Saturday, 6 April 2013
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa
15:34
No comments
Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh
faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal :
1. Faktor internal
Diantara berbagai faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar siswa, faktor internal memeganng peranan paling
menentukan. Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri
individu itu sendiri. Faktor ini dapat dibedakan atas faktor fisiologis dan
faktor psikologis.
a. Faktor Fisiologis
Faktor fisiologis sangat erat
hubungannya dengan keadaan jasmani siswa. Keadaan jasmani harus diperhatikan
dengan baik, karena jasmani yang kuran baik akan sangat mengganggu kegiatan
belajar. Dalam hal ini terutama kesehatan panca indera. Suryabrata, (1987:256)
"Apabila panca indera berfungsi dengan baik, maka proses pembelajaran
dapat berlangsung dengan baik". Dengan kata lain faktor fisik dari anak itu sendiri. seorang anak yang sedang sakit, tentunya
akan mengalami kelemahan secara fisik, sehingga proses menerima pelajaran,
memahami pelajaran menjadi tidak sempurna. Ekosistemain sakit faktor fisiologis
yang perlu kita perhatikan karena dapat menjadi penyebab munculnya masalah
kesulitan belajar adalah cacat tubuh, yang dapat kita bagi lagi menjadi cacat
tubuh yang ringan seperti kurang pendengaran, kurang penglihatan, serta
gangguan gerak, serta cacat tubuh yang tetap (serius) seperti buta, tuli, bisu,
dan lain sebagainya.
b. Faktor Psikologis
Faktor psikologis adalah
faktor yang erat kaitannya dengan segala bentuk kemampuan yang berpusat di otak
. Hal yang berkenaan dengan berbagai perilaku yang
ada dibutuhkan dalam belajar. Sebagaimana kita ketahui bahwa belajar tentunya
memerlukan sebuah kesiapan, ketenangan, rasa aman. Ekosistemain itu yang juga
termasuk dalam factor psikoogis ini adalah intelligensi yang dimiliki oleh
anak. Anak yang memiliki IQ cerdas (110 – 140), atau genius (lebih dari 140) memiliki potensi untuk memahami pelajaran dengan
cepat. Sedangkan anak-anak yang tergolong sedang (90-110) tentunya tidak
terlalu mengalami masalah walaupun juga pencapaiannya tidak terlalu tinggi.
Sedangkan anak yang memiliki IQ dibawah 90 ataubahkan dibawah 60 tentunya
memiliki potensi mengalami kesulitan dalam masalah belajar. Untuk itu, maka
orang tua, serta guru perlu mengetahui tingkat IQ yang dimiliki anak atau anak
didiknya. Ekosistemain IQ factor psikologis yang dapat menjadi penyebab
munculnya masalah kesulitan belajar adalah bakat, minat, motivasi, kondisi
kesehatan mental anak, dan juga tipe anak dalam belajar.
c. Minat
Nurkencana dan Sumartana (1986:226)
mengatakan bahwa "Minat adalah menyangkut aktifitas-aktifitas yang dipilih
secara bebas oleh individu". Minat sangat mempengaruhi prestasi belajar
siswa, kretifitas yang dilakukan akan membawa hasil yang sangat memuaskan jika
dilakukan dengan penuh minat, suatu pelajaran akan dipelajari dengan baik
apabila siswa dapat meusatkan perhatiannya terhadap pelajarana tersebut. Konsentrasi dan kegairahan dalam belajar
harus didukung minat yang tinggi.
d. Intelegensi
Intelegensi merupakan
kapasitas kecakapan atau kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang memungkinkan
sesesorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu. Intelegensi atau kecerdasan
dapat ditingkatkan dengan memberikan gizi yang cukup dan menjaga kesehatan agar
tetap sehat (Purwanto, 1986 : 69).
e. Bakat
Bakat adalah kemampuan ilmiah
yang dimiliki seseorang menurut Suryabrata, (1984:169) seseorang akan lebih
berhasil dalam belajar bila ia belajar dalam lapangan yang sesuai dengan
Bakatnya, "Bakat merupakan suatu kualitas yang nampak pada tingkah laku manusia pada
lapangan keahlian tertentu" (Sumartana, 1986 : 204).
f. Motivasi
Motivasi merupakan penggerak
siswa dalam memacu belajar untuk memproleh prestasi yang lebih tinggi. Dengan
adanya motivasi siswa akan dapat meningkatkan kegiatan belajar yang akan
dilakukan. Sartiman (1992: 75) mengatakan bahwa : "Motivasi sebagai keekosistemuruhan daya penggerak
di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar".
2. Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor
yang berasal dari luar individu yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa
misalnya lingkungan, metode, dan instrumen.
a. Faktor lingkungan
Faktor
lingkungan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar. Faktor lingkungan
yang berpengaruh terhadap proses Pembelajaran adalah keadaan keluarga dan
masyarakat. Siswa yang berada dalam keluarga yang rukun, damai, dan penuh
ketenagan akan dapat belajar dengan baik di bandingkan dengan siswa yang berada
dalam keluarga yang berantakan. Lingkungan merupakan suatu komponen sistem yang ikut
menentukan keberhasilan proses pendidikan.Dalam penelitian ini kondisi
lingkungan sekolah dan keluarga menjadi perhatian karena faktor ini sangat
dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa yang sangat berpengaruh terhadap
prestasi belajar. Sekolah adalah wahana kegiatan dan proses pendidikan
berlangsung. Di sekolah nilai-nilai kehidupan ditumbuhkan dan dikembangkan. Oleh karena itu,
sekolah menjadi wahana yang sangat dominan bagi pengaruh dan pembentukan sikap,
perilaku, dan prestasi seorang siswa (Tu’u, 2004:18).
b. Metode mengajar
Dalam pelaksanaan
proses pembelajaran, metode merupakan suatu hal yang sangat penting, karena
setiap proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru mempunyai tujuan
masing-masing untuk mencapai tujuan pengajaran, guru menggunakan suatu cara
yang di sebut metode mengajar. Menurut
Ahmadi dan Joko (1997:52) "Metode mengajar ialah teknik pengajian yang
dikuasai guru untuk menyajikan bahan pelajaran didalam kelas baik secara
individual atau kelompok agar pelajaran itu dapat diserap, dipahami, dan
dimanfaatkan oleh siswa dengan baik". "Mengajar secara efektif sangat tergantung pada
pemilihan dan penggunaan metode mengajar yang serasi dengan tujuan mengajar" (Popham dan Eva, 1992: 14).
c.
Instrumen
Faktor Instrumen diharapkan
dapat berfungsi sebagai sarana untuk pencapaian tujuan yang telah direncanakan
sebelumnya. Faktor ini terdiri atas gedung, perlengkapan belajar mengajar,
kurikulum, program pengajaran, dan tujuan pengajaran.
Sistem Pembelajaran Dengan Menggunakan Peta Konsep
15:31
No comments
1. Pengertian Peta Konsep
Peta konsep digunakan untuk
menyatakan hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk
proposisi-proposisi, proposisi merupakan dua atau lebih.
Konsep-konsep yang dihubungkan oleh kata-kata dalam suatu unit semantik. Dalam bentuknya yang paling sederhana, Peta
Konsep hanya terdiri atas dua konsep yang dihubungkan oleh suatu kata
penghubung untuk membentuk suatu proposisi, Misalnya "padi itu hijau" akan merupakan suatu peta konsep yang
sederhana sekali, terdiri atas dua konsep, yaitu padi dan hijau, dihubungkan
oleh kata itu.
Menurut Zubaidah (2000:3) "Peta konsep merupakan suatu teknik yang memberikan gambaran mengenai
struktur Pengetahuan siswa dalam disiplin ilmu tertentu. Peta konsep
merupakan suatu jaring-jaring pembelajaran yang menunjukan konsep
apa saja yang perlu dipelajari siswa dan bagaimana keterkaitan konsep-konsep tersebut".
Proses pembelajaran dengan
menggunakan peta konsep akan lebih mudah berlangsung, bila konsep-konsep baru dikaitkan pada konsep yang lebih Inklusif, maka peta konsep harus disusun secara hirarki. Ini berarti, bahwa konsep yang lebih inklusif ada di
puncak peta. Makin ke bawah konsep-konsep diurutkan makin menjadi lebih khusus.
2. Kegunaan
Peta Konsep
Dalam
pendidikan peta konsep dapat diterapkan untuk berbagai tujuan, yaitu :
a. Menyelidiki apa yang telah diketahui siswa
Dengan menggunakan peta konsep
guru dapat mengetahui konsep-konsep apa yang telah dimiliki siswa waktu
pelajaran baru akan dimulai, sedangkan siswa dapat menunjukkan pemahaman atau
konsep-konsep apa yang telah dimiliki dalam menghadapi
pelajaran baru itu.
b.
