1. Atonia Uteri
Atonia uteri adalah suatu kondisi dimana myometrium
tidak dapat berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas
tempat melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali keadaan ini dapat terjadi bila uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik
setelah dilakukan rangsangan taktil (masase) fundus uteri, dan untuk
mengatasinya segera dilakukan Kompresi Bimanual Internal (KBI) dan kompresi Bimanual Eksternal
(KBE) (Sumarah, 2008).
Pada
kehamilan cukup bulan aliran darah ke uterus
sebanyak 500-800 cc/menit. Jika uterus tidak berkontraksi dengan segera setelah
kelahiran plasenta, maka ibu dapat mengalami perdarahan sekitar 350-500
cc/menit dari bekas tempat melekatnya plasenta. Bila uterus berkontraksi maka
miometrium akan menjepit anyaman pembuluh darah yang berjalan diantara serabut
otot tadi. Atonia uteri adalah suatu
kondisi dimana miometrium tidak dapat berkontraksi dan bila ini terjadi maka
darah yang keluar dari bekas tempat melekatnya plasenta menjadi tidak
terkendali (Depkes RI, 2008).
Seorang
ibu dapat meninggal karena perdarahan pascapersalinan dalam waktu kurang dari
satu jam. Atonia uteri menjadi
penyebab lebih dari 90% perdarahan pascapersalinan yang terjadi dalam 24 jam
setelah kelahiran bayi. Sebagian besar kematian akibat perdarahan
pascapersalinan terjadi pada beberapa jam pertama setelah kelahiran bayi.
Karena alasan ini, penatalaksanaan persalinan kala tiga sesuai standar dan
penerapan manajemen aktif kala tiga merupakan cara terbaik dan sangat penting
untuk mengurangi kematian ibu (Depkes
RI, 2008)
2. Faktor
Predisposisi Atonia Uteri
Beberapa factor predisposisi yang
terkait dengan perdarahan pascapersalinan yang disebabkan oleh atonia uterus adalah:
a.
Yang menyebabkan uterus
membesar lebih dari normal selama kehamilan, diantaranya: Jumlah air
ketuban yang berlebihan (polihidramnion), Kehamilan gemeli. Janin besar (makrosomia)
b.
Kala satu dan/atau dua yang memanjang
c.
Persalinan cepat (partus
presipatatus)
d.
Persalinan yang diinduksi atau
dipercepat dengan oksitosin (augmentasi)
e.
Infeksi intrapartum
f.
Multiparitas tinggi
g.
Magnesium sulfat digunakan
untuk mengendalikan kejang pada preeklampsia/eklampsia
Pemantulan melekat pada semua ibu
pascaperdarahan, dua per tiga dari semua kasus perdarahan pascapersalinan
terjadi pada ibu tanpa factor risiko yang diketahui sebelumnya dan tidak mungkin
memperkirakan ibu mana yang akan
mengalami atonia uteri atau
perdarahan pascapersalinan. Karena alasan tersebut maka manajemen aktif kala
tiga merupakan hak yang sangat penting dalam upaya menurunkan kesakitan dan
kematian ibu akibat perdarahan pascapersalinan.
3. Penatalaksanaan
KBI menurut Depkes (2008)
Atonia uteri terjadi jika uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik
setelah dilakukan rangsangan taktil (masase) fundus uteri:
a.
Segera lakukan kompresi
bimanual internal.
1)
Pakai sarung tangan disinfeksi
tingkat tinggi atau steril, dengan lembut masukan secara obstetric (menyatukan kelima ujung jari) melalui introitus ke dalam
vagina ibu.
2)
Periksa vagina dan serviks. Jika
ada selaput ketuban atau bekuan darah pada kavum
uteri mungkin hal ini menyebabkan uterus
tak dapat berkontraksi secara penuh.
3)
Kepalkan tangan dalam dan
tempatkan pada forniks anterior,
tekan dinding anterior uterus ke arah tangan luar yang menahan dan mendorong
dinding posterior uterus ke arah depan sehingga uterus ditekan dari arah depan
dan belakang.
