1.
Definisi nyeri
Nyeri adalah proses alamiah dalam persalinan. Rasa
nyeri muncul akibat adanya respons psikis dan refleks fisik. Nyeri pada
persalinan menimbulkan gejala-gejala yang dapat dikenali. Ketegangan emosi
akibat rasa cemas dan takut dapat menginduksi ketakutan, sehingga timbul
kecemasan yang berakhir dengan kepanikan yang memperberat persepsi nyeri dalam
persalinan. Selain itu, keletihan dan kurang tidur dapat juga memperparah nyeri
(Bobak, 2006).
Nyeri merupakan kondisi perasaan yang tidak
menyenangkan. Sifatnya sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada
setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya. Nyeri sangat mengganggu dan
menyulitkan lebih banyak orang dibandingkan suatu penyakit manapun (Suddart dan
Brunner, 2006).
Nyeri adalah rasa tidak nyaman akibat perangsangan
ujung-ujung saraf khusus. Ada studi-studi yang mendukung teori bahwa persalinan
adalah akibat adanya dilatasi serviks, segmen bawah rahim, adanya tahanan yang
berlawanan, tarikan serta perlukaan pada jaringan otot-otot maupun
ligamen-ligamen yang menopang struktur diatasnya. Teori tersebut dapat
dijelaskan dengan pendapat Bonica & Mc. Donald melalui faktor-faktor
berikut diantaranya
(a) Regangan dari otot-otot halus memberikan rangsangan pada
nyeri visceral
(b) Intensitas dan lamanya nyeri berhubungan dengan munculnya
tekanan intrauterin, yang berpengaruh pada dilatasi dari struktur tersebut
(c) Saat serviks diperlebar secara cepat pada perempuan yang tidak bersalin, misalnya
pada saat dilakukan tindakan kuret, mereka akan mengalami nyeri seperti yang
dialami ibu bersalin (Asrinah, et al. 2010).
Skala Nyeri
Menurut Bourbanis (2007)
0 : Tidak nyeri, 1-3 :
Nyeri ringan (secara objektif klien dapat berkomunikasi dengan baik), 4-6 :
Nyeri sedang (secara objektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan
lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik),
7-9 : Nyeri berat (secara objektif klien terkadang tidak dapat mengikuti
perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri,
tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas
panjang dan distraksi), dan 10 : Nyeri sangat berat (pasien sudah tidak mampu
lagi berkomunikasi, memukul).
2.
Penyebab nyeri persalinan
Rasa nyeri persalinan
muncul karena:
a. Kontraksi otot rahim
Kontraksi rahim menyebabkan dilatasi
dan penipisan servikm serta iskemia rahim akibat kontraksi arteri miometrium.
Karena rahim merupakan organ internal maka nyeri yang timbul disebut nyeri
visceral. Nyeri visceral juga dapat dirasakan pada organ lain yang bukan
merupakan asalnya disebut nyeri alih (reffered pain). Pada persalinan nyeri alih
dapat dirasakan pada punggung bagian bawah dan sacrum. Biasanbya ibu hanya
mengalami rasa nyeri ini hanya selama kontraksi dan babas dari rasa nyeri pada
interval antar kontraksi.
b. Regangan otot dasar panggul
Jenis nyeri ini timbul pada saat
mendekati kala II. Tidak seperti nyeri visceral, nyeri in terlokalisir di
daerah vagina, rectum dan perineum, sekitar anus. Nyeri kenis ini disebut nyeri
somatic dan disebabkan peregangan struktur jalan lahir bagian bawah akibat
penirunan bagian terbawah janin.