Mengungkapkan konsepsi salah
Peta konsep dapat mengungkapkan konsepsi salah yang
terjadi pada siswa.konsepsi salah biasanya timbul karena terdapat kaitan antara
konsep yang mengakibatkan proposisi yang salah.
c. Memberi arah pembelajaran (seperti peta
jalanan).
d. Membantu membaca materi dari buku
pelajaran.
e. Membantu siswa mencapai hasil belajar yang
berkualitas tinggi, karena membantu siswa mengingat informasi
dan melihat keterkaitan antar konsep.
f.
Membantu siswa menghubungkan ide yang satu dengan yang
lainnya.
Siswa perlu menyusun peta
konsep dalam proses pembelajaran karena peta konsep dapat di gunakan siswa
sebagai salah satu alat belajar untuk membantu mereka belajar mengenai struktur
pengetahuan dan proses menghasilkan pengetahuan dari konsep-konsep materi
pelajaran. Sebagai alat pembelajaran peta konsep membantu siswa
aktif berpikir untuk memusatkan perhatian pada sejumlah ide pokok berupa
konsep-konsep dari suatu pokok bahasan.
Peta konsep dapat memberikan
semacam peta jalanan bagi siswa yang menunjukan arah untuk mengaitkan dalam
proposisi yang berarti. Dengan
menyusun peta konsep, siswa dapat menyadari bahwa dalam belajar tidak hanya
mengingat fakta-fakta, tetapi juga memahami ilmu secara bermakna sehingga dapat
mengaitkan konsep baru dengan konsep yang telah di pahami sebelum nya. Setelah ekosistemesai
belajar peta konsep dapat berfungsi sebagai ringkasan skematis mengenai apa
yang baru saja dipelajari. Ekosistemain itu, peta konsep dapat juga di buat
lagi setelah siswa ekosistemesai belajar yaitu untuk memeriksa kembali
pemahaman mereka sendiri secara keritis (Susilo, 1999:36).
3. Pengertian Konsep
Konsep dapat didefenisikan
dengan bermacam-macam rumusan. Salah satunya adalah defenisi yang dikemukakan
Carrol dalam Kardi (1997: 2) bahwa konsep merupakan suatu abstraksi dari
serangkaian pengalaman yang didefinisikan sebagai suatu kelompok obyek atau
kejadian. Abstraksi berarti suatu proses pemusatan perhatian seseorang pada
situasi tertentu dan mengambil elemen-elemen tertentu, serta mengabaikan elemen
yang lain. Tidak ada satu pun definisi
yang dapat mengungkapkan arti yang kaya dari konsep atau berbagai macam
konsep-konsep yang diperoleh para siswa. Oleh karena itu konsep-konsep itu
merupakan penyajian internal dari sekelompok stimulus, konsep-konsep itu tidak
dapat diamati, dan harus disimpulkan dari perilaku.
Penggunaan metode peta konsep dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII dalam mempelajari materi ekosistem di SMP Negeri
15:26
No comments
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Dalam rangka
untuk meningkatkan mutu pendidikan, pemerintah mengusahakan pengadaan sarana
dan prasarana pendididikan, Seperti buku-buku paket,
alat peraga dan penyesuaian kurikulum. Dilain pihak pemerintah telah membuat
seperangkat garis-garis besar pedoman pengajaran (GBPP) sebagai pedoman untuk
para guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Proses pembelajaran harus
mampu melibatkan siswa belajar secara aktif, hal ini sangat ditentukan oleh
kemampuan guru menggunakan metode yang sesuai dengan materi pelajaran. Dalam
kegiatan proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), khususnya biologi,
diharapkan seorang guru memiliki strategi atau langkah-langkah yang digunakan
dalam penyajian pelajaran, salah satunya adalah metode mengajar, agar siswa
dapat belajar secara efektif dan efisien. Menurut Suryosubroto (1997:43) :
Metode mengajar merupakan salah satu cara yang di gunakan guru dalam
mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Oleh karena itu peranan metode mengajar
sebagai alat untuk menciptakan proses
belajar mengajar. Metode belajar yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan
kegiatan belajar siswa, serta menggunakan metode mengajar secara bervariasi”.
