This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Sunday, 28 July 2013

Langkah untuk mengurang kemarahan pada anak



Raising Children Network menetapkan beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi tantrum. Berikut adalah beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi tantrum bagi anak usia tiga tahun pertama yang sudah di uji sebelumnya di keluarga-keluarga di Australia. Pendekatan ini menggunakan pendekatan behavoristik dengan menekankan pada reinforcemen (www.raisingchildrennetworks.com 2010):

1.    Mengurangi stress anak dengan mengantisipasi sebelum anak stress. Sebagai contoh sebelum anak merasa terlalu lapar orang tua sudah lebih dulu mengantisipasi dengan memberi anak makan. Jika belum masuk jam makan utama maka orang tua dapat memberi anak kudapan. Rasa lapar yang sangat dapat memicu stress pada anak sehingga muncul perilaku tanrum.

2.    Menyadari perasaan anak. Orang tua juga perlu memahami perasaaan anak. Orang tua tidak boleh terlalu banyak menuntut secara berlebihan pada anak.

3.    Mengidentifikasi pemicu amukan dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut :

a.    Mencatat perilaku tantrum anak selama 7-10 hari dan juga kejadian yang terjadi sebelum dan sesudah tantrum terjadi

b.    Sesudah mencatat kemudian identifikasi situasi yang menyebabkan tantrum terjadi. Setelah mengidentifikasi orang tua dapat menyusun rencana cara menghindari situasi tersebut dapat terjadi. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi respon yang muncul berupa tantrum dari stimulus seperti kelelahan, lapar, stress dan lain sebagainya.

c.    Selain mengidentifikasi situasi penyebab, orang tua juga mengidentifikasi pemicu terjadinya tantrum.

Berikut adalah table pemicu dan beberapa saran pencegah terjadinya tantrum.

d.    Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi konsekuensi dari perilaku tantrum.

e.    Orang tua dapat menetapkan dan mendata reward sebagai penguat bagi anak untuk tetap tenang. Reward ini dapat berupa hadiah kecil yang disukai anak.

f.     Orang tua membimbing anak untuk bisa mengatasi permasalah anak dengan cara lain selain tantrum untuk mengekspresikan emosi.

4.    Orang tua tetap tenang menghadapi tantrum anak, jangan ikut tersulut emosi sehingga memarahi anak. Karena reaksi keras dari orang tua akan menambah tantrum anak semakin hebat.

5.    Mengabaikan perilaku tantrum sampai berhenti

6.    Tidak memenuhi kenginan anak jika anak meminta dengan cara tantrum

7.    Konsisten dengan sikap orang tua untuk tidak memenuhi keinginan anak ketika tantrum

8.    Memberi reward kepada anak ketika anak berbuat kebaikan dan dapat mengontrol tantrum

 

Penyebab



Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya temper tantrum (Hasan, 2009 ), diantaranya :
a)    Keinginan anak yang tidak terpenuhi
Anak akan melalukan tantrum dengan maksud untuk menekan orang tua agar keinginan anak terpenuhi, sebagai contoh ketika anak menginginkan orang tua membelikan mainan di sebuah took. Jika orang tua tidak memenuhi keinginan anak, maka anak akan menangis sambil berguling di took sampai orang tua mau membelikan mainan yang dimaksud.
b)    Ketidakmampuan anak untuk mengungkapkan perasaan
Anak-anak khususnya anak pada usia tiga tahun pertama memiliki keterbatasan bahasa. Ketika anak ingin mengungkapkan sesuatu dan tidak dimengerti oleh orang tua maka anak akan frustasi dan memicu munculnya perilaku tantrum.

c)    Kebutuhan yang tidak terpenuhi

Anak yang aktif membutuhkan ruang dan waktu yang cukup untuk selalu bergerak. Anak yang tidak dapat memenuhi kebutuhannya untuk bergerak akan mengalami frustasi dan untuk melampiaskan kebutuhannya itu anak melakukan tantrum. Sebagai contoh ketika anak melakukan perjalanan jauh dengan kendaraan. Anak akanmerasa bosan dalamperjalanan karena tidak dapat bergerak sesuka hati, maka untuk melampiaskannya anak melakukan tantrum.

