Wednesday, 6 February 2013
angka kejadian demam berdarah (DBD)
14:31
No comments
Penyakit demam berdarah (DBD) di
Indonesia sampai saat ini merupakan masalah. Panyakit DBD pertama terjadi muncul di wilayah Asia bagian tropis sejak tahun 1956. berbagai
upaya penenggulangan telah dilakukan antara lain demgan menggunakan kimiawi,
menggunakan insektisida maupun larvasida. Wabah Global dimulai di Asia Tenggara
pada tahun 1950-an dan hingga tahun 1975 demam berdarah telah menjadi penyebab
kematian utama diantara anak-anak di daerah tersebut
Sejalan dengan paradigma sehat pada
saat ini sedang berlangsung perubahan demografi dan epidemiologi penyakit pada
masyarakat, yang mendorong para pengambil keputusan di tingkat pusat dan daerah
untuk segera meninjau kembali berbagai kebijaksanaan di bidang kesehatan
termasuk pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah.
Cara pemberantasan sarang nyamuk aedes
aegypty guna pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah dengan
memberantas nyamuk penularannya, karena vaksin untuk mencegah dan obat untuk
membasmi virusnya belum ada. Penyakit demam berdarah merupakan salah satu
masalah kesehatan di Indonesia yang cenderung semakin meluas penyebarannya,
sejalan dengan meningkatnya arus transportasi dan kepadatan penduduk, penyakit
ini terutama menyerang anak dan dapat menyebabkan kepadatan penduduk, penyakit
ini terutama menyerang anak dan dapat menyebabkan kematian dan sering
menimbulkan wabah. Seluruh wilayah Indonesia mempunyai resiko untuk terjangkit
penyakit DBD, karena virus penyebab dan nyamuk penularannya tersebar luas dan
baik di rumah maupun tempat-tempat umum, kecuali yang ketinggiannya lebih dari
1.000 meter di atas permukaan laut
Di Indonesia jumlah penderita penyakit
demam berdarah atau insidennya meningkat dan menyebar ke seluruh Propinsi di
Indonesia. Peningkatan kasus DBD terjadi sejak nopember 2003 di beberapa
daerah. Pada akhir Mei 2004, jumlah kasus DBD dilaporkan 59.321 kasus dengan
jumlah kematian 669 kasus. Angka kematian atau Case Fatality Rate (CFR) selama periode KLB tahun 2004 sebesar 1,1
persen. Sedangkan lima tahun sebelumnya yaitu pada tahun 1998 CFR sebesar 1,8
persen.
Untuk mencegah penyakit ini,
diperlukan peran serta masyarakat dalam membasmi jentik/nyamuk penularnya (aedes aegypty) atau dikenal dengan
istilah Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN-DBD) secara
terus menerus.
Jumlah penderita penyakit DBD terjadi peningkatan di NAD jika dilihat
dari kasus penyakit DBD tahun 2002 meningkat menjadi 92 orang penderita dan
korban meninggal tidak ada. Tahun 2003 meningkat menjadi 128 orang penderita
dan korban meninggal tidak ada. Tahun 2004 meningkat lagi menjadi 371 orang
penderita dengan angka kematian 5 orang, atau CFR sebesar 1,3%. Tahun 200
dimana jumlah penderita meningkat drastis menjadi 1017 orang dengan angka
kematian 7 orang, atau CFR sebesar 1,3%Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk
14:23
1 comment
Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk
Demam Berdarah Dengue (PSN-DBD) adalah
seluruh kegiatan masyarakat bersama pemerintah yang dilakukan secara
keseimbangan untuk mencegah dan menanggulangi penyakit DBD, terutama dalam
memberantas jentik nyamuk penularan, sehingga penularan penyakit DBD dapat
dicegah atau dibatasi.
