Tuesday, 30 July 2013
Implementasi Model Pembelajaran TGT
23:16
No comments
Dalam pengimplementasian yang hal
yang harus diperhatikan yaitu.
a.
Pembelajaran terpusat pada
siswa
b. Proses pembelajaran dengan suasana
berkompetisi
c. Pembelajaran bersifat aktif (siswa
berlomba untuk dapat menyelesaikan persoalan)
d. Pembelajaran diterapkan dengan
mengelompokkan siswa menjadi tim-tim
e. Dalam kompetisi diterapkan system point
f.
Dalam
kompetisi disesuaikan dengan kemampuan siswa atau dikenal kesetaraan dalam
kinerja akademik
g. Kemajuan kelompok dapak diikuti oleh
seluruh kelas melalui jurnal kelas yang diterbitkan secara mingguan
h. Dalam pemberian bimbingan guru mengacu pada jurnal
i.
Adanya
system penghargaan bagi siswa yang memperoleh point banyak
2.
Kelemahan
dan Kelebihan Model Pembelajaran TGT
Riset
tentang pengaruh pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran telah banyak
dilakukan oleh pakar pembelajaran maupun oleh para guru di sekolah. Dari
tinjuan psikologis, terdapat dasar teoritis yang kuat untuk memprediksi bahwa
metode-metode pembelajaran kooperatif yang menggunakan tujuan kelompok dan
tanggung jawab individual akan meningkatkan pencapaian prestasi siswa. Dua teori utama yang mendukung
pembelajaran kooperatif adalah teori motivasi dan teori kognitif.
Dari
pespektif motivasional, struktur tujuan kooperatif menciptakan sebuah situasi
di mana satu-satunya cara anggota kelompok bisa meraih tujuan pribadi mereka
adalah jika kelompok mereka sukses. Oleh karena itu, mereka harus membantu
teman satu timnya untuk melakukan apa pun agar kelompok berhasil dan mendorong
anggota satu timnya untuk melakukan usaha maksimal.
Sedangkan
dari perspektif teori kognitif, Slavin (2008) mengemukakan bahwa pembelajaran
kooperatif menekankan pada pengaruh dari kerja sama terhadap pencapaian tujuan
pembelajaran. Asumsi dasar dari teori pembangunan kognitif adalah bahwa
interaksi di antara para siswa berkaitan dengan tugas-tugas yang sesuai mengingkatkan
penguasaan mereka terhadap konsep kritik. Pengelompokan siswa yang heterogen
mendorong interaksi yang kritis dan saling mendukung bagi pertumbuhan dan
perkembangan pengetahuan atau kognitif. Penelitian psikologi kognitif menemukan
bahwa jika informasi ingin dipertahankan di dalam memori dan berhubungan dengan
informasi yang sudah ada di dalam memori, orang yang belajar harus terlibat
dalam semacam pengaturan kembali kognitif, atau elaborasi dari materi. Salah
satu cara elaborasi yang paling efektif adalah menjelaskan materinya kepada
orang lain.
Namun
demikian, tidak ada satupun model pembelajaran yang cocok untuk semua materi,
situasi dan anak. Setiap model pembelajaran memiliki karakteristik yang menjadi
penekanan dalam proses implementasinya dan sangat mendukung ketercapaian tujuan
pembelajaran. Secara psikologis, lingkungan belajar yang diciptakan guru dapat
direspon beragama oleh siswa sesuai dengan modalitas mereka. Dalam hal ini,
pembelajaran kooperatif dengan teknik TGT, memiliki keunggulan dan kelemahan
dalam implementasinya terutama dalam hal pencapaian hasil belajar dan efek
psikologis bagi siswa.
beberapa
laporan hasil riset tentang pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap
pencapaian belajar siswa yang secara inplisit mengemukakan keunggulan dan
kelemahan pembelajaran TGT, sebagai berikut:
a.
Para
siswa di dalam kelas-kelas yang menggunakan TGT memperoleh teman yang secara
signifikan lebih banyak dari kelompok rasial mereka dari pada siswa yang ada
dalam kelas tradisional.
b.
Meningkatkan
perasaan/persepsi siswa bahwa hasil yang mereka peroleh tergantung dari kinerja
dan bukannya pada keberuntungan.
c.