Guru
dituntut untuk dapat melaksanakan proses pembelajaraan serta dapat menentukan
metode yang tepat sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga tercipta
interaksi belajar antara guru dan siswa. Pengajar yang baik ekosistemalu
berusaha dalam hal menggunakan metode yang tepat untuk menghadapi kelas dan
mengubah hubungan antara guru dan siswa, sehingga siswa aktif belajar. Suatu pengajaran
disebutkan berhasil baik, bilamana pengajaran tersebut membangkitkan proses
belajar secara efektif (Ahmadi, 1987:110).
Guru
memegang peranan penting dalam menetapkan metode mengajar yang akan digunakan,
semakin baik metode yang dipakai dalam pembelajaran, maka semakin efektif pula
pencapaian tujuan. Dalam hal ini, salah satu keberhasilan proses pembelajaran
sangat ditentukan oleh metode yang sesuai dengan lingkungan belajar dan materi
yang disampaikan. Hododimoelyo (1995:8) menyatakan : “Penggunaan metode
mengajar yang baik dan sesuai dengan materi yang akan diajarkan adalah mutlak
harus dimiliki oleh guru atau pendidik”.
Banyak metode mengajar dapat
digunakan guru dalam proses pembelajaran, seperti metode ceramah, demonstrasi,
eksperimen, tanya jawab, diskusi, derill dan resitasi. Metode sangat diperlukan
dalam proses pembelajaran, disamping dari metode-metode yang telah
disebutkan di atas, guru juga dapat menggunakan peta konsep sebagai alat untuk
menyajikan materi pelajaaran. Susilo (1999:30) mengatakan : “Peta konsep dapat
didefenisikan sebagai alat yang menggambarkan keterkaitan antar konsep”. Peta
konsep digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna antara konsep-konsep
dalam bentuk saling berkaitan (Dahar, 1988: 150).
Dalam mempelajari biologi
siswa diharapkan dapat menggunakan belajar hafalan, juga dapat menggunakan
belajar bermakna. Belajar hafalan adalah belajar dimana siswa hanya mencoba
menghafal informasi yang diperoleh dari guru mengenai materi pelajaran.
Sedangkan belajar bermakna akan terjadi bilamana siswa menghubungkan atau
mengaitkan informasi yang diperoleh secara mandiri dalam bentuk konsep-konsep
yang telah dimilikinya. "Salah satu alat pembelajaran yang berdasarkan
belajar bermakna adalah peta konsep" (Zubaidah, 2000:3). Sebagai alat
pembelajaran, peta konsep membantu siswa aktif berpikir dalam memusatkan
perhatian pada sejumlah ide pokok berupa konsep-konsep dari suatu pokok
bahasan, artinya siswa akan lebih aktif dalam mencari dan menemukan
konsep-konsep dari materi pelajaran. Dengan melihat pada suatu peta konsep yang
dibuat oleh siswa, guru dapat mengetahui panguasaan konsep-konsep pada siswa. "Mempertimbangkan
tingkat kemampuan siswa dan faktor-faktor pembelajaran, serta dapat mengambil
keputusan mengenai ruang lingkuup yang akan dibahas dalam suatu program
pembelajaran" (Susilo, 1999: 30).
Kelemahan dan Kelebihan Model Pembelajaran TGT
15:21
No comments
Riset
tentang pengaruh pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran telah banyak
dilakukan oleh pakar pembelajaran maupun oleh para guru di sekolah. Dari
tinjuan psikologis, terdapat dasar teoritis yang kuat untuk memprediksi bahwa
metode-metode pembelajaran kooperatif yang menggunakan tujuan kelompok dan
tanggung jawab individual akan meningkatkan pencapaian prestasi siswa. Dua teori utama yang mendukung
pembelajaran kooperatif adalah teori motivasi dan teori kognitif.
Dari
pespektif motivasional, struktur tujuan kooperatif menciptakan sebuah situasi
di mana satu-satunya cara anggota kelompok bisa meraih tujuan pribadi mereka
adalah jika kelompok mereka sukses. Oleh karena itu, mereka harus membantu
teman satu timnya untuk melakukan apa pun agar kelompok berhasil dan mendorong
anggota satu timnya untuk melakukan usaha maksimal.