Sasaran Gerakan PSN-DBD adalah agar
semua keluarga dan pengelola tempat umum melaksnakan PSN-DBD serta menjaga
kebersihan di lingkungannya masing-masing, sehingga bebas dari jentik nyamuk
aedes aegypty. Selain itu tentang gerakan ini, semua keluarga juga diharapkan
untuk (Depkes, 2001) :
a. Melakukan konsultasi (memeriksakan) kepada petugas
kesehatan jika ada anggota keluarga yang sakit dan diduga menderita penyakit
DBD, karena penderita penyakit ini perlu segera mendapat pertolongan.
b. Melaporkan kepada Kepala Desa/ Kelurahan, jika ada
anggota keluarga yang menderita penyakit DBD, agar dilakukan pergerakan
masyarakat di sekitarnya guna mencegah meluasnya penyakit ini.
c. Membantu kelancaran penanggulangan kejadian
penyakit DBD yang dilakukan oleh petugas kesehatan.
Sasaran wilayah yang diprioritaskan
adalah Kecamatan endemis dan Kecamatan sporadis. Di wilayah ini, pada akhir
pelita VI diharapkan angka kesakitannya menjadi kurang dari 30 per 10.000
penduduk dan persentase rumah/tempat umum yang bebas jentik (ABJ : Angka Bebas
Jentik) mencapai angka 95 % atau lebih (Depkes RI, 1999).
Metoda yang digunakan adalah
pendekatan edukatif dan persuasif melalui berbagai kegiatan penyuluhan dan
motivasi kepada masyarakat. Gerakan PSN-DBD di Desa/kelurahan dikoordinasikan
oleh kelompok kerja pemberantasan penyakit DBD atau disingkat pokja DBD, yang
merupakan forum koordinasi lintas program/sektoral dalam pembinaan upaya
pemberantasan penyakit DBD yang secara organisasi berada di bawah serta
bertanggung jawab kepada Ketua Harian Tim Pembina LKMD (Warta DBD, 2001).
2.1.
Pokok-Pokok Kegiatan Penggerakan Pemberantasan
Sarang Nyamuk
2.1.1.
Penggerakan PSN-DBD di Desa/Kelurahan
Sasaran penggerakan pemberantasan
sarang nyamuk di Desa/ kelurahan adalah keluarga yaitu dilaksanakannya
pemberantasan sarang nyamuk di rumah-rumah secara terus menerus. Kegiatan rutin
penggerakan pemberantasan sarang nyamuk meliputi :
a. Kunjungan rumah berkala sekurang-kurangnya tiap 3
bulan (untuk penyuluhan dan pemeriksaan jentik) oleh kader di Tingkat RT/RW,
Kader Dasawisma atau tenaga lain sesuai kesepakatan masyarakat setempat.
Pelaksanaan kegiatan kunjungan rumah berkala ini dibimbing oleh Kader Tingkat Desa/Kelurahan
(kader inti) yang telah dilatih oleh petugas Puskesmas.
b. Penyuluhan kelompok masyarakat oleh kader dan
tokoh masyarakat, di posyandu, tempat ibadah dan di tempat pertemuan-pertemuan
masyarakat.
c. Kerja bakti pemberantasan sarang nyamuk dan
kebersihan lingkungan secara berkala.
2.1.2.
Penyuluhan, Motivasi dan Pemantauan Penggerakan
Pemberantasan Sarang Nyamuk.
Penyuluhan kepada masyarakat luas
dilaksanakan melalui media masa
seperti : TV, radio, bioskop, surat kabar, majalah dan sebagainya.
Motivasi tentang pemberantasan sarang nyamuk bisa dilakukan antara lain
misalnya lomba PSN antar Desa.
Pemantauan Penggerakan PSN-DBD di Desa
dipantau secara berkala minimal 3 bulan oleh Pokjanal DBD Tingkat Kecamatan dan
Pokjanal DBD Tingkat Kabupaten/Kodya. Pemantauan dilaksanakan antara lain
dengan melakukan Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) pada sejumlah sampel rumah.
