Monday, 22 July 2013
Kesiapan Mental Ibu dalam Menghadapi Persalinan
07:41
No comments
Berbicara
secara psikologis, tugas utama selama sembilan bulan hamil adalah memasukkan
bayi baru pada rencana jangka panjang, masa depan, perasaan dan gaya hidup Anda. Meskipun
merupakan tantangan yang sama bagi pria dan wanita, Anda bisa mempengaruhi
dengan cara yang berbeda. Kekacauan emosi yang Anda rasakan merupakan kekuatan
positif untuk memandu Anda melewati penyesuaian untuk menjadi seorang ibu atau
ayah. Setelah melewatinya, ada peluang yang baru bahwa Anda secara emosional akan
dipersiapkan dengan baik untuk kehadiran bayi baru. Faktanya, Anda mungkin
memiliki pemikiran alternatif kedua bukan berarti Anda telah membuat kesalahan.
Salah apabila berpikir memiliki bayi untuk menyengkan. Hal paling baik yang
bisa Anda lakukan untuk diri sendiri adalah bersikap terbuka mengenai perasaan
Anda. Jujur, Anda akan menjelaskan pemikiran Anda dan menyiapkan dasar untuk
pertukaran pemikiran yang konstan selama kehamilan (Stoppart, 2007).
Kehamilan
termasuk salah satu periode krisis dalam kehidupan seorang wanita. Tidak dapat
dielak, situasi ini menimbulkan perubahan drastis, bukan hanya fisik tetapi
juga psikologis. Dalam aspek psikologis, timbul pengharapan yang disertai
kecemasan menyambut persiapan kedatangan bayi. Semuanya itu ikut mewarnai
interaksi antara anggota dalam keluarga (Dagun, 2002).
Kehamilan
adalah suatu krisis maturnitas yang
dapat menimbulkan rasa stres, tetapi memberikan makna karena dengan keadaan
tersebut wanita akan menyiapkan diri untuk memberikan perawatan dan mengemban
tanggung jawab yang lebih besar. Krisis kehamilan umumnya berakhir ketika bayi dilahirkan. Titik akhir ini
merupakan pemecahan krisis tersebut, tetapi apakah wanita siap menjalani atau
tidak ini bergantung apakah proses psikologis yang normal selama kehamilan
dapat dia jalani dengan baik atau tidak (Kusmiati, dkk. 2008).
Menurut
Kusmiati (2008) perubahan psikologis ibu hamil dapat dibagi menjadi 3 bagian:
a. Trimester Pertama
Pada
trimester pertama sering dikatakan sebagai masa penentuan untuk membuktikan bahwa
wanita dalam keadaan hamil pada saat
inilah tugas psikologis pertama sebagai calon ibu untuk dapat menerima
kenyataan akan kehamilannya.
b. Trimester kedua
Trimester
kedua sering disebut sebagai periode pancaran kesehatan atau saat ibu merasa
sehat, ini disebabkan karena pada trimester ini umumnya ibu sudah merasa baik
dan terbebas dari ketidaknyamanan kehamilan.
c. Trimester ketiga
Trimester
ketiga tersebut sebagai periode penantian. Pada perioden ini ibu menanti
kehadiran bayinya sebagai bagian dari dirinya, ibu menjadi tidak sabar untuk
segera melihat bayinya. Ada perasaan tidak menyenangkan ketika bayinya tidak
lahir tepat pada waktunya.
Fase
terakhir pertumbuhan janin berlangsung pada periode tiga bulan terakhir (bulan
ke-7 sampai ke-9). Pada fase ini calon ibu mulai merasakan tertekan dan
gelisah. Semua gejala itu dapat membuat calon ibu merasakan cemas, mudah
tersinggung dan lekas marah seperti pada periode pertama masa kehamilan ibu
sering memikirkan kesehatan dan keamanan janin dan lebih cemas lagi menghadapi
saat-saat bersalin yang sudah dekat (Dagun, 2002).
Hampir
setiap calon orang tua, terutama ibu selalu dikelilingi oleh kecemasan tentang
bayinya, khususnya pada trimester terakhir. Cepatnya persalinan melahirkan bayi
memberikan kecemasan apakah bayi akan tidak normal, apakah Anda akan menjadi
orang tua yang baik, apakah Anda akan melakukan sesuatu yang tolol seperti
menjatuhkan bayi dan apakah Anda bisa mengatasi perawatan dari hari ke hari
pada minggu-minggu pertama. Semua perasaan tersebut cukup wajar dan sebagian
besar wanita mengalaminya. Jika Anda tahu perasaan seperti itu akan muncul dan
wajar secara normal, ini akan membantu menghilangkan kecemasan Anda (Stoppard,
2007).
Semua
wanita hamil pada beberapa tahap merasa khawatir sesuatu menjadi salah satu ada
yang salah dengan bayi. Membayangkan menjadi salah dengan bayi. Membayangkan
kehilangan bayi atau melahirkan bayi mati tidak berdasar dalam realita. Hal ini
lebih berkaitan dengan khayalan kehilangan bayi dalam rahim. Membayangkan bayi
meninggal merupakan bagian dari ketidakpahaman Anda mengenai kesehatan bayi
Anda. Meskipun saya tahu bahwa khayalan semacam ini sangat wajar, saya masih
tetap khawatir memiliki khayalan tersebut. Salah satu cara mengatasinya adalah
mencoba membuangnya dari pikiran dengan bangun dan melanjutkan beberapa aspek
yang menyenangkan dalam mempersiapkan bayi (Stoppard, 2007).
gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan mental ibu primigravida dalam menghadapi persalinan
07:36
No comments
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan
salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Angka kematian
ibu juga merupakan salah satu target
yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millennium untuk meningkatkan
kesehatan ibu dimana target akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi
sampai 3/4 risiko jumlah kematian ibu. Departemen kesehatan menetapkan target
90% persalinan ditolong oleh tenaga medis pada tahun 2010 (Anonymous, 2010).