c. Episiotomy
Ini dirasakan apabila ada tindakan episiotomy,
laserasi maupun rupture pada jalan lahir
d. Kondisi Psikologis
Nyeri dan rasa sakit yang berlebihan
akan menimbulkan rasa cemas. Takut, cemas dan tegang memicu produksi hormone
prostatglandin sehingga timbul stress. Kondisi stress dapat mempengaruhi
kemampuan tubuh menahan rasa nyeri.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi respon terhadap
Nyeri Persalinan
a. Budaya
Persepsi dan ekspresi terhadap nyeri
persalinan dipengarui oleh budaya individu. Budaya mempengaruhi sikap ibu pada
saat bersalin. Menurut Mulyati (2006) menjelaskan bahwa budaya mempengaruhi ekspresi nyeri intranatal pada ibu
primipara. Penting bagi perawat maternitas untuk mengetahui bagaimana
kepercayaan, nilai, praktik budaya mempengaruhi seorang ibu dalam
mempresepsikan dan mengekspresikan nyeri persalinan.
b. Emosi (cemas dan takut)
stres atau rasa takut ternyata secara
fisiologis dapat menyebabkan kontraksi uterus menjadi terasa semakin nyeri dan
sakit dirasakan. Karena saat wanita dalam kondisi inpartu tersebut mengalami
stress maka secara otomatif tubuh akan melakukan reaksi defensif sehingga
secara otomatis dari stress tersebut merangsang tubuh mengeluarkan hormon
stressor yaitu hormon Katekolamin dan hormon Adrenalin, Katekolamin ini akan
dilepaskan dalam konsentrasi tinggi saat persalinan jika calon ibu tidak bisa
menghilangkan rasa takutnya sebelum melahirkan,
berbagai respon tubuh yang muncul antara lain dengan “bertempur atau
lari’ (“fight or flight”). Dan akibat respon
tubuh tersebut maka uterus menjadi semakin tegang sehingga aliran darah dan
oksigen ke dalam otot otot uterus berkurang karena arteri mengecil dan
menyempit akibatnya adalah rasa nyeri yang tak terelakkan. Maka dari itu, ketika ibu yang
sedang melahirkan ini dalam keadaan rileks yang nyaman, semua lapisan otot
dalam rahim akan bekerja sama secara harmonis seperti seharusnya. Dengan begitu
persalinan akan berjalan lancar, mudah dan nyaman. Apabila ibu sudah terbiasa dengan latihan
relaksasi, jalan lahir akan lebih mudah terbuka. Sebaliknya, apabila ibu dalam
keadaan tegang, tekanan kepala janin tidak akan membuat mulut rahim terbuka.
Yang dirasakan hanyalah rasa sakit dan sang ibu pun bertambah panic dan stress. Pada saat tubuh dalam keadaan stres,
hormon stres yaitu katekolamin akan dilepaskan, sehingga tubuh memberikan
respon untuk “bertempur atau lari’.
Namun sebaliknya dalam kondisi yang rileks justru bisa memancing keluarnya
hormon endorfin, penghilang rasa sakit yang alami di dalam tubuh. Menurut para
ahli, endorfin ini efeknya 200 kali lebih kuat daripada morfin.
c. Pengalaman Persalinan
Menurut Bobak (2006) pengalaman melahirkan sebelumnya juga dapat
mempengaruhi respon ibu terhadap nyeri. Bagi ibu yang mempunyai pengalaman yang
menyakitkan dan sulit pada persalina sebelumnya, perasaan cemas dan takut pada
pengalaman lalu akan mempengaruhi sensitifitasnya rasa nyeri.
d. Support system
Dukungan dari pasangan, keluarga
maupun pendamping persalinan dapat membantu memenuhi kebutuhan ibu
bersalin,juga membantu mengatasi rasa nyeri (Martin, 2006).
e. Persiapan persalinan
Persiapan persalinan tidak menjamin
persalinan akan berlangsung tanpa nyeri. Namun, persiapan persalinan diperlukan
untuk mengurangi perasaan cemas dan takut akan nyeri persalinan sehingga ibu dapat
memilih berbagai teknik atau metode latihan agar ibu dapat mengatrasi
ketakutannya.
0 komentar:
Post a Comment