TGT
meningkatkan harga diri sosial pada siswa tetapi tidak untuk rasa harga diri
akademik mereka.
d.
TGT
meningkatkan kekooperatifan terhadap yang lain (kerja sama verbal dan
nonberbal, kompetisi yang lebih sedikit)
e.
Keterlibatan
siswa lebih tinggi dalam belajar bersama, tetapi menggunakan waktu yang lebih
banyak.
f.
TGT
meningkatkan kehadiran siswa di sekolah pada remaja-remaja dengan gangguan
emosional, lebih sedikit yang menerima skors atau perlakuan lain.
Sebuah
catatan yang harus diperhatikan oleh guru dalam pembelajaran TGT adalah bahwa
nilai kelompok tidaklah mencerminkan nilai individual siswa. Dengan demikian,
guru harus merancang alat penilaian khusus untuk mengevaluasi tingkat
pencapaian belajar siswa secara individual.
a.
Kelebihan Pembelajaran TGT
Metode pembelajaran kooperatif Team
Games Tournament (TGT) ini mempunyai kelebihan dan kekurangan. yang merupakan
kelebihan dari pembelajaran TGT antara lain:
1)
Lebih meningkatkan pencurahan
waktu untuk tugas
2)
Mengedepankan penerimaan
terhadap perbedaan individu
3)
Dengan waktu yang sedikit dapat
menguasai materi secara mendalam
4) Proses belajar mengajar berlangsung dengan
keaktifan dari siswa
5) Mendidik siswa untuk berlatih
bersosialisasi dengan orang lain
6)
Motivasi belajar lebih tinggi
7)
Hasil belajar lebih baik
8) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan
toleransi
b.
Kelemahan TGT
1) Bagi Guru
Sulitnya
pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari segi akademis.
Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru yang bertindak sebagai pemegang
kendali teliti dalam menentukan pembagian kelompok waktu yang dihabiskan untuk
diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga melewati waktu yang sudah ditetapkan.
Kesulitan ini dapat diatasi jika guru mampu menguasai kelas secara menyeluruh.
2)
Bagi Siswa
Masih adanya siswa berkemampuan
tinggi kurang terbiasa dan sulit memberikan penjelasan kepada siswa lainnya.
Untuk mengatasi kelemahan ini, tugas guru adalah membimbing dengan baik siswa
yang mempunyai kemampuan akademik tinggi agar dapat dan mampu menularkan
pengetahuannya kepada siswa yang lain.
Model Pembelajaran Kooperatif TGT ( Teams Games Tournament )
23:12
No comments
Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model
pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan,melibatkan seluruh siswa tanpa
harus ada perbedaan status. Tipe ini melibatkan peran siswa sebagai tutor
sebaya, mengandung unsur permainan yang bisa menggairahkan semangat belajar dan
mengandung reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang
dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih
rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama,persaingan
sehat dan keterlibatan belajar.
Ada lima komponen utama dalam TGT, yaitu:
a.
Penyajian
kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas,
biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang
dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini, siswa harus benar-benar
memperhatikan dan memahami materi yang diberikan guru, karena akan membantu
siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena
skor game akan menentukan skor kelompok.
b.
Kelompok ( team )
Kelompok biasanya
terdiri atas empat sampai dengan lima orang siswa. Fungsi kelompok adalah untuk
lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk
mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat
game.
c.
Game
Game terdiri atas
pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat
siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari
pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan
mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab
benar pertanyaan itu akan mendapatkan skor.
d.
Turnamen
Dalam permainan ini setiap siswa yang
bersaing merupakan wakil dari kelompoknya. Siswa yang mewakili kelompoknya,
masing – masing ditempatkan dalam meja – meja turnamen. Tiap meja turnamen
ditempati 5 sampai 6 orang peserta, dan diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal
dari kelompok yang sama. Dalam setiap meja turnamen diusahakan setiap peserta
homogen. Permainan ini diawali dengan memberitahukan aturan permainan. Setelah
itu permainan dimulai dengan membagikan kartu – kartu soal untuk bermain (kartu
soal dan kunci ditaruh terbalik di atas meja sehingga soal dan kunci tidak
terbaca).