Umumnya ukuran yang dipakai untuk
menilai baik buruknya keadaan pelayanan kebidanan dalam suatu negara atau suatu
daerah ialah kematian
maternal. Menurut WHO “Kematian maternal ialah kematian
seorang wanita waktu hamil atau 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab
apapun, terlepas dari tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk
mengakhiri kehamilan”. Sebab-sebab kematian ini dapat dibagi dalam dua
golongan, yaitu yang langsung disebabkan oleh komplikasi-komplikasi kehamilan,
persalinan dan nifas, dan sebab-sebab yang lain seperti penyakit jantung,
kanker dan sebagainya (Sarwono, 2007).
Angka kematian ibu di Indonesia
saat ini tergolong masih cukup tinggi yaitu mencapai 228 per 100.000 kelahiran
hidup. Walaupun sebelumnya Indonesia
telah mampu melakukan penurunan dari angka 300 per 100.000 per kelahiran hidup
tahun 2004 (http://depkes-RI.2010).
Agar kehamilan dan persalinan di Indonesia
berlangsung aman serta bayi yang dilahirkan hidup sehat salah satu sasarannya
adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian maternal dan neonatal dengan
meningkatkan kesadaran wanita, keluarga dan masyarakat untuk berperilaku hidup
sehat dalam memperoleh pelayanan kesehatan (Saifudin , 2003)
Peristiwa
kehamilan dan persalinan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis,
perubahan psikologis dan adaptasi diri seorang wanita yang pernah mengalaminya.
Sebagian besar wanita menganggap bahwa kehamilan dan persalinan adalah khusus
yang sangat menentukan kehidupan selanjutnya. Peristiwa kondisi fisik dan
emosional yang komplek memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup
dengan proses kehamilan dan persalinan yang dihadapi. Dukungan psikologi dan
perhatian akan memberikan dampak terhadap pola kehidupan sosial (keharmonisan,
penghargaan, pengorbanan, kasih sayang dan empati) pada wanita hamil dari aspek
teknis. Hubungan ketiga berkaitan dengan bayangan resiko kehamilan dan proses
persalinan sehingga wanita sangat emosional, dalam upaya mempersiapkan atau
mewaspadai segala sesuatu yang munkin dihadapi (Prawirohardjo, 2002)
Persiapan
persalinan adalah segala sesuatu yang ibu dan keluarga persiapkan sebelum
persalinan berlangsung, persiapan persalinan, persiapan psikis ibu dalam
menghadapi persalinan, persiapan biaya atau materi yang dibutuhkan apabila
komplikasi terjadi pada ibu dan ibu harus dirujuk ketempat pelayanan yang lebih
tinggi, 94 % ibu-ibu yang mempersiapkan persalinan dengan baik dan perencanaan
yang matang, lebih nyaman dan tenang dalam menghadapi proses persalinan
dibandingkan ibu-ibu yang tidak tahu tentang persiapan apa saja yang dibutuhkan
saat mengahadapi persalinan (Depkes RI, 2001)
Dari
kenyataan yang sering di lihat di masyarakat ibu yang pernah melahirkan lebih
tenang dan lebih siap untuk menghadapi proses persalinan dibandingkan dengan
ibu-ibu yang pertama kali melahirkan. Maka dari itu diperlukan penyuluhan
secara khusus kepada ibu-ibu hamil trismester III (7-9 bulan) agar ibu itu
lebih mengerti persiapan apa saja yang harus ibu persiapkan sebelum persalinan
(Jones, 1997).
Pada
peristiwa kehamilan merupakan suatu rentang waktu, dimana tidak hanya terjadi
perubahan fisik, tetapi juga terjadi perubahan psikologis yang memerlukan
penyesuain emosi, pola berpikir dan perilaku yang berlanjut hingga bayi lahir.
Untuk alasan ini sehingga kehamilan harus dipandang sebagai proses panjang yang
mempunyai efek tidak hanya pada ibu tetapi juga pada keluarganya. Pada asuhan
kehamilan tidak hanya mengasuh aspek fisik saja tetapi juga aspek psikologis
atau jiwa (Kusmiyati, dkk, 2008).
Latar
belakang munculnya gangguan psikologik atau kejiwaan adalah berbagai
ketidakmatangan dalam perkembangan emosional dan psikoseksual dalam rangka
kesanggupan seseorang untuk menyesuaikan diri dengan situasi tertentu termasuk
kehamilan. kelainan jiwa dapat menjadi berat dalam kehamilan. Pada kasus
psikologis yang berat perlu support dan dukungan dari orang terdekat dalam
keluarga. Keadaan gangguan jiwa tertentu memerlukan rawat inap dari
sumber-sumber kecemasan bagi ibu. Pengaruh faktor psikologis terhadap kehamilan
adalah terhadap ketidakmampuan pengasuh kehamilan dan mempunyai potensi
melakukan tindakan yang membahayakan terhadap kehamilan (Kusmiyati, dkk, 2008).
Tujuan ibu
mempersiapkan psikologis untuk menghadapi persalinan agar ibu lebih siap
terhadap segala sesuatu yang mungkin akan terjadi seperti komplikasi-komplikasi
pada persalinan yang akan membayakan keselamatannya dan juga janinnya
(Stoppart, 2007).
Subscribe to:
Posts (Atom)