Sebagai indikator kebersihan
penggerakan PSN-DBD yang digunakan adalah Angka Bebas Jentik (ABJ) yaitu
persentase rumah yang tidak dikemukakan jentik. Hasil pemantauan disajikan
dalam form PWS PSN-DBD dibahas dalam pertemuan berkala oleh masing-masing
instansi/lembaga yang bersangkutan.
2.2.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Masyarakat dalam
Melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk Aedes Aegypty
Faktor-faktor yang mempengaruhi
masyarakat melakukan pemberantasan sarang nyamuk aedes aegypty dipengaruhi oleh
faktor pengetahuan, sikap, ketersediaan sarana dan sosial ekonomi masyarakat.
Hambatan yang ada yaitu bahwa pemahaman/ pengetahuan masyarakat mengenai DBD
cukup baik (Handarwan, 1999)
Ilmu perilaku adalah suatu multi
disiplin ilmu. Maksudnya pengkajian ilmu perilaku itu menyangkut banyak aspek
yang dikaji oleh ilmu-ilmu yang lain. Hal ini memang disebabkan karena perilaku
itu sendiri merupakan refleksi dari berbagai macam aspek fisik maupun non fisik
(Notoatmodjo, 1993)
Dalam hal ini termasuk penggunaan obat
anti nyamuk karena sudah merupakan kebiasaan yang dilakukan sehingga masyarakat
menjadi suatu hal yang sering dilakukan. Namun jika dikaitkan dengan cara
pemberantasan nyamuk tidak efektif karena pengusiran nyamuk yang dilakukan
hanyalah bersifat sementara.
Para ahli berpendapat bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan perilaku amatlah komplek tergantung
dari situasi dan kondisi orang.
1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil
tahu, dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek
tertentu, penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba, sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan yang dimaksud di sini adalah
pengetahuan ibu-ibu rumah tangga dalam pemberantasan nyamuk aedes aegypty agar
terhindar dari penyakit DBD. Pengetahuan masyarakat tentang pemberantasan sarang
nyamuk sangat penting. Pengetahuan merupakan yang penting dalam membentuk
prilaku seseorang (Riyadi, 2001). Pengetahuan memegang peranan penting dalam
peningkatan hidup sehat, sehingga usaha pemberantasan sarang nyamuk dapat
dilaksanakan oleh masyarakat secara baik dan memahami terhadap kebersihan
lingkungan. mengemukakan, pengetahuan merupakan salah satu faktor penting dalam
meningkatkan hidup sehat serta mempunyai wawasan terhadap pengelolaan
lingkungan yang bersih dan sehat. (Depkes RI, 2000)
2. Sikap
Menurut Newcomb (1999), sikap adalah
kesiapan dan kesediaan untuk bertindak seseorang terhadap hal-hal tertentu
kemudian dilahirkan dalam perilaku. Sikap merupakan kecendrungan untuk
bertingkah laku seseorang terhadap sesuatu hal termasuk dalam pemberantasan
nyamuk aedes aegypty.
Sikap masyarakat terlihat dari positif
atau tidak merespon keadaan yang terjadi yang diamatinya, sikap positif
terhadap pemberantasan sarang nyamuk akan diketahui dari kemauan ibu-ibu serta
usaha yang dilakukan sehingga akan tergambar lingkungan yang bebas dari sarang
nyamuk malaria. Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih
tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Menurud Harold Browd (1988) sikap
seseorang terhadap pemberantasan sarang nyamuk tergambar dari ada reaksi, atau
respon terhadap usaha-usaha yang dilakukan, baik dalam penyediaan fasilitas
maupun pelaksanaan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk. Sikap seseorang
menunjukkan kepeduliaan, setuju serta mempunyai respon yang positif terhadap
prilaku hidup bersih.
Sikap belum tentu terwujud dalam suatu
tindakan, untuk terwujudnya sikap menjadi perbuatan nyata diperlukan faktor
pendukung atau kondisi yang memungkinkan.