Permainan pada tiap meja turnamen dilakukan
dengan aturan sebagai berikut. Pertama, setiap pemain dalam tiap meja
menentukan dulu pembaca soal dan pemain yang pertama dengan cara undian.
Kemudian pemain yang menang undian mengambil kartu undian yang berisi nomor
soal dan diberikan kepada pembaca soal. Pembaca soal akan membacakan soal
sesuai dengan nomor undian yang diambil oleh pemain. Selanjutnya soal
dikerjakan secara mandiri oleh pemain dan penantang sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan dalam soal. Setelah waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka
pemain akan membacakan hasil pekerjaannya yang akan ditangapi oleh penantang
searah jarum jam. Setelah itu pembaca soal akan membuka kunci jawaban dan skor
hanya diberikan kepada pemain yang menjawab benar atau penantang yang pertama
kali memberikan jawaban benar.
Jika semua pemain
menjawab salah maka kartu dibiarkan saja. Permainan dilanjutkan pada kartu soal
berikutnya sampai semua kartu soal habis dibacakan, dimana posisi pemain
diputar searah jarum jam agar setiap peserta dalam satu meja turnamen
dapat berperan sebagai pembaca soal, pemain, dan penantang. Disini permainan
dapat dilakukan berkali – kali dengan syarat bahwa setiap peserta harus
mempunyai kesempatan yang sama sebagai pemain, penantang, dan pembaca soal. Dalam permainan ini pembaca soal hanya bertugas untuk
membaca soal dan membuka kunci jawaban, tidak boleh ikut menjawab atau
memberikan jawaban pada peserta lain.
Setelah semua kartu selesai terjawab,
setiap pemain dalam satu meja menghitung jumlah kartu yang diperoleh dan
menentukan berapa poin yang diperoleh berdasarkan tabel yang telah disediakan. Selanjutnya setiap pemain kembali kepada kelompok asalnya dan melaporkan
poin yang diperoleh berdasarkan tabel yang telah disediakan. Selanjutnya setiap
pemain kembali kepada kelompok asalnya dan melaporkan poin yang diperoleh
kepada ketua kelompok. Ketua kelompok memasukkan poin yang diperoleh anggota
kelompoknya pada tabel yang telah disediakan, kemudian menentukan kriteria
penghargaan yang diterima oleh kelompoknya.
e.
Penghargaan kelompok (team
recognise)
Langkah pertama sebelum memberikan
penghargaan kelompok adalah menghitung rerata skor kelompok. Untuk memilih
rerata skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan skor yang diperoleh
oleh masing – masing anggota kelompok dibagi dengan dibagi dengan banyaknya
anggota kelompok. Pemberian
penghargaan didasarkan atas rata – rata poin yang didapat oleh kelompok
tersebut. Dimana penentuan poin yang diperoleh oleh masing – masing anggota
kelompok didasarkan pada jumlah kartu yang diperoleh.
Dalam penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT ada beberapa tahapan yang perlu
ditempuh, yaitu :
a. Mengajar (teach)
Mempersentasekan atau menyajikan materi,
menyampaikan tujuan, tugas, atau kegiatan yang harus dilakukan siswa, dan
memberikan motivasi.
b. Belajar Kelompok (team study)
Siswa bekerja dalam kelompok yang terdiri
atas 5 sampai 6 orang dengan kemampuan akademik, jenis kelamin, dan ras / suku
yang berbeda. Setelah guru menginformasikan materi, dan tujuan pembelajaran,
kelompok berdiskusi dengen menggunakan LKS. Dalam kelompok terjadi diskusi
untuk memecahkan masalah bersama, saling memberikan jawaban dan mengoreksi jika
ada anggota kelompok yang salah dalam menjawab.
c. Permainan (game tournament)
Permainan diikuti oleh anggota kelompok
dari masing – masing kelompok yang berbeda. Tujuan dari permainan ini adalah
untuk mengetahui apakah semua anggota kelompok telah menguasai materi, dimana
pertanyaan – pertanyaan yang diberikan berhubungan dengan materi yang telah
didiskusikan dalam kegiatan kelompok.