4)
Tekan kuat uterus di antara kedua tangan. Kompresi uterus ini memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah yang
terbuka (bekas implantasi plasenta)
di dinding uterus dan juga merangsang
miometrium untuk berkontraksi.
5)
Evaluasi keberhasilan:
a)
Jika uterus berkontraksi dan perdarahan berkurang, teruskan melakukan
KBI selama dua menit, kemudian perlahan-lahan keluarkan tangan dan pantau ibu
secara melekat selama kala empat.
b)
Jika uterus berkontraksi tapi perdarahan masih berlangsung, periksa
ulang perineum,vagina dan serviks apakah terjadi leserasi . jika demikian, segera lakukan
penjahitan untuk menghentikan
perdarahan.
c)
Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 5 menit, ajarkan keluarga
untuk melakukan kompresi bimanual eksternal kemudian lakukan langkah-langkah
penatalaksanaan atonia uteri
selanjutnya. Minta keluarga untuk mulai menyiapkan rujukan. Alasan : Atonia uteri sering kali bisa diatasi
dengan KBI, jika KBI tidak berhasil dalam waktu 5 menit diperlukan
tindakan-tindakan lain.
b.
Berikan 0,2 mg ergometrin IM
atau misoprostol 600-1000 meg per rectal.
Jangan berikan ergometrin dapat menaikkan tekanan darah .
c.
Gunakan jarum berdiameter besar
( ukuran 16 atau 18), pasang infuse dan berikan 500 cc larutan Ringer Laktat
yang mengandung 20 unit oksitosin. Alasan : Jarum berdiameter besar
memungkinkan pemberian larutan IV secara cepat dan dapat dipakai untuk transfusi
darah (jika perlu). Oksitosin secara IV
cepat merangsang kontraksi uterus. Ringer Laktat diberikan untuk restorasi volume cairan yang hilang
selama perdarahan.
d.
Pakai sarung tangan steril atau
disinfeksi tingkat tinggi dan ulangi KBI. Alasan
: KBI dengan ergometrin dan oksitosin akan membantu uterus berkontraksi.
e.
Jika uterus tidak berkontraksi
dalam waktu 1 sampai 2 menit, segera rujuk ibu karena hal ini bukan atonia uteri sederhana. Ibu membutuhkan
tindakan gawat darurat di fasilitas kesehatan rujukan yang mampu melakukan
tindakan operasi dan transfusi darah.
f.
Sambil membawa ibu ke tempat
rujukan, teruskan tindakan KBI dan infuse cairan hingga ibu tiba di tempat
rujukan.
1)
Infus 500 ml pertama dihabiskan
dalam waktu 10 menit.
2)
Berikan tambahan 500 ml/jam
hingga tiba di tempat rujukan atau hingga jumlah cairan yang diinfuskan
mencapai 1,5 liter dan kemudian lanjutkan dalam jumlah 125 cc/jam.
3)
Jika cairan infus tidak cukup,
infuskan 500 ml (botol kedua) cairan infuse dengan tetesan sedang dan tambah
dengan pemberian cairan secara oral untuk dehidrasi.
4. Penatalaksanaan
KBE Menurut Depkes RI (2008)
a.
Letakkan satu tangan pada
dinding abdomen dan dinding depan korpus uteri dan di atas simfisis pubis.
b.
Letakkan tangan lain pada
dinding abdomen dan dinding belakang korrpus uteri, sejajar dengan dinding
depan korpus uteri. Usahakan untuk mencakup/memegang bagian belakang uterus
seluas mungkin.
c.
Lakukan kompresi uterus dengan
cara saling mendekatkan tangan depan dan belakang agar pembuluh darah di dalam
anyaman miometrium dapat dijepit secara manual. Cara ini dapat menjepit
pembuluh darah uterus dan membantu uterus berkontraksi.
0 komentar:
Post a Comment