This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Saturday, 6 April 2013

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa



Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal :
1. Faktor internal
Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, faktor internal memeganng peranan paling menentukan. Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri. Faktor ini dapat dibedakan atas faktor fisiologis dan faktor psikologis.
a. Faktor Fisiologis
Faktor fisiologis sangat erat hubungannya dengan keadaan jasmani siswa. Keadaan jasmani harus diperhatikan dengan baik, karena jasmani yang kuran baik akan sangat mengganggu kegiatan belajar. Dalam hal ini terutama kesehatan panca indera. Suryabrata, (1987:256) "Apabila panca indera berfungsi dengan baik, maka proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik". Dengan kata lain faktor fisik dari anak itu sendiri. seorang anak yang sedang sakit, tentunya akan mengalami kelemahan secara fisik, sehingga proses menerima pelajaran, memahami pelajaran menjadi tidak sempurna. Ekosistemain sakit faktor fisiologis yang perlu kita perhatikan karena dapat menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan belajar adalah cacat tubuh, yang dapat kita bagi lagi menjadi cacat tubuh yang ringan seperti kurang pendengaran, kurang penglihatan, serta gangguan gerak, serta cacat tubuh yang tetap (serius) seperti buta, tuli, bisu, dan lain sebagainya.
b. Faktor Psikologis
Faktor psikologis adalah faktor yang erat kaitannya dengan segala bentuk kemampuan yang berpusat di otak . Hal yang berkenaan dengan berbagai perilaku yang ada dibutuhkan dalam belajar. Sebagaimana kita ketahui bahwa belajar tentunya memerlukan sebuah kesiapan, ketenangan, rasa aman. Ekosistemain itu yang juga termasuk dalam factor psikoogis ini adalah intelligensi yang dimiliki oleh anak. Anak yang memiliki IQ cerdas (110 – 140), atau genius (lebih dari 140) memiliki potensi untuk memahami pelajaran dengan cepat. Sedangkan anak-anak yang tergolong sedang (90-110) tentunya tidak terlalu mengalami masalah walaupun juga pencapaiannya tidak terlalu tinggi. Sedangkan anak yang memiliki IQ dibawah 90 ataubahkan dibawah 60 tentunya memiliki potensi mengalami kesulitan dalam masalah belajar. Untuk itu, maka orang tua, serta guru perlu mengetahui tingkat IQ yang dimiliki anak atau anak didiknya. Ekosistemain IQ factor psikologis yang dapat menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan belajar adalah bakat, minat, motivasi, kondisi kesehatan mental anak, dan juga tipe anak dalam belajar.
c. Minat
Nurkencana dan Sumartana (1986:226) mengatakan bahwa "Minat adalah menyangkut aktifitas-aktifitas yang dipilih secara bebas oleh individu". Minat sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa, kretifitas yang dilakukan akan membawa hasil yang sangat memuaskan jika dilakukan dengan penuh minat, suatu pelajaran akan dipelajari dengan baik apabila siswa dapat meusatkan perhatiannya terhadap pelajarana tersebut. Konsentrasi dan kegairahan dalam belajar harus didukung minat yang tinggi.