d. Penghargaan kelompok (team recognition)
Pemberian penghargaan (rewards) berdasarkan pada rerata poin yang
diperoleh oleh kelompok dari permainan. Lembar penghargaan dicetak dalam kertas
HVS, dimana penghargaan ini akan diberikan kepada tim yang memenuhi kategori
rerata poinModel Pembelajaran Kooperatif
23:08
No comments
Pembelajaran
kooperatif menjadi salah satu pembaharuan dalam pergerakan reformasi
pendidikan. Pembelajaran kooperatif meliputi banyak jenis bentuk pengajaran dan
pembelajaran yang merupakan perbaikan tipe pembelajaran
tradisional.Pembelajaran kooperatif dilaksanakan dalam kumpulan kecil supaya
anak didik dapat bekerja sama untuk mempelajari kandungan pelajaran dengan
berbagai kemahiran sosial.
Pendekatan
pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa ciri, antara lain:
a.
Ketrampilan sosial
Artinya ketrampilan untuk menjalin
hubungan antarpribadi dalam kelompok untuk
mencapai dan menguasai konsep yang diberikan guru.
b.
Interaksi tatap muka
Setiap individu akan berinteraksi secara bersemuka dalam kelompok.
Interaksi yang serentak berlangsung dalam setiap kelompok melalui pembicaraan
setiap individu yang turut serta mengambil bagian.
c.
Pelajar harus saling bergantung
positif
Artinya setiap siswa harus melaksanakan
tugas masing-masing yang diberikan untuk menyelesaikan tugas dalam kelompok
itu. Setiap siswa mempunyai peluang yang sama untuk mengambil bagian dalam
kelompok. Siswa yang mempunyai kelebihan harus membantu temannya dalam kelompok
itu untuk tercapainya tugas yang diberikan kepada kelompok itu. Setiap anggota
kelompok harus saling berhubungan, saling memenuhi dan bantu-membantu.
Menurut Kagan
(1994), pembelajaran kooperatif mempunyai banyak manfaat, yaitu:
a. dapat meningkatkan pencapaian dan
kemahiran kognitif siswa;
b. dapat meningkatkan kemahiran sosial dan
memperbaiki hubungan sosial
c. dapat meningkatkan keterampilan kepemimpinan;
d. dapat meningkatkan
kepercayaan diri;
e. dapat meningkatkan kemahiran teknologi.
Beberapa tipe pembelajaran kooperatif, yaitu: Jigsaw II, Student Teams
Achievement Devition (STAD), Team Assisted Individualization (TAI), Teams Game
Tournament (TGT), Group Investigation (GI) dan metode struktural .
Metode Team Game Tournament (TGT) dapat meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas VII pada Materi Memahami Kehidupan Sosial Manusia Pada Siswa SMPN
23:01
No comments
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kurikulum pengetahuan sosial disempurnakan
untuk meningkatkan mutu pendidikan pengetahuan sosial. Saat ini kesejahteraan
bangsa tidak hanya bersumber pada sumber daya alam dan modal yang bersifat
fisik, tetapi bersumber pada modal intelektual, sosial dan kepercayaan
(kredibilitas). Dengan demikian, tuntutan untuk terus menerus memutakhirkan
pengetahuan sosial menjadi suatu keharusan. Pengembangan kurikulum pengetahuan sosial merespon secara positif berbagai
perkembangan informasi, ilmu pengetahuan, dan teknologi serta tuntutan
desentralisasi. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan relevansi program
pembelajaran pengetahuan sosial dengan keadaan dan kebutuhan setempat.
pembelajaran pendidikan IPS lebih
menekankan pada aspek pendidikan dari pada transfer konsep, karena dalam
pembelajaran pendidikan IPS peserta didik diharapkan memperoleh pemahaman
terhadap sejumlah konsep dan pengembangan serta melatih sikap, nilai, moral dan
keterampilannya berdasarkan konsep yang telah dimilikinya. Wachidi (2000)
merumuskan tujuan pokok dari pengajaran pengetahuan sosial, yaitu (a)
memberikan pengetahuan kepada manusia bagaimana bersikap terhadap benda-benda
di sekitarnya, (b) memberikan pengetahuan kepada manusia bagaimana cara berhubungan dengan
manusia yang lain, (c) memberikan pengetahuan kepada manusia bagaimana cara berhubungan
dengan manusia sekitarnya, (d) memberikan pengetahuan kepada manusia
bagaimana cara berhubungan dengan alam sekitar, (e) memberikan pengetahuan
kepada manusia bagaimana cara berhubungan dengan tuhannya.
