira kira 30 detik.


2)      Stadium kejang tonik
Seluruh otot badan jadi kaku wajah kaku, tangan menggenggam dan kaki membengkok kedalam, pernafasan terhenti, muka mulai kelihatan sianotis, lidah dapat tergigit. Stadium ini dapat berlangsung kira – kira 20 – 30 detik
3)      Stadium kejang klonik
Semua otot berkontraksi dan berulang ulang dalam waktu cepat. Muilut terbuka dan menutup, keluar ludah berbusa dan lidah dapat tergigit. Mata melotot, muka kelihatan kongesti dan sianosis. Setelah berlangsung selama 1-2 menitkejang klonik terhenti dan penderita tidak sadar, menarik nafas seperti mendengkur
4)      Stadium koma
Lamanya ketidak sadaran (koma) ini beberapa menit sampai beberapa jam. Kadang antara kesadaran tumbuh timbul serangan baru dan akhirnya wanita tetap dalam keadaan koma
5)      Akibat untuk ibu
a)      Solisio Plasenta
b)      Hipofibrinogenemia.
c)      Pendarahan otak
d)     Hemolisis
e)      Kelainan mata
f)       Kelainan Ginjal
g)      Komplikasi ginjal
6)      Akibat untuk bayi
a)      Prematur
b)      Hipoksiaintra uterin
c)      Kematian janin.
5.                  Mencegah Eklamsi
Mencegah terjadinya eklamsi jauh lebih penting dari mengobatinya, karena sekali ibu hamil mendapat serangan proknosa akan jauh lebih jelek, pada umumnya eklamsi dapat dicegah atau frekwensinya dapat dikuranggi, upaya – upaya untuk menurunkannya
1)      memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat, bahwa eklamsi bukanlah penyakit kemasukan (megis).  
2)      meningkatkan jumlah poly klinik pemeriksaan ibu hamil serta mengusahakan agar semua wanita hamil memeriksakan kehamilannya
3)      pelayanan kebidanan yang bermutu, yaitu mencari pada tiap –tiap pemeriksaan tanda-tanda  pre – eklamsi dan mengobatinya sedini mungkin bila dijumpai
4)      mengakhiri kehamilan sedapat –dapatnya  pada minggu kehamilan 37 minggu keatas.

6.      Komplikasi
Komplikasi yang terberat kematian ibu dan janin. Usaha utama ialah melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita pre-eklamsi dan eklamsi. kompilkasi yang sering terjadi adalah :
a)      solusio plasenta
Adalah terlepasnya plasenta dari tempatinsersinya yang normal, diantara umur kehamilan 28 minggu sampai sebelum kelahiran bayi.
b)      Hipofibrinogenemia
Pada pre eklamsi berat  Zuspen (1978) menemukan 23 % Hipofibrinogenemia, maka dari itu dianjurkan pemeriksaan fibrinogen secara berkala.
c)      Hemolisis
Hemolisis yang dikenal sebagai ikterus. belum diketahui denga pasti apakah  ini merupakan kerusakan sel – sel hati atau destruksi dari sel darah merah. Nekrosis periportal hati yang sering ditemukan pada autopsy penderrita eklamsidapat menerangkan ikterus tersebut.
d)     Perdarahan otak
Penyebab utama kematian ibu akibat pecahnya pembuluh darah otak.
e)      Kelainan mata
Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai seminggu, dapat terjadi pendarahan kadang-kadang terjadi pada retina, hal ini merupakan tanda gawat akam terjadinya apopleksia selebri.
f)       Udema Paru
hanya ditemukan 1 penderia dari 69 kasus eklamsi, hal ini dibebabkan karena payah jantung
g)      Nekrosis hati
kelainan ini diduga khas untuk eklamsitetapi ternyata juga ditemukan pada penyakit lain, kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan faal hati terutama penentuan enzim enzimnya.
h)      Sindroma HELLP ( Haemolisis, Elevated lever enzim, dan low platelet)
i)        Komplikasi lain seperti lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jatuh akibat kejang.
j)        Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intra uterin.
7.      Penanganan
Tujuan pengobatan eklamsi adalah menghentikan berulangnya serangan kejang dan mengakiri kehamilan secepatnya dengan cara yang aman setelah keadaan ibu mengizinkan
langkah pertama menghentikankejang menguranggi vasospasmus, dan meningkatkan diurisis. dalam pada itu pertolongan yang perlu diperhatikan jika timbul kejang ialah mempertahankan jalan pernafasan bebas, menghindari tergigitnya lidah, member oksigen, dan menjaga agar penderita tidak mengalami trauma, untuk menjaga jangan sampai terjadi kejang lagi yang selanjutnya mempengaruhi gejala – gejala lain, dapat diberikan beberapa obat misalnya :
a.       Sodium pentolhal
b.      Sulfas Magnesium
c.       Lyrik cocktail

Konsep Dasar Diabetes Millitus Pada Ibu hamil



1.      Pengertian
         Diabetes Militus adalah Penyakit darah manis dapat merupakan kelainan hereditas dengan ciri insufisiensi atau absennya insulin dalam sirkulasi  darah, konsentrasi gula darah tinggi, berkurangnya glikogenesis.
