Monday, 22 July 2013

Kesiapan Mental Ibu dalam Menghadapi Persalinan



Berbicara secara psikologis, tugas utama selama sembilan bulan hamil adalah memasukkan bayi baru pada rencana jangka panjang, masa depan,  perasaan dan gaya hidup Anda. Meskipun merupakan tantangan yang sama bagi pria dan wanita, Anda bisa mempengaruhi dengan cara yang berbeda. Kekacauan emosi yang Anda rasakan merupakan kekuatan positif untuk memandu Anda melewati penyesuaian untuk menjadi seorang ibu atau ayah. Setelah melewatinya, ada peluang yang baru bahwa Anda secara emosional akan dipersiapkan dengan baik untuk kehadiran bayi baru. Faktanya, Anda mungkin memiliki pemikiran alternatif kedua bukan berarti Anda telah membuat kesalahan. Salah apabila berpikir memiliki bayi untuk menyengkan. Hal paling baik yang bisa Anda lakukan untuk diri sendiri adalah bersikap terbuka mengenai perasaan Anda. Jujur, Anda akan menjelaskan pemikiran Anda dan menyiapkan dasar untuk pertukaran pemikiran yang konstan selama kehamilan (Stoppart, 2007).
Kehamilan termasuk salah satu periode krisis dalam kehidupan seorang wanita. Tidak dapat dielak, situasi ini menimbulkan perubahan drastis, bukan hanya fisik tetapi juga psikologis. Dalam aspek psikologis, timbul pengharapan yang disertai kecemasan menyambut persiapan kedatangan bayi. Semuanya itu ikut mewarnai interaksi antara anggota dalam keluarga (Dagun, 2002).
Kehamilan adalah suatu krisis maturnitas yang dapat menimbulkan rasa stres, tetapi memberikan makna karena dengan keadaan tersebut wanita akan menyiapkan diri untuk memberikan perawatan dan mengemban tanggung jawab yang lebih besar. Krisis kehamilan umumnya berakhir ketika bayi dilahirkan. Titik akhir ini merupakan pemecahan krisis tersebut, tetapi apakah wanita siap menjalani atau tidak ini bergantung apakah proses psikologis yang normal selama kehamilan dapat dia jalani dengan baik atau tidak (Kusmiati, dkk. 2008).
Menurut Kusmiati (2008) perubahan psikologis ibu hamil dapat dibagi menjadi 3 bagian:
a.       Trimester Pertama
Pada trimester pertama sering dikatakan sebagai masa penentuan untuk membuktikan bahwa wanita dalam keadaan hamil pada  saat inilah tugas psikologis pertama sebagai calon ibu untuk dapat menerima kenyataan akan kehamilannya.
b.      Trimester kedua
Trimester kedua sering disebut sebagai periode pancaran kesehatan atau saat ibu merasa sehat, ini disebabkan karena pada trimester ini umumnya ibu sudah merasa baik dan terbebas dari ketidaknyamanan kehamilan.
c.       Trimester ketiga
Trimester ketiga tersebut sebagai periode penantian. Pada perioden ini ibu menanti kehadiran bayinya sebagai bagian dari dirinya, ibu menjadi tidak sabar untuk segera melihat bayinya. Ada perasaan tidak menyenangkan ketika bayinya tidak lahir tepat pada waktunya.
Fase terakhir pertumbuhan janin berlangsung pada periode tiga bulan terakhir (bulan ke-7 sampai ke-9). Pada fase ini calon ibu mulai merasakan tertekan dan gelisah. Semua gejala itu dapat membuat calon ibu merasakan cemas, mudah tersinggung dan lekas marah seperti pada periode pertama masa kehamilan ibu sering memikirkan kesehatan dan keamanan janin dan lebih cemas lagi menghadapi saat-saat bersalin yang sudah dekat (Dagun, 2002).
Hampir setiap calon orang tua, terutama ibu selalu dikelilingi oleh kecemasan tentang bayinya, khususnya pada trimester terakhir. Cepatnya persalinan melahirkan bayi memberikan kecemasan apakah bayi akan tidak normal, apakah Anda akan menjadi orang tua yang baik, apakah Anda akan melakukan sesuatu yang tolol seperti menjatuhkan bayi dan apakah Anda bisa mengatasi perawatan dari hari ke hari pada minggu-minggu pertama. Semua perasaan tersebut cukup wajar dan sebagian besar wanita mengalaminya. Jika Anda tahu perasaan seperti itu akan muncul dan wajar secara normal, ini akan membantu menghilangkan kecemasan Anda (Stoppard, 2007).
Semua wanita hamil pada beberapa tahap merasa khawatir sesuatu menjadi salah satu ada yang salah dengan bayi. Membayangkan menjadi salah dengan bayi. Membayangkan kehilangan bayi atau melahirkan bayi mati tidak berdasar dalam realita. Hal ini lebih berkaitan dengan khayalan kehilangan bayi dalam rahim. Membayangkan bayi meninggal merupakan bagian dari ketidakpahaman Anda mengenai kesehatan bayi Anda. Meskipun saya tahu bahwa khayalan semacam ini sangat wajar, saya masih tetap khawatir memiliki khayalan tersebut. Salah satu cara mengatasinya adalah mencoba membuangnya dari pikiran dengan bangun dan melanjutkan beberapa aspek yang menyenangkan dalam mempersiapkan bayi (Stoppard, 2007).

0 komentar:

Post a Comment