Monday, 8 February 2016
Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Hamil terhadap Pencegahan Mual Muntah Pada Ibu Hamil
12:54
No comments
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Kehamilan adalah
sebuah proses yang di awali dengan
keluarnya sel telur yang matang pada saluran telur yang kemudian bertemu dengan
spermatozoadan keduanya menyatu
membentuk sel yang bertumbuh.Kehamilan merupakan suatu proses fisiologis yang
terjadi pada wanita, dimana masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai
lahirnya janin, lamanya kehamilan normal yaitu 280 hari (40 minggu atau 9 bulan
7 hari) di hitung dari pertama haid terakhir.
Kehamilan
ditandai oleh beberapa hal yaitu, (Amenorhoea)Tidak
mendapat haid, perubahan pada payudara, mual dan muntah (nausea and vomiting), mengidam (ingin makanan khusus), pingsan,
tidak ada selera makan (anoreksia),
lelah (vatigo), miksi sering, dan konstipasi/opstivasiserta perubahan
berat badan.
Masa kehamilan seseorang
dibagi menjadi III trisemester, dimana trismester ke I berlangsungdalam 12
minggu, trismester ke II 15 minggu (minggu ke 13 hingga ke 27)dan trismester ke
III 13 minggu (minggu ke 28 hingga ke 40 minggu).
Kehamilan matur (cukup bulan) berlangsung kira-kira
40 minggu (280 hari) dan tidak lebih dari 43 minggu (300 hari). Kehamilan yang
berlangsung antara 28 dan 36 minggu disebut kehamilan prematur, sedangkan kehamilan lebih dari 43 minggu disebut
kehamilan postmatur.
Tanda
yang paling sering muncul bagi ibu-ibu adalah, mual-mual dan muntah. Ini yang dinamakan
dibidang kedokteran dengan istilah “Morning
Sickness”. Umumnya terjadi pada kehamilan kurang dari 12 minggu trimester I
maupun sampai pada akhir trimester II, tetapi ada pula (12%) yang mengalami
hingga 9 bulan kehamilan.
Mual-muntah merupakan
sesuatu yang wajar jika dialami pada usia kehamilan 8 hingga 12 minggu. Pada keadaan
normal, mual-muntah berangsur membaik saat usia kehamilan 16 minggu. Tapi
sekitar (12%) ibu hamil masih mengalami mual hingga 9 bulan kehamilannya.
Mual muntah yang berlebihan sehingga tidak ada makanan
atau minuman yang masuk ke tubuh, disebut hiperemesis
gravidarum. Keadaan ini dibagi 3 tingkatan. Tingkat 1, muntah terjadi terus
menerus hingga ibu hamil merasa lemas, tidak nafsu makan, BB turun, dan nyeri
ulu hati. Tingkat 2, keadaan ibu semakin lemah, apatis, kulit keriput, mata
cekung, bau aseton pada napas. Sedangkan tingkat 3, kesadaran ibu bisa menurun
bahkan bisa sampai koma. Peristiwa hiperemesis
gravidarum ini sudah tak wajar karena bisa membuat ibu kekurangan cairan
yang juga tak menguntungkan janin. Akibat dehidrasi, maka aliran darah ke janin
pun ikut berkurang.
Sekitar
(60-80%) ibu primigravida mengaku
pernah mengalami mual muntah. Sedangkan pada ibu multigravida, kejadian mual muntah yang terjadi adalah sekitar (40-60%).
Mual dan muntah yang paling sering terjadi adalah pada trimester pertama
kehamilan, namun sekitar (12%) ibu hamil masih mengalaminya hingga 9 bulan.
Wanita hamil yang mengalami mual muntah kebanyakan
tidak mengetahui cara mengatasi keluhan mual muntah. Saat keluhan itu datang,
mereka hanya membiarkannya saja dan tetap melakukan aktivitasnya. Wanita hamil
lainnya mengetahui cara mengatasi mual muntah, namun hanya sebatas meminum
ramuan tradisional seperti sari jahe (ginger
root extract). Apabila keluhan tersebut sudah mengganggu aktivitas, mereka
akan pergi ke Rumah sakit, