Monday, 22 July 2013

gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan mental ibu primigravida dalam menghadapi persalinan



BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu  target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millennium untuk meningkatkan kesehatan ibu dimana target akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai 3/4 risiko jumlah kematian ibu. Departemen kesehatan menetapkan target 90% persalinan ditolong oleh tenaga medis pada tahun 2010 (Anonymous, 2010).
Umumnya ukuran yang dipakai untuk menilai baik buruknya keadaan pelayanan kebidanan dalam suatu negara atau suatu daerah ialah kematian maternal. Menurut WHO “Kematian maternal ialah kematian seorang wanita waktu hamil atau 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, terlepas dari tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan”. Sebab-sebab kematian ini dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu yang langsung disebabkan oleh komplikasi-komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas, dan sebab-sebab yang lain seperti penyakit jantung, kanker dan sebagainya (Sarwono, 2007).
Angka kematian ibu di Indonesia saat ini tergolong masih cukup tinggi yaitu mencapai 228 per 100.000 kelahiran hidup. Walaupun sebelumnya Indonesia telah mampu melakukan penurunan dari angka 300 per 100.000 per kelahiran hidup tahun 2004 (http://depkes-RI.2010).
Agar kehamilan dan persalinan di Indonesia berlangsung aman serta bayi yang dilahirkan hidup sehat salah satu sasarannya adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian maternal dan neonatal dengan meningkatkan kesadaran wanita, keluarga dan masyarakat untuk berperilaku hidup sehat dalam memperoleh pelayanan kesehatan (Saifudin , 2003)  
Peristiwa kehamilan dan persalinan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis, perubahan psikologis dan adaptasi diri seorang wanita yang pernah mengalaminya. Sebagian besar wanita menganggap bahwa kehamilan dan persalinan adalah khusus yang sangat menentukan kehidupan selanjutnya. Peristiwa kondisi fisik dan emosional yang komplek memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan dan persalinan yang dihadapi. Dukungan psikologi dan perhatian akan memberikan dampak terhadap pola kehidupan sosial (keharmonisan, penghargaan, pengorbanan, kasih sayang dan empati) pada wanita hamil dari aspek teknis. Hubungan ketiga berkaitan dengan bayangan resiko kehamilan dan proses persalinan sehingga wanita sangat emosional, dalam upaya mempersiapkan atau mewaspadai segala sesuatu yang munkin dihadapi (Prawirohardjo, 2002)
Persiapan persalinan adalah segala sesuatu yang ibu dan keluarga persiapkan sebelum persalinan berlangsung, persiapan persalinan, persiapan psikis ibu dalam menghadapi persalinan, persiapan biaya atau materi yang dibutuhkan apabila komplikasi terjadi pada ibu dan ibu harus dirujuk ketempat pelayanan yang lebih tinggi, 94 % ibu-ibu yang mempersiapkan persalinan dengan baik dan perencanaan yang matang, lebih nyaman dan tenang dalam menghadapi proses persalinan dibandingkan ibu-ibu yang tidak tahu tentang persiapan apa saja yang dibutuhkan saat mengahadapi persalinan (Depkes RI, 2001)
Dari kenyataan yang sering di lihat di masyarakat ibu yang pernah melahirkan lebih tenang dan lebih siap untuk menghadapi proses persalinan dibandingkan dengan ibu-ibu yang pertama kali melahirkan. Maka dari itu diperlukan penyuluhan secara khusus kepada ibu-ibu hamil trismester III (7-9 bulan) agar ibu itu lebih mengerti persiapan apa saja yang harus ibu persiapkan sebelum persalinan (Jones, 1997).
Pada peristiwa kehamilan merupakan suatu rentang waktu, dimana tidak hanya terjadi perubahan fisik, tetapi juga terjadi perubahan psikologis yang memerlukan penyesuain emosi, pola berpikir dan perilaku yang berlanjut hingga bayi lahir. Untuk alasan ini sehingga kehamilan harus dipandang sebagai proses panjang yang mempunyai efek tidak hanya pada ibu tetapi juga pada keluarganya. Pada asuhan kehamilan tidak hanya mengasuh aspek fisik saja tetapi juga aspek psikologis atau jiwa (Kusmiyati, dkk, 2008).
Latar belakang munculnya gangguan psikologik atau kejiwaan adalah berbagai ketidakmatangan dalam perkembangan emosional dan psikoseksual dalam rangka kesanggupan seseorang untuk menyesuaikan diri dengan situasi tertentu termasuk kehamilan. kelainan jiwa dapat menjadi berat dalam kehamilan. Pada kasus psikologis yang berat perlu support dan dukungan dari orang terdekat dalam keluarga. Keadaan gangguan jiwa tertentu memerlukan rawat inap dari sumber-sumber kecemasan bagi ibu. Pengaruh faktor psikologis terhadap kehamilan adalah terhadap ketidakmampuan pengasuh kehamilan dan mempunyai potensi melakukan tindakan yang membahayakan terhadap kehamilan (Kusmiyati, dkk, 2008).
Tujuan ibu mempersiapkan psikologis untuk menghadapi persalinan agar ibu lebih siap terhadap segala sesuatu yang mungkin akan terjadi seperti komplikasi-komplikasi pada persalinan yang akan membayakan keselamatannya dan juga janinnya (Stoppart, 2007).

0 komentar:

Post a Comment