d. Intelegensi
Intelegensi merupakan kapasitas kecakapan atau kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang memungkinkan sesesorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu. Intelegensi atau kecerdasan dapat ditingkatkan dengan memberikan gizi yang cukup dan menjaga kesehatan agar tetap sehat (Purwanto, 1986 : 69).
e. Bakat
Bakat adalah kemampuan ilmiah yang dimiliki seseorang menurut Suryabrata, (1984:169) seseorang akan lebih berhasil dalam belajar bila ia belajar dalam lapangan yang sesuai dengan Bakatnya, "Bakat merupakan suatu kualitas yang nampak pada tingkah laku manusia pada lapangan keahlian tertentu" (Sumartana, 1986 : 204).
f. Motivasi
Motivasi merupakan penggerak siswa dalam memacu belajar untuk memproleh prestasi yang lebih tinggi. Dengan adanya motivasi siswa akan dapat meningkatkan kegiatan belajar yang akan dilakukan. Sartiman (1992: 75) mengatakan bahwa : "Motivasi sebagai keekosistemuruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar".
2.  Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa misalnya lingkungan, metode, dan instrumen.
a. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar. Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap proses Pembelajaran adalah keadaan keluarga dan masyarakat. Siswa yang berada dalam keluarga yang rukun, damai, dan penuh ketenagan akan dapat belajar dengan baik di bandingkan dengan siswa yang berada dalam keluarga yang berantakan. Lingkungan merupakan suatu komponen sistem yang ikut menentukan keberhasilan proses pendidikan.Dalam penelitian ini kondisi lingkungan sekolah dan keluarga menjadi perhatian karena faktor ini sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa yang sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar. Sekolah adalah wahana kegiatan dan proses pendidikan berlangsung. Di sekolah nilai-nilai kehidupan ditumbuhkan dan dikembangkan. Oleh karena itu, sekolah menjadi wahana yang sangat dominan bagi pengaruh dan pembentukan sikap, perilaku, dan prestasi seorang siswa (Tu’u, 2004:18).
b. Metode mengajar
Dalam pelaksanaan proses pembelajaran, metode merupakan suatu hal yang sangat penting, karena setiap proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru mempunyai tujuan masing-masing untuk mencapai tujuan pengajaran, guru menggunakan suatu cara yang di sebut metode mengajar. Menurut Ahmadi dan Joko (1997:52) "Metode mengajar ialah teknik pengajian yang dikuasai guru untuk menyajikan bahan pelajaran didalam kelas baik secara individual atau kelompok agar pelajaran itu dapat diserap, dipahami, dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik". "Mengajar secara efektif sangat tergantung pada pemilihan dan penggunaan metode mengajar yang serasi dengan tujuan mengajar" (Popham dan Eva, 1992: 14).
c. Instrumen
Faktor Instrumen diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk pencapaian tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. Faktor ini terdiri atas gedung, perlengkapan belajar mengajar, kurikulum, program pengajaran, dan tujuan pengajaran.

