Sunday, 2 June 2013
Gambaran Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Manfaat Daun Katub Terhadap Asi Di Desa
07:31
No comments
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Menyusui
adalah suatu proses alamiah. Berjuta-juta ibu diseluruh dunia berhasil menyusui
bayinya tanpa pernah membaca buku tentang ASI. Bahkan ibu yang buta hurufpun
dapat menyusui anaknya dengan baik. Walaupun demikian, dalam lingkungan
kebudayaan kita saat ini melakuan hal yang alamiah tidaklah selalu mudah
(Roesli, 2004).
Menyusui
merupakan hadiah yang sangat berharga yang dapat diberikan orang tua kepada
bayinya. Pada keadaan miskin dan darurat, ASI mungkin merupakan hadiah satu
satunya yang dapat diberikan. Pada keadaan sakit dan darurat, ASI dapat menjadi
pemberian yang menyelamatkan jiwanya (Roesli, 2008).
Proses menyusui merupakan proses
interaksi antara ibu dan bayi. Hubungan interaksi ibu dan bayi sebaiknya
terjadi selama setengah jam pertama dari mulai beberapa menit setelah bayi
dilahirkan (Unicef, 2003).
Menurut WHO (2000) bayi yang diberi susu selain ASI,
mempunyai resiko 17 kali lebih besar mengalami diare, dan 3 sampai 4 kali lebih
besar kemungkinan terkena ISPA dibandingkan dengan bayi yang mendapat ASI
(Depkes RI, 2005).
Setiap ibu
menghasilkan air susu, yang kita sebut Air Susu Ibu sebagai makanan alami yang
disediakan untuk bayi. Pemberian ASI eksklusif serta proses menyusui yang benar
merupakan sarana yang dapat diandalkan untuk membangun SDM yang berkualitas.
Seperti kita ketahui, ASI adalah makanan satu-satunya yang paling sempurna
untuk menjamin tumbuh kembang bayi pada 6 bulan pertama. Selain itu dalam
proses menyusui yang benar, bayi akan mendapatkan perkembangan jasmani, emosi,
maupun spiritual yang baik dalam kehidupannya (Roesli, 2008).
Pemberian ASI pada bayi tentulah
sangat besar manfaatnya. Banyak sekali manfaat dari ASI yang sangat dibutuhkan
oleh bayi. Keunggulan dan manfaat menyusui dapat dilihat dari beberapa aspek
diantaranya adalah aspek gizi. Kalau dilihat dari aspek gizi, ada empat manfaat
Kolostrum pada ASI yang penting diketahui para ibu dan sangat berguna bagi bayi.
Menurut
Roesli (2008) Saat lahir, bayi dibekali daya tahan tubuh dari ibu cukup banyak.
Daya tahan tubuh ibu akan cepat menurun, sedangkan daya tahan tubuh yang dibuat
bayi terbentuk lebih lambat. Ada saatnya daya tahan tubuh dari ibu sudah
menurun, sedangkan daya tahan tubuh bayi belum cukup banyak terbentuk. Saat
seperti ini, bayi ASI akan dilindugi oleh daya tahan tubuh dari ASI. Selain
makanan, ASI mengandung cairan hidup yang terdiri atas zat hidup, misalnya daya
tahan tubuh.
Di Indonesia, daun Katub umumnya
dimanfaatkan untuk melancarkan air susu ibu. Daun ini sudah diproduksi sebagai
sediaan fitofarmaka yang berkhasiat untuk melancarkan ASI. Setidaknya sepuluh
produk pelancar ASI yang mengandung daun Katub telah beredar di Indonesia
sejak tahun 2000. Selain itu, konsumsi sayur Katub oleh ibu menyusui dapat
memperlama waktu menyusui bayi perempuan secara nyata dan untuk bayi pria hanya
meningkatkan frekuensi dan lama menyusui. Namun demikian, penelitian terhadap
efek samping penggunaan daun Katub sebagai pelancar ASI ini masih belum pernah
dilakukan di Indonesia, sehingga belum teruji 100 persen keamanannya.
Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Oedema Selama Kehamilan Di Bidan Praktek Swasta (BPS)
07:26
No comments
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Di
Indonesia eklamsi masih merupakan penyebab utama kematian ibu disamping
pendarahan dan infeksi, dan sebab kematian perinatal yang tinggi, oleh karena
itu diaknogsa dini pre – eklamsi yang
merupakan tingkat pendahuluan eklamsi sangat diperlukan, serta penanganannya
perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak. Perlu
ditekankan bahwa syndrome pre – eklamsi
ringan dengan hipertensi, udema dan proteinuria sering tidak diketahui atau
tidak diperhatikan oleh wanita yang bersangkutan, sehingga tanpa disadari dalam
waktu singkat dapat timbul pre – eklamsi berat bahkan eklamsi.
Setiap tahun sekitar 50.000 ibu
meninggal dunia karena eklamsi (dullay,1994). Insiden eklamsi dinegara
berkembang berkisar dari 1 : 100 sampai 1 : 1700 (Crowther, 1985) karena itu
kejadian kejang harus dihindari.(Depkes RI, 2005)
Kesehatan ibu dan bayi baru lahir di
Indonesia masih jauh dari keadaan yang diharapkan karena besarnya jumlah ibu
dan bayi mati. Dari sekitar 5 juta kehamilan pertahun, sekitar 20.000 kehamilan
berakhir dengan kematian ibu. karena itu upaya kesehatan ibu dan bayi baru
lahir menjadi upaya prioritas dalam bidang kesehatan (Depkes RI, 2005)
Penyebab langsung kematian ibu terutama
disebabkan pendarahan 50%, Eklamsi 13 %, Infeksi 10%, Komplikasi Aborsi 11%,
partus lama 9%, dan penyebab tidak langsung 15%. Komplikasi kehamilan dan
persalinan dialami oleh 15 – 20 % dari seluruh kehamilan dan kebanyakan terjadi
di sekitar saat persalinan. Terjadinya komplikasi sulit diperkirakan sehingga
sering muncul secara mendadak. Pertolongan terhadap komplikasi ini memerlukan
tindakan yang cepat dan tepat (dalam waktu kurang dari 2 jam) agar nyawa ibu
dan janinnya dapat diselamatkan (DepKes RI, 2004)
Hasil survey Kesehatan rumah tangga
(SKRT) 2010
mengatakan 13 % kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh eklamsi (Depkes, 2010), sedangkan di
Kabupaten Pidie Jaya dari bulan Januari sampai Desember 2012 dari 21 orang ibu
bersalin yang meninggal 6 orang (28,6 %)
diantaranya meninggal karena eklamsi tahun 2012 (Dinkes Pidie Jaya, 2012), Rumah Sakit Umum
Sigli dari 1191 orang ibu bersalin terdapat 236 orang (19,8 %) eklamsi dengan 6
orang meninggal (2,5 %) dari semua penderita eklamsi di Rumah Sakit Umum Sigli.
(Data rekam medic RSU Sigli, 2012)
Oedema pretibial yang ringan sering ditemukan pada kehamilan biasa, sehingga tidak
seberapa berarti untuk penentuan diagnosis pre-eklampsia. Hampir separuh dari
ibu-ibu akan mengalami bengkak yang normal pada kaki yang biasanya hilang
setelah beristirahat atau meninggikan kaki. Oedema
yang mengkhawatirkan ialah oedema yang muncul mendadak dan cenderung meluas.
(Depkes RI, 2004)
Oedema biasa menjadi menunjukkan adanya masalah serius dengan tanda-tanda
antara lain: jika muncul pada muka dan tangan, bengkak tidak hilang setelah
beristirahat, bengkak disertai dengan keluhan fisik lainnya, seperti: sakit
kepala yang hebat, pandangan mata kabur dll. Hal ini dapat merupakan pertanda anemia,
gagal jantung atau pre-eklampsia.
Dengan pengetahuan ini menjadi jelas
bahwa pemeriksaan ante natal, yang teratur dan secara rutin mencari tanda –
tanda pre-eklamsi, sangat penting dalam upaya mencegah pre-eklamsi berat dan
eklamsi. (wiknjosastro, 2005)
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu Tentang Amenorea Sekunder Di Desa
07:23
No comments
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Menstruasi
atau haid merupakan periode pengeluaran cairan darah dari uterus, yang
disebabkan oleh lepasnya endometrium. Lamanya menstruasi biasanya 3-5 hari.