2.      Etiologi
a.    Umur ibu sudah mulai tua.
b.   Multiparitas
c.    Gemuk (Obesitas)
d.   Ada anggota keluarga sakit Diabetes (Hereditas)
e.    Anak lahir dengan berat badan besar (diatas 4 Kg)
f.    Ada sejarah lahir mati dan anak lahir besar
g.   Sering Abortus
h.   Glukosuria
3.      Patofisiologi.
Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisma endokrin dan karbohidrat yang menunjang pemasokan makanan bagi janin serta persiapan untuk menyusui. Glukosa dapat berdifusi secara tetap melalui plasenta kepada janin sehingga kadar glukosa dalam darah janin hampir menyerupai kadar glukosa dalam darah ibu.   Insulin ibu tidak dapat mencapai janin, sehingga kadar gula dalam darah ibu mempengaruhi kadar gula pada janin. Pengendalian kadar gula terutama dipengaruhi oleh insulin, disamping beberapa hormon lain seperti : estrogen, steroid dan plasenta laktogen. Akibat lambatnya resorpsi makanan maka terjadi hiperglikemia yang relatif lama dan ini menuntut kebutuhan insulin. Menjelang aterm kebutuhan insulin meningkat sehingga mencapai 3 kali dari keadaan normal. Hal ini disebut sebagai tekanan diabetojenik dalam kehamilan. Secara fisiologik telah terjadi resistensi insulin yaitu bila ia ditambahkan dengan insulin eksogenia tidak mudah menjadi hipoglikimia. Yang menjadi masalah adalah bila seorang ibu tidak mampu meningkatkan produksi insulin, sehingga dia relatif hipoinsulin yang mengakibatkan hiperglikimia atau diabetes kehamilan (Diabetes yang timbul hanya dalam hamil). Resistensi insulin juga disebabkan oleh adaya hormon estrogen progesteron, kortisol, prolaktin dan plasenta laktogen. Hormon tersebut mempengaruhi reseptor insuli pada sel, sehingga mengurangi afinitas insulin. Hal ini patut diperhatikan dalam pengendalian penyakit Diabetes millitus.
4.   Diagnosa
Dapat dengan mudah ditegakan
a.       Anamnesis : Riwayat persalinan yang lalu, abortus, partus prematurus, kematian janin, anak lahir besar, Riwayat keluarga (hereditas). keluhan sekarang trias poliuri, polidipsi, polifagi dan pernah berobat sakit darah manis pada dokter.
b.      Pemeriksaan
1)      Pemeriksaan urine
2)      Pemeriksaan kadar gula darah puasa dan post – prandial.
3)      Glukosa toleran tes (GTT)
4)      Nilai kadar gula darah
5.            Klasifikasi Diabetes Millitus
a.    Tidak tergantung insulin (TTI) Non Insulin Dependent Diebetes Mellitus (NIDDM) yaitu kasus yang tidak memerlukan insulin untuk pengendalian kadar gula darah.
b.   Tergantung insulin (TI) Insulin dependent diabetes Mellitus yaitu kasus yang memerlukan insulin dalam pengendalian kadar gula darah.
Klasifikasi Diabetes Mellitus menurut White (1965) adalah sebagai berikut :
Kelas A. Diabetes kimiawi disebut juga diabetes laten, subklinis atau diabetes kehamilan, tes toleransi glukosa tidak normal, penderita tidak memerlukan insulin, cukup diobati dengan diet saja. Prognosis bagi ibu dan anak baik.
Kelas B. Diabetes Dewasa, diketahui secara klinis setelah umur 19 tahun dan berlangsung kurang daripada 10 tahun dan tidak disertai kelainan pembuluh darah.
Kelas C.  Diabetes yang diderita antara umur 10 – 19 tahun, atau timbul pada umur antara 10 – 19 tahun dan tanpa kelainan pembuluh darah.
Kelas D. Diabetes telah diderita lama, 20 tahun atau lebih, atau telah diderita sebelum umur 10 tahun, atau disertai kelainan pembuluh darah, termasuk arteriosklerosis pada retina dan tungkai, dan retinitis.
Kelas E. Diabetes yang diserta perkapuran pada pembuluh – pembuluh darah panggul, termasuk arteria uteria.
Kelas F Diabetes dengan nefropatia, termasuk glomerulonefritis dan pielonefritis. Diabetes anak remaja (juvenilis), diabetes yang diderita sejak anak-anak atau remaja. Karena sedikit atau tidak ada insulin endogen, cenderung menimbulkan keto-asidosis.