Sistem Pembelajaran Dengan Menggunakan Peta Konsep



1. Pengertian Peta Konsep
Peta konsep digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi, proposisi merupakan dua atau lebih. Konsep-konsep yang dihubungkan oleh kata-kata dalam suatu unit semantik. Dalam bentuknya yang paling sederhana, Peta Konsep hanya terdiri atas dua konsep yang dihubungkan oleh suatu kata penghubung untuk membentuk suatu proposisi, Misalnya "padi itu hijau" akan merupakan suatu peta konsep yang sederhana sekali, terdiri atas dua konsep, yaitu padi dan hijau, dihubungkan oleh kata itu.
Menurut Zubaidah (2000:3) "Peta konsep merupakan suatu teknik yang memberikan gambaran mengenai struktur Pengetahuan siswa dalam disiplin ilmu tertentu. Peta konsep merupakan suatu jaring-jaring pembelajaran yang menunjukan konsep apa saja yang perlu dipelajari siswa dan bagaimana keterkaitan konsep-konsep tersebut".
Proses pembelajaran dengan menggunakan peta konsep akan lebih mudah berlangsung, bila konsep-konsep baru dikaitkan pada konsep yang lebih Inklusif, maka peta konsep harus disusun secara hirarki. Ini berarti, bahwa konsep yang lebih inklusif ada di puncak peta. Makin ke bawah konsep-konsep diurutkan makin menjadi lebih khusus.
2. Kegunaan Peta Konsep
Dalam pendidikan peta konsep dapat diterapkan untuk berbagai tujuan, yaitu :
a.       Menyelidiki apa yang telah diketahui siswa
Dengan menggunakan peta konsep guru dapat mengetahui konsep-konsep apa yang telah dimiliki siswa waktu pelajaran baru akan dimulai, sedangkan siswa dapat menunjukkan pemahaman atau konsep-konsep apa yang telah dimiliki dalam menghadapi pelajaran baru itu.
b.      Mengungkapkan konsepsi salah
Peta konsep dapat mengungkapkan konsepsi salah yang terjadi pada siswa.konsepsi salah biasanya timbul karena terdapat kaitan antara konsep yang mengakibatkan proposisi yang salah.
c.       Memberi arah pembelajaran (seperti peta jalanan).
d.      Membantu membaca materi dari buku pelajaran.
e.       Membantu siswa mencapai hasil belajar yang berkualitas tinggi, karena membantu siswa mengingat informasi dan melihat keterkaitan antar konsep.
f.       Membantu siswa menghubungkan ide yang satu dengan yang lainnya.
Siswa perlu menyusun peta konsep dalam proses pembelajaran karena peta konsep dapat di gunakan siswa sebagai salah satu alat belajar untuk membantu mereka belajar mengenai struktur pengetahuan dan proses menghasilkan pengetahuan dari konsep-konsep materi pelajaran. Sebagai alat pembelajaran peta konsep membantu siswa aktif berpikir untuk memusatkan perhatian pada sejumlah ide pokok berupa konsep-konsep dari suatu pokok bahasan.
Peta konsep dapat memberikan semacam peta jalanan bagi siswa yang menunjukan arah untuk mengaitkan dalam proposisi yang berarti. Dengan menyusun peta konsep, siswa dapat menyadari bahwa dalam belajar tidak hanya mengingat fakta-fakta, tetapi juga memahami ilmu secara bermakna sehingga dapat mengaitkan konsep baru dengan konsep yang telah di pahami sebelum nya. Setelah ekosistemesai belajar peta konsep dapat berfungsi sebagai ringkasan skematis mengenai apa yang baru saja dipelajari. Ekosistemain itu, peta konsep dapat juga di buat lagi setelah siswa ekosistemesai belajar yaitu untuk memeriksa kembali pemahaman mereka sendiri secara keritis (Susilo, 1999:36).
3. Pengertian Konsep
Konsep dapat didefenisikan dengan bermacam-macam rumusan. Salah satunya adalah defenisi yang dikemukakan Carrol dalam Kardi (1997: 2) bahwa konsep merupakan suatu abstraksi dari serangkaian pengalaman yang didefinisikan sebagai suatu kelompok obyek atau kejadian. Abstraksi berarti suatu proses pemusatan perhatian seseorang pada situasi tertentu dan mengambil elemen-elemen tertentu, serta mengabaikan elemen yang lain.  Tidak ada satu pun definisi yang dapat mengungkapkan arti yang kaya dari konsep atau berbagai macam konsep-konsep yang diperoleh para siswa. Oleh karena itu konsep-konsep itu merupakan penyajian internal dari sekelompok stimulus, konsep-konsep itu tidak dapat diamati, dan harus disimpulkan dari perilaku.

Penggunaan metode peta konsep dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII dalam mempelajari materi ekosistem di SMP Negeri



BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah
Dalam rangka untuk meningkatkan mutu pendidikan, pemerintah mengusahakan pengadaan sarana dan prasarana pendididikan, Seperti buku-buku paket, alat peraga dan penyesuaian kurikulum. Dilain pihak pemerintah telah membuat seperangkat garis-garis besar pedoman pengajaran (GBPP) sebagai pedoman untuk para guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Proses pembelajaran harus mampu melibatkan siswa belajar secara aktif, hal ini sangat ditentukan oleh kemampuan guru menggunakan metode yang sesuai dengan materi pelajaran. Dalam kegiatan proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), khususnya biologi, diharapkan seorang guru memiliki strategi atau langkah-langkah yang digunakan dalam penyajian pelajaran, salah satunya adalah metode mengajar, agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien. Menurut Suryosubroto (1997:43) :
Metode mengajar merupakan salah satu cara yang di gunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Oleh karena itu peranan metode mengajar sebagai alat untuk  menciptakan proses belajar mengajar. Metode belajar yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar siswa, serta menggunakan metode mengajar secara bervariasi”.