Menstruasi yang pertama atau menarche biasanya dimulai antara umur 10-16 tahun.
Hal ini tergantung pada berbagai faktor termasuk kesehatan wanita, status
nutrisi dan berat badan tubuh relatif terhadap tinggi tubuh. Menstruasi
kira-kira berlangsung sekali dalam sebulan sampai wanita mencapai umur 45-50
tahun, hal ini tergantung pula pada kesehatan dan pengaruh-pengaruh lainnya.
Akhir kemampuan wanita bermenstruasi disebut menoupause dan menandai akhir dari
masa-masa kehamilan seorang wanita (Safira,
2006).
Amenorea adalah keadaan tidak
adanya menstruasi untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut.
Amenorea terbagi menjadi amenorea fisiologik dan patologik. Amenorea fisiologik
yaitu terdapat dalam masa sebelum pubertas, masa kehamilan, masalaktasi, dan
sesudah menopause. Amenorea patologik yaitu amneorea yang terjadi karena
sebab tertentu diluar amenorea fisiologik. Amenorea dapat dibagi menjadi
amenorea primer dan amenorea sekunder.
Amenorea sekunder adalah
penderita pernah mendapatkan menstruasi, tetapi kemudian tidak mendapatkan lagi
atau 6 siklus setelah sebelumnya mendapatkan siklus menstruasi biasa.
Angka kejadian berkisar antara 1 – 5%. Adanya amenorea sekunder lebih
menunjuk kepada sebab-sebabyang timbul kemudian dalam kehidupan wanita, seperti
gangguan gizi, gangguan metabolisme, tumor, penyakit infeksi dan lain-lain
Frekuensi Amerika
Serikat Setiap tahun, sekitar 5-7% wanita mengalami amenore sekunder selama
3bulan. Internasional Tidak ada bukti menunjukkan bahwa prevalensi amenore
bervariasi menurut asal-usul kebangsaan atau kelompok etnis. Namun,
faktor lingkungan setempat yang berhubungan dengan gizi dan prevalensi
penyakit kronis diragukan berpengaruh. Misalnya, usia menstruasi pertama
(menarche) bervariasi tergantung lokasi geografis, seperti yang ditunjukkan
oleh sebuah studi Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO yang membandingkan 11
negara,melaporkan rata-rata usia menarche dari 13-16 tahun. Data terbaru adanya
peningkatan tingkat obesitas di seluruh dunia juga berkontribusi
untuk onset menarche yang lebih awal dan meningkatan prevalensi gangguan
menstruasi terkait obesitas, terutama di daerah di mana obesitas lebih dominan.
Paparan racun lingkungan, yaitu hormonally active endocrine disruptors
dapat juga meningkatkan gangguan haid dan gangguan reproduksi didaerah endemik.
Purwatyastuti
(2008) mengemukakan bahwa amenorea dialami oleh banyak perempuan hampir di seluruh
dunia, sekitar 70-80% wanita Eropa, 60% di Amerika, 57% di Malaysia, 18% di
Cina dan 10% di Jepang dan Indonesia. Menurut data salah satu peneliti gejala
yang paling banyak dilaporkan adalah 40% merasakan hot flashes, 38% mengalami
sulit tidur, 37% merasa cepat lelah dalam bekerja, 35% sering lupa, 33% mudah
tersinggung, 26% mengalami nyeri pada sendi dan merasa sakit kepala yang berlebihan
21% dari seluruh jumlah wanita premenopause.
Beberapa
wanita mengalami sebuah kondisi yang dikenal sebagai amenore, atau kegagalan
bermenstruasi selama masa waktu perpanjangan. Kondisi ini dapat disebabkan oleh
bermacam-macam faktor termasuk stres, hilang berat badan, olahraga berat secara
teratur, atau penyakit. Sebaliknya, beberapa wanita mengalami aliran menstruasi
yang berlebihan, kondisi yang dikenal sebagai menoragi. Tidak hanya aliran
darah menjadi banyak, namun dapat berlangsung lebih lama dari periode
(Henderson, 2004).