Memperhatikan tujuan yang
dikandung oleh mata pelajaran pengetahuan sosial maka seharusnya
pembelajarannya di sekolah-sekolah merupakan suatu kegiatan yang disenangi,
menantang dan bermakna bagi peserta didik. Kegiatan belajar mengajar mengandung
arti interaksi dari berbagai komponen, seperti guru, murid, bahan ajar dan
sarana lain yang digunakan pada saat kegiatan berlangsung. Data yang diperoleh
peneliti menyatakan bahwa hasil belajar IPS siswa rendah, berdasarkan
ketuntasannya siswa belum dapat dikatakan tuntas. Siswa dikatakan tuntas
apabila ≥ (KKM) 70.
Tolok ukur keberhasilan
pembelajaran pada umumnya adalah prestasi belajar. Prestasi belajar Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) untuk beberapa kompetensi dasar umumnya menunjukkan
nilai yang rendah. Hal ini standar kompetensi
dan kompetensi dasar IPS kelas memang sarat akan materi, di samping cakupannya
luas dan perlu hafalan. Jika dilihat dari hasil ulangan harian sebagian besar
masih di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu sebesar 82,35 % hanya
17,65 % siswa yang telah memenuhi standar ketuntasan minimal. Dengan rata –rata
kelas sebesar 59,82.
Dari uraian di atas dapat diasumsikan
bahwa mata pelajaran pengetahuan sosial mempunyai nilai yang strategis dan
penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang unggul, handal, dan
bermoral. Hal yang menjadi hambatan selama ini dalam pembelajaran pengetahuan
sosial adalah disebabkan kurang
dikemasnya pembelajaran pengetahuan sosial dengan metode yang menarik,
menantang dan menyenangkan. Para guru sering kali menyampaikan materi
pengetahuan sosial apa adanya (konvensional),
sehingga pembelajaran pengetahuan sosial cenderung membosankan dan
kurang menarik minat para siswa yang pada gilirannya prestasi belajar siswa
kurang memuaskan. Setidaknya ada tiga indikator yang menunjukkan hal ini. Pertama, siswa
kurang memiliki keberanian untuk menyampaikan pendapat kepada orang lain.
Kedua, siswa kurang memiliki keberanian untuk merumuskan gagasan sendiri. Dan
ketiga, siswa belum terbiasa bersaing menyampaikan pendapat dengan teman
lainnya.
Salah satu upaya untuk
meningkatkan keberhasilan belajar pengetahuan sosial yaitu dengan menggunakan
pembelajaran aktif dimana siswa melakukan sebagian besar pekerjaan yang harus
dilakukan. Belajar aktif merupakan langkah cepat, menyenangkan, mendukung dan
menarik hati dalam belajar untuk mempelajari dengan baik. Belajar aktif
membantu untuk mendengarkan, melihat, mengajukan pertanyaan tentang pelajaran
tertentu dan mendiskusikannya dengan yang lain. Dalam belajar aktif yang paling
penting bagi siswa perlu memecahkan masalah sendiri, menemukan contoh-contoh,
mencoba keterampilan-keterampilan dan mengerjakan tugas-tugas yang tergantung
pada pengetahuan yang telah mereka miliki atau yang akan dicapai.
berbagai jenis pembelajaran aktif
diantaranya: Student Teams Achiement
Devisions (STAD), Teams Games Tournament (TGT), Jigsaw, Team
Accelerated Instruction (TAI) dan CIRC (Cooperative Integrated Reading and
Composition). Terciptanya suasana yang aktif di dalam kelas akan mudah menyerap materi yang diberikan oleh
guru. Salah satu cara yang
cukup efektif adalah melalui penerapan pembelajaran kooperatif dengan tipe TGT
(Teams Games Tournament). Metode pembelajaran tersebut dapat digunakan untuk
semu bidang studi, TGT (Teams Games Tournament) merupakan
metode yang sesuai dengan pokok bahasan ini.
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran
yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan
strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang
tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa
anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami
materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum
selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Subscribe to:
Posts (Atom)