Guru dituntut untuk dapat melaksanakan proses pembelajaraan serta dapat menentukan metode yang tepat sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga tercipta interaksi belajar antara guru dan siswa. Pengajar yang baik ekosistemalu berusaha dalam hal menggunakan metode yang tepat untuk menghadapi kelas dan mengubah hubungan antara guru dan siswa, sehingga siswa aktif belajar. Suatu pengajaran disebutkan berhasil baik, bilamana pengajaran tersebut membangkitkan proses belajar secara efektif (Ahmadi, 1987:110).
Guru memegang peranan penting dalam menetapkan metode mengajar yang akan digunakan, semakin baik metode yang dipakai dalam pembelajaran, maka semakin efektif pula pencapaian tujuan. Dalam hal ini, salah satu keberhasilan proses pembelajaran sangat ditentukan oleh metode yang sesuai dengan lingkungan belajar dan materi yang disampaikan. Hododimoelyo (1995:8) menyatakan : “Penggunaan metode mengajar yang baik dan sesuai dengan materi yang akan diajarkan adalah mutlak harus  dimiliki oleh guru atau pendidik”.
Banyak metode mengajar dapat digunakan guru dalam proses pembelajaran, seperti metode ceramah, demonstrasi, eksperimen, tanya jawab, diskusi, derill dan resitasi. Metode sangat diperlukan dalam proses pembelajaran, disamping dari metode-metode yang telah disebutkan di atas, guru juga dapat menggunakan peta konsep sebagai alat untuk menyajikan materi pelajaaran. Susilo (1999:30) mengatakan : “Peta konsep dapat didefenisikan sebagai alat yang menggambarkan keterkaitan antar konsep”. Peta konsep digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk saling berkaitan (Dahar, 1988: 150).
Dalam mempelajari biologi siswa diharapkan dapat menggunakan belajar hafalan, juga dapat menggunakan belajar bermakna. Belajar hafalan adalah belajar dimana siswa hanya mencoba menghafal informasi yang diperoleh dari guru mengenai materi pelajaran. Sedangkan belajar bermakna akan terjadi bilamana siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi yang diperoleh secara mandiri dalam bentuk konsep-konsep yang telah dimilikinya. "Salah satu alat pembelajaran yang berdasarkan belajar bermakna adalah peta konsep" (Zubaidah, 2000:3). Sebagai alat pembelajaran, peta konsep membantu siswa aktif berpikir dalam memusatkan perhatian pada sejumlah ide pokok berupa konsep-konsep dari suatu pokok bahasan, artinya siswa akan lebih aktif dalam mencari dan menemukan konsep-konsep dari materi pelajaran. Dengan melihat pada suatu peta konsep yang dibuat oleh siswa, guru dapat mengetahui panguasaan konsep-konsep pada siswa. "Mempertimbangkan tingkat kemampuan siswa dan faktor-faktor pembelajaran, serta dapat mengambil keputusan mengenai ruang lingkuup yang akan dibahas dalam suatu program pembelajaran" (Susilo, 1999: 30).