Gambaran Pengetahuan Ibu Balita Tentang Toilet Training Di Desa
07:19
No comments
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 tentang
perlindungan anak pasal 26 telah menyebutkan bahwa orang tua berkewajiban dan
bertanggung jawab untuk mengasuh, memelihara, mendidik dan melindungi anak,
tumbuh kembanag anak sesuai dengan kemampuan, bakat minatnya, serta mencegah
terjadinya perkawinan pada usia anak-anak sehingga orang tua/ keluarga
benar-benar memperhatikan dan memahami apa yang telah di tetapkan
(BKKBN, 2006)
Periode penting dalam tumbuh
kembang anak adalah masa balita. Karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang
akan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Dalam perkembangan anak terdapat
masa kritis, ketika diperlukan rangsangan/stimulasi yang berguna agar
potensinya berkembang. Perkembangan akan optimal bila interaksi sosial
diusahakan sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangannya,
bahkan sejak bayi masih dalam kandungan. Sebaliknya lingkungan yang tidak
mendukung akan menghambat perkembangan anak (Dompas, 2010).
Perilaku anak adalah sikap dan
tindakan anak balita yang bersifat alami. Perilaku dan tindakannya yang baik
atau buruk itu cenderung dilakukan dibawah kesadaran anak. Oleh karena itu,
orang tua senan tiasa harus memperhatikan sikap dan tindakan anak-anaknya.
Apabila sikap dan tindakan anak banyak yang menyimpang, maka sebaiknya orang
tua mendidik, mengajarkan, menunjukan dan mengarahkannya ke jalan yang baik.
Sikap dan tindakan anak balita yang baik harus tetap diperhatikan akar menjadi
perilaku yang diinginkan. Orang tua harus menyadari, bahwa anak balita belum
mempunyai pengalaman dan belum mampu menilai sikap dan tindakannya sendiri.
Peran orang tua senantiasa harus mengembangkan perilaku anak sesuai dengan
nilai-nilai dasar yang terkandung dalam 8 fungsi keluarga. Hanya perilaku
anak-yang baik-baik sajalah yang perlu dikembangkan agar membentiuk karakter
anak (BKKBN, 2006)
Di Indonesia diperkirakan jumlah balita
mencapai 30 % dari 250 juta jiwa penduduk Indonesia, dan menurut Survey
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) nasional diperkirakan jumlah balita yang susah
mengontrol BAB dan BAK (ngompol) di usia sampai prasekolah mencapai 75 juta
anak. Fenomena ini dipicu karna banyak hal, pengetahuan ibu yang kurang tentang
cara melatih BAB dan BAK, pemakaian (PEMPRES) popok sekali pakai, hadirnya
saudara baru dan masih banyak lainnya ( Riblat, 2003).
Toilet training adalah latihan untuk
berkemih dan defikasi adalah tugas perkembangan anak usia todler, pada tahapan
usia 1 sampai 3 tahun atau usia toller, kemampuan sfingter uretra untuk mengontrol
rasa ingin berkemih dan sfingter ani untuk mengntrol rasa ining defikasi mulai
berkembang, wong mengemukaan bahwa biasanya sejalan dengan anak mampu berjalan
kedua sfingter tersebut semakin mampu mengontrol rasa ingin berkemih dan
defikasi walaupun demikian dari satu anak ke orang lain berbeda kemampuan dalam
pencapaian tersebut bergantung pada beberapa faktor baik fisik maupun
psikologis yang biasanya sampai usia 2 tahunpun kedua faktor baik fisik dan
psikologis belum siap (Supartini, 2004).
Pengetahuan tentang toilet
training sangat
penting untuk dimiliki oleh seorang ibu. Hal ini akan berpengaruh pada
penerapan toilet training pada anak. Ibu yang mempunyai tingkat
pengetahuan yang baik berarti mempunyai pemahaman yang baik tentang manfaat dan
dampak toilet training, sehingga ibu akan mempunyai sikap
yang positif terhadap konsep toilet
training. Sikap
merupakan kecenderungan ibu untuk bertindak atau berperilaku (Suryabudhi,
2003).
Subscribe to:
Posts (Atom)