Sikap merupakan salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi ibu-ibu rumah tangga dalam kegiatan pemberantasan sarang
nyamuk aedes agypty, terutama dalam menjaga lingkungan, hal ini berkaitan
dengan pencegahan dan pengobatan. Sikap masyarakat jika mereka telah terserang
bagaimana sikap yang akan mereka ambil hal ini juga sangat berkaitan dengan
tingkat pengetahuan yang mereka miliki.
3. Ketersediaan Fasilitas
Fasilitas kerja
merupakan salah satu faktor penting yang turut membangkitkan semangat kerja
petugas. Ketersediaan fasilitas kerja merupakan salah satu faktor kelancaran
kerja sehingga pelayanan kesehatan kepada masyarakat dapat lebih bermutu tanpa
adanya fasilitas kerja akan sulit melaksanakan program kerja yang telah
direncanakan. Menurunnya Azwar (1996) semangat kerja akan berpengaruh terhadap
rendahnya produktivitas kerja yang diakibatkan oleh ketiadaan fasilitas kerja. Fasilitas
kerja perlu tersedia dalam jumlah yang sangat memadai sehingga pelaksanaan
kerja dapat berjalan dengan baik. Azwar (1996). Menyediakan bubuk pembunuh
jentik, memasang kawat-kawat kasa pada ventilasi, menyediakan alat penyemprot
nyamuk, Azwar (1996).
4. Tindakan
Untuk terwujudnya suatu sikap menjadi
suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang
memungkinkan antara lain adalah fasilitas. Di samping faktor fasilitas
diperlukan juga faktor lingkungan (support)
dari pihak lain. Menurut Poerwodarminto. (1976) (dalam buku Soekitjo, ilmu
kesehatan masyarakat) tindakan atau praktek adalah aturan yang dilakukan, melakukan,
mengadakan aturan-aturan untuk mengatasi sesuatu atau perbuatan. Tindakan dalam
praktek mempunyai beberapa tingkatan.
- Persepsi (perception)
Yaitu mengenal dan memilih berbagai
objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek
tingkat pertama, misalnya seorang ibu dapat menjaga kebersihan lingkungan
rumahnya.
- Respon tersimpan (guide respon)
Yaitu seseorang yang dapat melakukan
sesuatu dengan urutan yang benar sesuai dengan contohnya, hal ini merupakan
indikator praktek tingkat ke dua, misalnya seseorang ibu dalam memasak air
sebelum diminum dan menjaga sanitasi.
- Mekanisme (mecanism)
Yaitu seseorang telah dapat melakukan
sesuatu dengan benar secara otomatis atau sudah merupakan suatu kebiasaan, maka
ia sudah mencapai praktek tingkat ketiga.
- Adaptasi (Adaptation)
Yitu merupakan suatu tindakan yang
sudah berkembang dengan baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya tanpa
mengurangi kebenaran tindakan tersebut, misalnya seorang ibu dapat memilih dan
menggunakan fasilitas kesehatan jika dalam keluarganya terjadi diare (Soekidjo,
2003).
5. Sosial Ekonomi
Menurut Pratama (2002) tingkat ekonomi
yang tinggi memungkinkan anggota keluarga untuk memperoleh kebutuhan yang
lebih, misalnya bidang pemeliharaan kesehatan pendidikan serta memenuhi
kebutuhan-kebutuhan lainnya. Keadaan sosial ekonomi (kemiskinan, orang tua yang
tidak bekerja atau berpenghasilan rendah) akan mengurangi pengeluarannya untuk
mendapatkan kebutuhan, sehingga tidak berkemampuan untuk meningkatkan kebutuhan
sehari-hari (Pratama, 2002). Sosial ekonomi keluarga erat kaitannya dengan
tingkat pendapatan bagi keluarga yang berpenghasilan tinggi, maka pemanfaatan
pelayanan kesehatan dan pencegahan penyakit, dalam hal ini rendahnya kemampuan masyarakat
untuk meningkatkan derajat kesehatan, karena kurangnya daya beli yang
dikeluarkan oleh rumah tangga untuk pemeliharaan kesehatan (Notoatmodjo, 1996).
2.3.
Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk Aedes Aegypty
di Masyarakat
Gerakan 3 M merupakan upaya masyarakat
yang efektif dalam pemberantasan penyakit DBD, dapat dilaksanakan secara massal
dan murah sehingga gerakan 3 M dapat membudaya dimasyarakat (Depkes RI, 2001).
- Menguras tempat penampungan air (1 kali seminggu)
- Menutup rapat tempat penampungan air sehingga nyamuk tidak dapat masuk
- Menguburkan barang-barang bekas, sampah, botol-botol, kaleng-kaleng, tempurung kelapa dan lain-lain.
Untuk terlaksananya kegiatan tersebut,
maka pemerintah perlu memberikan penyuluhan kepada masyarakat yang tujuannya
adalah :
- Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam PSN
- Meningkatkan peran aktif Pekjanal, Pokja DBD
- Menggalang kemitraan lintas sektor, lintas program dan masyarakat
- Meningkatkan lingkungan masyarakat yang bebas dari jentik aedes aegypty
- Meningkatkan kualitas pelayanan pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD.
pokok-pokok kegiatan bulan bakti
gerakan 3 M sebagaimana disebutkan (Suratno, 2002) meliputi :
1. Penyuluhan insentif melalui berbagai media seperti
televisi, radio, surat kabar dan lain-lain, penyuluhan kelompok maupun
penyuluhan kader-kader.
2. Kerja bakti secara serentak dikoordinasikan oleh
kepala wilayah setempat untuk membersihkan lingkungan termasuk tempat-tempat
penampungan air untuk keperluan sehari-hari.
3. Kunjungan dari rumah ke rumah untuk memeriksa
jentik tempat-tempat yang dapat menjadi perindukan nyamuk oleh tenaga terlatih
dan menaburkan bubuk abate, altosid pada tempat penampungan air yang masih ada
jentik nyamuk.
Masyarakat perlu jeli dan cepat
tanggap terhadap keluagarnya terkena penyakit demam berdarah serta perlu
mengenal ciri-ciri terserang penyakit demam berdarah. Keputusan yang diambil
masyarakat harus tepat, sehingga sipenderita demam berdarah dapat langsung
ditanggulangi sebelum bertambah parah.
- Penyemprotan (pengasapan)
Penyediaan sarana dalam usaha
penanggulangan penyakit demam berdarah sangat diperlukan, tanpa adanya
fasilitas maka usaha tersebut sulit untuk mencapai keberhasilan. Satu-satunya
cara mencegah demam berdarah hanya dengan membasmi nyamuk, nyamuk pembawa virus
demam berdarah, karena membunuh virusnya belum bisa, virus dengue masih terus
tumbuh. Kita tidak bisa memberantasnya dari muka bumi, karena virusnya dibawa
nyamuk, maka nyamuklah yang paling mungkin diberantas. Tanpa nyamuk virus tak
mungkin berpindah, tidak mungkin memasuki tubuh manusia (Handrawan,1999).
- Abatisasi
Perlu dilakukan abatisasi yaitu
masyarakat harus menabur bubuk abate ke tempat-tempat penyimpanan air, seperti
bak penyimpanan air, kolam ikan yang ada di sekeliling rumah dan sebagainya,
manfaat dari kegiatan abatasi ini adalah untuk membunuh jentik-jentik nyamuk
yang bersarang dan tidak mudah berkembang biak. Sasaran kegiatan abatasi ini
adalah untuk setiap rumah penduduk yang lingkungannya kumuh dan mudah tergenang
banjir. Karena penyakit demam berdarah adalah penyakit akibat lingkungan buruk
juga dapat mempengaruhi timbulnya penyakit ini. Sama seperti kolera, typus dan
disenteri. Lingkungan hidup disekitar kita harus dibersihkan, untuk menvegah
wabah demam berdarah, lingkungan harus bebas dari genangan air. Menjelang musim
penghujan semua rongsokan dan barang bekas berupa wadah disingkirkan,
pekarangan rumah harus bebas dari semua sampah (Handrawan, 1996).
- Upaya Penyuluhan
Upaya penyuluhan merupakan salah satu
cara penanggulangan penyakit demam berdarah, oleh karena itu perlu masyarakat
diikut sertakan dalam kegiatan penyuluhan, yang tujuannya adalah untuk
memberikan informasi kepada masyarakat serta memberikan berbagai pemahaman
tentang usaha hidup bersih, khususnya masyarakat yang berpendidikan rendah,
anak-anak sekolah, guru dan lainnya sehingga dengan adanya penyuluhan,
diharapkan masyarakat dapat mencegah timbulnya penyakit demam berdarah yaitu
dengan pembersihan lingkungan tempat tinggal.
Cara pemberantasan sarang nyamuk yang
perlu dilakukan masyarakat, menurut Hendrawan (1999) antara lain :
1. Gerakan membasmi jentik atau larva nyamuk. Caranya
dengan membunuh jentik nyamuk kebun memakai obat bernama abate. Obat ini mirip
garam dapur, bubuk abate ditaburkan dalam wadah-wadah air di dalam rumah.
Setelah ditaburkan obat ini akan membuat lapisan pada dinding wadah yang
ditaburi obat ini. Lapisan ini bertahan beberapa bulan kalau tidak disikat.
2. Wadah yang ada lapisan obat abate ini tidak
disukai jentik nyamuk kebun, jentik nyamuk akan mati, semua wadah di dalam
rumah setelah ditaburi obat ini tidak dihuni jentik nyamuk. Termasuk wadah
tempat penampungan air minum. Dalam takaran yang tepat obat abate tidak
berbahaya, air yang sudah ditaburi obat ini dengan dosis tepat, tidak beracun
bagi tubuh manusia, air tetap boleh diminum tanpa membahayakan kesehatan.
3. Kolam ikan pun perlu ditaburi abate, dengan
takaran yang tepat ikan tidak akan mati, atau memelihara jenis ikan tertentu,
mujahir, misalnya malah menguntungkan. Ikan ini memakan jentik nyamuk, kolam
yang demikian tidak perlu ditaburi obat abate.
4. Wadah air di dalam rumah yang telah ditaburi abate
tidak boleh disikat sebelum 3 bulan, air cukup dikuras tanpa menyikat atau
menggosok dinding bagian dalamnya, karena jika menyikat atau menggosok dinding
bagian dalamnya, lapisan obat abatenya akan hilang, sifat anti jentik nyamuk
hilang.
5. Abatasi dilakukan menjelang musim hujan, pada daerah-daerah
yang endemis demam berdarah, abatasi dilakukan sebagai sebuah gerakan, dinas
kesehatan kota sampai tingkat kecamatan, kelurahan atau Desa.
Depkes RI (2002) mengemukakan usaha
pemberantasan sarang nyamuk malaria dapat dilakukan dengan penyuluhan,
tersedianya sarana dan prasarana serta peran serta masyarakat. Handrawan (1999)
pengetahuan, sikap, pendidikan, sarana/fasilitas dan sosial ekonomi. Prathama
(2002) pendidikan, fasilitas dan pendapatan.
Gejala dan Tanda Penyakit DBD
14:19
No comments
Penyakit demam berdarah itu penyakit
orang kota, namun sekarang orang yang tinggal di daerah peDesaan pun dapat
terkena juga. Penyakit ini biasanya hanya menyerang anak-anak jarang menyerang
orang dewasa. Namun sekarang mulai banyak orang dewasa yang terserang demam
berdarah. Serangan demam berdarah pada orang dewasa lebih berat dibandingkan
dengan anak-anak.