Sedangkan
dari perspektif teori kognitif, Slavin (2008) mengemukakan bahwa pembelajaran
kooperatif menekankan pada pengaruh dari kerja sama terhadap pencapaian tujuan
pembelajaran. Asumsi dasar dari teori pembangunan kognitif adalah bahwa
interaksi di antara para siswa berkaitan dengan tugas-tugas yang sesuai
mengingkatkan penguasaan mereka terhadap konsep kritik. Pengelompokan siswa
yang heterogen mendorong interaksi yang kritis dan saling mendukung bagi
pertumbuhan dan perkembangan pengetahuan atau kognitif. Penelitian psikologi
kognitif menemukan bahwa jika informasi ingin dipertahankan di dalam memori dan
berhubungan dengan informasi yang sudah ada di dalam memori, orang yang belajar
harus terlibat dalam semacam pengaturan kembali kognitif, atau elaborasi dari
materi. Salah satu cara elaborasi yang paling efektif adalah menjelaskan
materinya kepada orang lain.
Namun
demikian, tidak ada satupun model pembelajaran yang cocok untuk semua materi,
situasi dan anak. Setiap model pembelajaran memiliki karakteristik yang menjadi
penekanan dalam proses implementasinya dan sangat mendukung ketercapaian tujuan
pembelajaran. Secara psikologis, lingkungan belajar yang diciptakan guru dapat
direspon beragama oleh siswa sesuai dengan modalitas mereka. Dalam hal ini,
pembelajaran kooperatif dengan teknik TGT, memiliki keunggulan dan kelemahan dalam
implementasinya terutama dalam hal pencapaian hasil belajar dan efek psikologis
bagi siswa.
Slavin
(2008), melaporkan beberapa laporan hasil riset tentang pengaruh pembelajaran
kooperatif terhadap pencapaian belajar siswa yang secara inplisit mengemukakan
keunggulan dan kelemahan pembelajaran TGT, sebagai berikut:
a.
Para
siswa di dalam kelas-kelas yang menggunakan TGT memperoleh teman yang secara
signifikan lebih banyak dari kelompok rasial mereka dari pada siswa yang ada
dalam kelas tradisional.
b.
Meningkatkan
perasaan/persepsi siswa bahwa hasil yang mereka peroleh tergantung dari kinerja
dan bukannya pada keberuntungan.
c.
TGT
meningkatkan harga diri sosial pada siswa tetapi tidak untuk rasa harga diri
akademik mereka.
d.
TGT
meningkatkan kekooperatifan terhadap yang lain (kerja sama verbal dan
nonberbal, kompetisi yang lebih sedikit)
e.
Keterlibatan
siswa lebih tinggi dalam belajar bersama, tetapi menggunakan waktu yang lebih
banyak.
f.
TGT
meningkatkan kehadiran siswa di sekolah pada remaja-remaja dengan gangguan emosional,
lebih sedikit yang menerima skors atau perlakuan lain.
Sebuah
catatan yang harus diperhatikan oleh guru dalam pembelajaran TGT adalah bahwa
nilai kelompok tidaklah mencerminkan nilai individual siswa. Dengan demikian,
guru harus merancang alat penilaian khusus untuk mengevaluasi tingkat
pencapaian belajar siswa secara individual.
a.
Kelebihan Pembelajaran TGT
Metode pembelajaran kooperatif Team
Games Tournament (TGT) ini mempunyai kelebihan dan kekurangan. Menurut Suarjana
(2000:10) dalam Istiqomah (2006), yang merupakan kelebihan dari pembelajaran
TGT antara lain:
1)
Lebih meningkatkan pencurahan
waktu untuk tugas
2)
Mengedepankan penerimaan
terhadap perbedaan individu
3)
Dengan waktu yang sedikit dapat
menguasai materi secara mendalam
4) Proses belajar mengajar berlangsung dengan
keaktifan dari siswa
5) Mendidik siswa untuk berlatih
bersosialisasi dengan orang lain
6)
Motivasi belajar lebih tinggi
7)
Hasil belajar lebih baik
8) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan
toleransi
b.
Kelemahan TGT
1) Bagi Guru
Sulitnya
pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari segi akademis.
Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru yang bertindak sebagai pemegang
kendali teliti dalam menentukan pembagian kelompok waktu yang dihabiskan untuk
diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga melewati waktu yang sudah ditetapkan.
Kesulitan ini dapat diatasi jika guru mampu menguasai kelas secara menyeluruh.
2)
Bagi Siswa
Masih adanya siswa berkemampuan
tinggi kurang terbiasa dan sulit memberikan penjelasan kepada siswa lainnya.
Untuk mengatasi kelemahan ini, tugas guru adalah membimbing dengan baik siswa
yang mempunyai kemampuan akademik tinggi agar dapat dan mampu menularkan
pengetahuannya kepada siswa yang lain.
Subscribe to:
Posts (Atom)