d)    Pola asuh orang tua

Anak yang terlalu dimanjakan dan selalu mendapatkan apa yang diinginkan akan melakukan tantrum ketika keinginan anak tersebut tidak dipenuhi oleh orang tua. Contoh lain adalah anak yang mendapatkan pola asuh otoriter dari orang tua, sekali waktu karena rasa tertekan anak, maka anak tersebut akan melakukan tantrum. selain itu perbedaan pola asuh antara orang tua dan pengasuh dapat pula memicu anak untuk melakukan tantrum. seperti misalnya pengasuh yang permisif dan orang tua yang otoriter atau demokratis. Anak akan melakukan tantrum untuk menyampaikan keinginan.

e)    Perasaan lelah, lapar, atau sakit

Perasaan lelah, lapar dan sakit juga dapat memicu tantrum. Karena perasaan tidak enak yang muncul saat lelah dan sakit atau ketika lapar dan kebutuhan itu tidak juga terpenuhi maka akan membuat anak menjadi tantrum.

f)     Keadaan stress dan rasa tidak aman pada diri anak

Stress atau frustasi adalah perasaan tertekan yang dialami anak (Hasan, 2009). Hal ini akan memicu anak melakukan tantrum sebagai pelampiasan dari rasa tertekan yang dialami anak tersebut.

 

Konsep Tantrum pada anak



Pengertian
Perasaan adalah nada perasaan menyenangkan atau tidak, yang menyertai suatu fikiran dan biasanya belangsung lama serta kurang disertai oleh komponen psiologik.  Perasaan adalah “suatu tentang keadaan jiwa manusia yang dihayati secara senang atau tidak senang” (Sunaryo, 2004)
Emosi adalah “manifestasi persaan atau efek keluar dan disertai banyak komponen psiologik, dan biasanya berlangsung tudak lama. Emosi adalah suatu keadaan persaan yang telah melampaui batas sehingga untuk mengadakan hubungan dengan sekitarnya mungkin terganggu (Sunaryo, 2004)
Suatu emosi yang kuat dapat memengaruhi perubahan psisiologis seseorang yang sedang marah atau ketakutan dapat memerangruhi debaran jantung, pernafasan, aktifnya kelenjar keringat, merinding sektresi air liur meningkat dan mungkin kadar gula darah meningkat (Sunaryo, 2004)
Umumnya anak kecil lebih emosional daripada orang dewasa karena pada usia ini anak masih relatif muda dan belum dapat mengendalikan emosinya. Pada usia 2-4 tahun, karakteristik emosi anak muncul pada ledakan marahnya atau temper tantrum (Hurlock, 2000). Sikap yang ditunjukkan untuk menampilkan rasa tidak senangnya, anak melakukan tindakan yang berlebihan, misalnya menangis, menjerit-jerit, melemparkan benda, berguling-guling, memukul ibunya atau aktivitas besar lainnya (Hurlock, 2000). Tantrum lebih mudah terjadi pada anak-anak yang dianggap sulit dengan ciri-ciri memiliki kebiasaan tidur, makan dan buang air besar yang,tidak teratur, sulit menyukai situasi, makanan dan orang-orang baru, lambat beradaptasi terhadap perubahan, suasana hati lebih sering negative, mudah terprovokasi, gampang merasa marah dan sulit dialihkan perhatiannya (Zaviera, 2008).
Temper tantrum adalah ledakan kemarahan yang terjadi secara tiba-tiba, tanpa terencana. Pada anak-anak, ini bukan hanya untuk mencari perhatian dari orang dewasa saja. Ketika mengalami tantrum, anak-anak cenderung melampiaskan segala bentuk kemarahannya. Baik itu menangis keras-keras, berteriak, menjerit-jerit, memukul, menggigit, mencubit, dsb.
Normalnya, tantrum (marah-marah) pada anak-anak hanya terjadi sekitar 30 detik sampai 2 menit saja. Tapi, jika kemarahan berlanjut sampai pada tingkat yang membahayakan dirinya atau orang lain, maka ini bisa menjadi hal yang sangat serius.Temper tantrum biasanya terjadi pada anak usia 1-4 tahun. Meski tidak menutup kemungkinan anak-anak yang lebih tua, bahkan orang dewasa pun pernah mengalami ledakan kemarahan ini. Dan pada dasarnya, marah-marah pada anak-anak usia 1-4 tahun adalah hal yang wajar terjadi bagi usia mereka. Kebanyakan anak-anak mengalami hal ini.