BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Di
Indonesia eklamsi masih merupakan penyebab utama kematian ibu disamping
pendarahan dan infeksi, dan sebab kematian perinatal yang tinggi, oleh karena
itu diaknogsa dini pre – eklamsi yang
merupakan tingkat pendahuluan eklamsi sangat diperlukan, serta penanganannya
perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak. Perlu
ditekankan bahwa syndrome pre – eklamsi
ringan dengan hipertensi, udema dan proteinuria sering tidak diketahui atau
tidak diperhatikan oleh wanita yang bersangkutan, sehingga tanpa disadari dalam
waktu singkat dapat timbul pre – eklamsi berat bahkan eklamsi.
Setiap tahun sekitar 50.000 ibu
meninggal dunia karena eklamsi (dullay,1994). Insiden eklamsi dinegara
berkembang berkisar dari 1 : 100 sampai 1 : 1700 (Crowther, 1985) karena itu
kejadian kejang harus dihindari.(Depkes RI, 2005)
Kesehatan ibu dan bayi baru lahir di
Indonesia masih jauh dari keadaan yang diharapkan karena besarnya jumlah ibu
dan bayi mati. Dari sekitar 5 juta kehamilan pertahun, sekitar 20.000 kehamilan
berakhir dengan kematian ibu. karena itu upaya kesehatan ibu dan bayi baru
lahir menjadi upaya prioritas dalam bidang kesehatan (Depkes RI, 2005)
Penyebab langsung kematian ibu terutama
disebabkan pendarahan 50%, Eklamsi 13 %, Infeksi 10%, Komplikasi Aborsi 11%,
partus lama 9%, dan penyebab tidak langsung 15%. Komplikasi kehamilan dan
persalinan dialami oleh 15 – 20 % dari seluruh kehamilan dan kebanyakan terjadi
di sekitar saat persalinan. Terjadinya komplikasi sulit diperkirakan sehingga
sering muncul secara mendadak. Pertolongan terhadap komplikasi ini memerlukan
tindakan yang cepat dan tepat (dalam waktu kurang dari 2 jam) agar nyawa ibu
dan janinnya dapat diselamatkan (DepKes RI, 2004)
Hasil survey Kesehatan rumah tangga
(SKRT) 2010
mengatakan 13 % kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh eklamsi (Depkes, 2010), sedangkan di
Kabupaten Pidie Jaya dari bulan Januari sampai Desember 2012 dari 21 orang ibu
bersalin yang meninggal 6 orang (28,6 %)
diantaranya meninggal karena eklamsi tahun 2012 (Dinkes Pidie Jaya, 2012), Rumah Sakit Umum
Sigli dari 1191 orang ibu bersalin terdapat 236 orang (19,8 %) eklamsi dengan 6
orang meninggal (2,5 %) dari semua penderita eklamsi di Rumah Sakit Umum Sigli.
(Data rekam medic RSU Sigli, 2012)
Oedema pretibial yang ringan sering ditemukan pada kehamilan biasa, sehingga tidak
seberapa berarti untuk penentuan diagnosis pre-eklampsia. Hampir separuh dari
ibu-ibu akan mengalami bengkak yang normal pada kaki yang biasanya hilang
setelah beristirahat atau meninggikan kaki. Oedema
yang mengkhawatirkan ialah oedema yang muncul mendadak dan cenderung meluas.
(Depkes RI, 2004)
Oedema biasa menjadi menunjukkan adanya masalah serius dengan tanda-tanda
antara lain: jika muncul pada muka dan tangan, bengkak tidak hilang setelah
beristirahat, bengkak disertai dengan keluhan fisik lainnya, seperti: sakit
kepala yang hebat, pandangan mata kabur dll. Hal ini dapat merupakan pertanda anemia,
gagal jantung atau pre-eklampsia.
Dengan pengetahuan ini menjadi jelas
bahwa pemeriksaan ante natal, yang teratur dan secara rutin mencari tanda –
tanda pre-eklamsi, sangat penting dalam upaya mencegah pre-eklamsi berat dan
eklamsi. (wiknjosastro, 2005)
0 komentar:
Post a Comment