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan
penyakit demam akut dengan karekteristik demam manifestasi pendarahan yang
timbul mengarahkan pada terjadinya shock yang dapat memungkinkan terjadinya
kematian pada penderita bila tindakan pertolongan tidak segera dilakukan. Untuk
pelaksanaan penyakit ini dapat dilihat berdasarkan pembagian derajat penyakit
DBD menurut WHO yaitu :
1. Demam tinggi mendadak selama 2-7 hari terus
menerus disertai dengan gejala yang tidak khas dan satu-satunya manifestasi
pendarahan adalah uji taurniket positif pasien pada stadium ini acapkali datang
pada fasilitas pelayanan kesehatan tingkat primer yaitu dokter umum, dokter keluarga
maupun puskesmas.
2. Derajat II disertai pendarahan spontan dikulit
berupa petekhia purpura ataupun pendarahan lain biasanya terjadi pada hari ke
35.
3. Penderita dengan disertai kegagalan sirkulasi
tubuh yaitu berupa denyut darah yang cepat dan lemah dalam keadaan ini
hipotensi dapat terjadi yaitu tekanan darah menurun (20 mmHg) disertai dengan
tanda shock lainnya yaitu kulit dingin, lembab dan gelisah.
4. Terjadi shock berat, nadi tidak teraba dan tekanan
darah pada keadaan ini tidak dapat diukur disertai pula terjadinya asidosis
metaholik dan alkolosis respiratorik.
Serangan virus dengue juga menekan
fungsi sumsum tulang penderita, sumsum tulang berfungsi membuat darah dan zat
anti. Akibat ini semua tubuh kehabisan cairan dan darah. Kematian pada demam
berdarah bukan akibat langsung virusnya. Virusnya hanya membuat tubuh penderita
dalam keadaan terancam kehabisan cairan dan darah.
Sel pembeku darah semakin berkurang
karena dipakai untuk menambal dinding pembuluh darah yang semakin banyak
menjadi bocor. Semakin parah penyakitnya, semakin banyak sel pembeku darah
dibutuhkan untuk menambal kebocoran pembuluh yang terjadi.
Jika kita menemukan atau mencurigai
seseorang tersangka demam berdarah, segeralah bertindak. Jika penderita sudah
terlanjur parah, sebaiknya langsung dibawa ke rumah sakit terdekat. Jangan
paksa memberikan minum kalau penderita sudah dalam keadaan tidak sadar. Gejala
demam berdarah yang lain mungkin pula disertai radang saluran nafas, timbul
seperti batuk pilek atau mencret-mencret.
Demam Berdarah Dengue (DBD)
14:12
No comments
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
adalah penyakit menular terutama
menyerang anak anak yang ditandai dengan panas tinggi, pendarahan dan dapat
menimbulkan renjatan (Syock).
Termasuk salah satu penykit yang dapat menimbulkan wabah yang disebabkan oleh
virus dengue dan ditularkan oleh
nyamuk aedes aegytpy. Gejala-gejala ditandai dengan demam mendadak 2 sampai 7
hari tanpa penyebab yang jelas, lemas/lesu, gelisah, nyeri ulu hati, disertai tanda
pendarahan di kulit berupa bintik pendarahan, lembam, kadang-kadang disertai
dengan mimisan, berak darah, muntah darah dan kesadaran menurun
Sebagaimana diketahui cara dan
pemberantasan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah dengan memberantas
nyamuk penularnya, karena vaksin untuk mencegah dan obat untuk membasmi
virusnya belum ada.
Cara yang tepat untuk memberantas
nyamuk ini adalah dengan membasmi jentik-jentiknya dengan cara PSN
(Pemberantasan Sarang Nyamuk). Mengingat nyamuk aedes aegytpy tersebar luas di
seluruh tanah air, baik di dalam, di sekitar rumah maupun di tempat-tempat
umum. Untuk melaksanakan kegiatan PSN-DBD diperlukan peran serta seluruh
masyarakat.
Bila seseorang menderita DBD digigit
nyamuk aedes aegypty maka nyamuk tersebut menjadi infektif/menular sepanjang
hidup nyamuk (lebih kurang 2-3 bulan) akan menularkan dari satu orang ke orang
lain. Biasanya nyamuk menggigit pada siang hari. Ada dua puncak aktivitas
menggigit yaitu antara pukul 08.00-10.00 pagi dan siang 16.00-18.00 sore.