6.         Pengaruh  diabetes mellitus pada kehamilan.
a.    Pengaruh dalam kehamilan
Dalam kehamilan diabetes mellitus dapat menyebabkan komplikasi :
1)            Abortus dan partus prematurus
2)            Pre – eklamsi
3)            Hidramnion
4)            Kelainan letak janin
5)            Insufisiensi plasenta
b.   Pengaruh dalam persalinan
Penyulit yang sering dijumpai dalam persalinan adalah :
1)            Inersia uteri dan atonia uteri
2)            Distosia bahu karena anak besar
3)            Kelahiran mati
4)            Lebih sering mengakhiri partus dengan tindakan, termasuk seksio sesaria
5)            Lebih mudah terjadi infeksi
6)            Angka kematian maternal lebih tinggi
c.       Pengaruh dalam nifas
Diabetes lebih sering mengakibatkan infeksi nifas dan sepsis dan menghambat penyembuhan luka jalan lahir, baik ruptur perinai maupun luka episiotomi.
d.      Pengaruh pada bayi
Diabetes mempunyai pengaruh tidak baik terhadap hasil konsepsi, dan dapat terjadi penyulit sebagai berikut.
1)      Kematian hasil konsepsi dalam kehamilan muda mengakibatkan abortus.
2)      Cacat bawaan terutama pada klas D keatas
3)      Dismaturitas terutama pada klas D keatas
4)      Janin besar (makrosomia) terutama pada klas A sampai C
5)      Kematian dalam kandungan, biasanya pada kelas D keatas
6)      Kematian neonatal
7)      Kelainan neorologik dan psikologik di kemudian hari 
7.         Penanganan
a.    Pengobatan medik adalah sangat bijaksana bila pengobatan medik bekerja sama dengan ahli penyakit dalam.
1)   Diabetes Diet
            Penderita kelas A cukup diatur dietnya tanpa pengobatan dengan insulin. Menurut lokakarya LIPI/NAS (1968) kebutuhan kalori per hari untuk wanita Indonesia sehat yang  tidak hamil, yang hamil, dan pada masa laktasi masing – masing sebanyak 2.000, 2300 dan 2.800 kalori dengan protein 65 – 80 gram. Penderita diabetes mellitus dengan berat badan rata-rata cukup  di beri diet yang komen yang mengandung 1.200 – 1.800 kalori sehari selama berlangsungnya kehamilan.
            Dalam triwulan I diet dan pengobatan tidak banyak berbeda dengan keadaan diluar kehamilan. White menganjurkan 30 -40 kalori per kg berat badan. Garam perlu dibatasi untuk mengurangi kecendrungan akan retensi air dan udema. Diet yang dianjurkan adalah karbohidrat 40%, protein 2 g/kg berat badan, lemak 45 – 60 g.
            Dalam triwulan II metabolismus hidrat-arang dalam tubuh itu berubah, ibu memerlukan lebih banyak bahan makanan, terutama kalori dan protein. Penderita yang diluar kehamilan dan dalam kehamilan triwulan I tidak memerlukan insulin, mungkin sekali perlu diobati dengan insulin dalam triwulan II dan III. Karena itu keadaan gula darah harus diperiksa ulang. Diet dan dosis insulin setiap kali harus disesuaikan dengan keperluan yang berubah-rubah itu, lebih – lebih dalam triwulan III, juga dalam masa nifas dan laktasi pemeriksaan perlu diulang dan diet disesuaikan.
2)   Pemberian insulin
            Pada penderita Diabetes Mellitus dalam kehamilan daya tahan terhadap insulin meningkat dengan makin tuanya kehamilan, yang dibebaskan oleh kegiatan antiinsulin plasenta.
            Penderita yang sebelum kehamilan sudah memerlukan insulin diberi insulin dalam dosis yang sama dengan dosis diluar kehamilan sampai terdapat tanda-tanda bahaya dosis perlu ditambah atau dikuranggi. Perubahan – perubahan dalam kehamilan disatu pihak memudahkan terjadinya hiperglikimia dan asidosis, akan tetapi dipihak lain dapat menimbulkan reaksi hipoglikenik. Karena itu dosis insulin perlu dirubah-rubah sesuia dengan kebutuhan. Perubahan harus dilakukan dengan hati-hati, dengan berpedoman pada 140 mg/dl pemeriksaan gula darah yaitu kadar PP (Post Prandial) < 140 mg/dl.
b.   Penanganan obstetrik
Penanganan didasarkan atas pertimbangan beratnya penyakit, umur, paritas, riwayat persalinan terdahulu, dan ada atau tidak komplikasi.
1)   Penyakit tidak berat dan pengobatan/diet dapat mengontral penyakit dengan baik, diharapkan partus biasa.
2)   Bila diabetes mellitus agak berat dan memerlukan insulin, induksi partus lebih dini, kehamilan minggu ke 36-38.
3)   Diabetes mellitus agak berat, riwajat kematian janin dalam kandungan, beberapa institusi melakukan seksio sesaria dalam minggu ke 37 kehamilan.
4)   Diabetes mellitus berat dengan komplikasi (pre-eklamsi, hidramnion dan sebagainya), riwayat persalinan yang lalu buruk induksi partus atau seksio sesaria lebih dini.
5)   Dalam pengawasan persalinan, monitor janin dengan baik (DJJ, elektro-toko-kardio-gram dan ultrasonogragi dan lain-lain).
6)   Bila anak sudah ada dan setiap kehamilan dan persalinan akan mengancam keselamatan ibu dan bayi, sangat dianjurkan melakukan tubektomi untuk menutup kesuburan