Kelemahan dan Kelebihan Model Pembelajaran TGT



Riset tentang pengaruh pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran telah banyak dilakukan oleh pakar pembelajaran maupun oleh para guru di sekolah. Dari tinjuan psikologis, terdapat dasar teoritis yang kuat untuk memprediksi bahwa metode-metode pembelajaran kooperatif yang menggunakan tujuan kelompok dan tanggung jawab individual akan meningkatkan pencapaian prestasi siswa. Dua teori utama yang mendukung pembelajaran kooperatif adalah teori motivasi dan teori kognitif.
Dari pespektif motivasional, struktur tujuan kooperatif menciptakan sebuah situasi di mana satu-satunya cara anggota kelompok bisa meraih tujuan pribadi mereka adalah jika kelompok mereka sukses. Oleh karena itu, mereka harus membantu teman satu timnya untuk melakukan apa pun agar kelompok berhasil dan mendorong anggota satu timnya untuk melakukan usaha maksimal.
Sedangkan dari perspektif teori kognitif, Slavin (2008) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif menekankan pada pengaruh dari kerja sama terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. Asumsi dasar dari teori pembangunan kognitif adalah bahwa interaksi di antara para siswa berkaitan dengan tugas-tugas yang sesuai mengingkatkan penguasaan mereka terhadap konsep kritik. Pengelompokan siswa yang heterogen mendorong interaksi yang kritis dan saling mendukung bagi pertumbuhan dan perkembangan pengetahuan atau kognitif. Penelitian psikologi kognitif menemukan bahwa jika informasi ingin dipertahankan di dalam memori dan berhubungan dengan informasi yang sudah ada di dalam memori, orang yang belajar harus terlibat dalam semacam pengaturan kembali kognitif, atau elaborasi dari materi. Salah satu cara elaborasi yang paling efektif adalah menjelaskan materinya kepada orang lain.
Namun demikian, tidak ada satupun model pembelajaran yang cocok untuk semua materi, situasi dan anak. Setiap model pembelajaran memiliki karakteristik yang menjadi penekanan dalam proses implementasinya dan sangat mendukung ketercapaian tujuan pembelajaran. Secara psikologis, lingkungan belajar yang diciptakan guru dapat direspon beragama oleh siswa sesuai dengan modalitas mereka. Dalam hal ini, pembelajaran kooperatif dengan teknik TGT, memiliki keunggulan dan kelemahan dalam implementasinya terutama dalam hal pencapaian hasil belajar dan efek psikologis bagi siswa.
Slavin (2008), melaporkan beberapa laporan hasil riset tentang pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap pencapaian belajar siswa yang secara inplisit mengemukakan keunggulan dan kelemahan pembelajaran TGT, sebagai berikut:
a.       Para siswa di dalam kelas-kelas yang menggunakan TGT memperoleh teman yang secara signifikan lebih banyak dari kelompok rasial mereka dari pada siswa yang ada dalam kelas tradisional.
b.      Meningkatkan perasaan/persepsi siswa bahwa hasil yang mereka peroleh tergantung dari kinerja dan bukannya pada keberuntungan.
c.       TGT meningkatkan harga diri sosial pada siswa tetapi tidak untuk rasa harga diri akademik mereka.
d.      TGT meningkatkan kekooperatifan terhadap yang lain (kerja sama verbal dan nonberbal, kompetisi yang lebih sedikit)
e.       Keterlibatan siswa lebih tinggi dalam belajar bersama, tetapi menggunakan waktu yang lebih banyak.
f.       TGT meningkatkan kehadiran siswa di sekolah pada remaja-remaja dengan gangguan emosional, lebih sedikit yang menerima skors atau perlakuan lain.
Sebuah catatan yang harus diperhatikan oleh guru dalam pembelajaran TGT adalah bahwa nilai kelompok tidaklah mencerminkan nilai individual siswa. Dengan demikian, guru harus merancang alat penilaian khusus untuk mengevaluasi tingkat pencapaian belajar siswa secara individual.
a.      Kelebihan Pembelajaran TGT  
Metode pembelajaran kooperatif Team Games Tournament (TGT) ini mempunyai kelebihan dan kekurangan. Menurut Suarjana (2000:10) dalam Istiqomah (2006), yang merupakan kelebihan dari pembelajaran TGT antara lain:
1)      Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas
2)      Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu
3)      Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam
4)      Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa
5)      Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain
6)      Motivasi belajar lebih tinggi
7)      Hasil belajar lebih baik
8)      Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
b.      Kelemahan TGT
1)      Bagi Guru
Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari segi akademis. Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru yang bertindak sebagai pemegang kendali teliti dalam menentukan pembagian kelompok waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga melewati waktu yang sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jika guru mampu menguasai kelas secara menyeluruh.
2)      Bagi Siswa
Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit memberikan penjelasan kepada siswa lainnya. Untuk mengatasi kelemahan ini, tugas guru adalah membimbing dengan baik siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi agar dapat dan mampu menularkan pengetahuannya kepada siswa yang lain.