Stadium telur, jentik dan pupa hidup
di dalam air (Aquatic Phase). Seekor
nyamuk setiap kali bertelur lebih kurang 100 butir dan meletakkan telur-telur
tersebut di dinding yang lembab di atas permukaan air yang jernih pada
wadah/tempat penampungan air. Telur akan dapat bertahan dalam kondisi optimum
lebih kurang satu tahun jika tidak terendam air, namun bila terendam air akan
langsung menetas. Pertumbuhan dari telur menjadi nyamuk dewasa lebih kurang
9-10 hari.
Tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk
dapat dikelompokkan dalam yaitu :
- Tempat perkembangbiakan keperluan sehari-hari seperti : drum, tangki resevoir, tempayan, bak mandi/WC, ember dan lain-lain.
- Tempat perkembangbiakan dalam dan sekitar rumah seperti : tempat minum burung, vas bunga, perangkap semut, dan barang-barang bekas (ban, kaleng, botol, plastik).
- Tempat perkembangbiakan alamiah seperti : lobang pohon, lobang batu, pelepak daun, tempurung kelapa, pelepak pisang, potongan bambu dan lain-lain.
Pemberantasan nyamuk dewasa dengan
penyemprotan/pengasapan menggunakan bahan kimia (insektisida). Penyemprotan
dilakukan sekitar rumah penderita bertujuan untuk memutuskan mata rantai
penularan, agar nyamuk yang berinfeksi dapat dimusnahkan).
Pemberantasan terhadap jentik aedes aegytpy yang
dikenal dengan istilah pemberantasan sarang nyamuk (PSN), dapat dilakukan
dengan cara :
- Kimia : Cara memberantas jentik aedes aegytpy dengan menggunakan insektisida pembasmi jentik larvasida ini dikenal dengan istilah abatisasi. Larvasida yang biasa digunakan adalah temephos, formulasi temaphos yang digunakan adalah granules (sand granules). Dosis yang digunakan 1 ppm atau 10 gram ( + 1 sendok makan rata-rata) untuk tiap satu 100 liter air. Abatisasi dengan temephos ini mempunyai efek residu 3 bulan.
- Biologi : misalnya memelihara ikan pernakan jentik (ikan kepala timah, ikan gupi).
- Fisik : Cara ini dikenal dengan kegiatan 3 M (menguras, menutup, mengubur). Pengurusan tempat penampungan air perlu dilakukan secara teratur sekurang-kurangnya seminggu sekali agar nyamuk tidak dapat berkembangbiak di tempat itu.
Apabila PSN ini dilaksanakan oleh
seluruh lapisan masyarakat (Pemerintah, LSM, Dunia Usaha dan Keluarga) maka
diharapkan kita mampu mencegah penularan penyakit DBD.
Kepadatan nyamuk dapat dibunuh dengan
inteksida dan cairan lain yang disebarkan dengan semprotan, penggunaan cahaya
perangkap dan sejumlah musuh alami dari nyamuk yang dapat memusnahkan nyamuk
dewasa. Penggunaan cahaya perangkap dan sejumlah musuh alami dari nyamuk yang
dapat memusnahkan nyamuk dewasa, dapat diperkenalkan kepada masyarakat di
lokasi wabah. Perbanyakan dari vektor dapat dicegah dengan penghapusan dan
pemusnahan semua tempat perindukan yang potensial. Larva nyamuk dapat
dihancurkan dengan menggunakan cairan racun seperti minyak derifat, racun
kontak ataupun cara lain yang dapat digunakan juga adalah menciptakan
keseimbangan lingkungan.
Pemberantasan nyamuk aedes aegypty
didasarkan pada siklus seksual, dimana umur nyamuk harus diusahakan agar lebih
singkat dari pada masa inkubasi ekstrinsik sehingga siklus sporogini tidak
dapat berlangsung, dengan demikian rantai penularan akan terputus.
Subscribe to:
Posts (Atom)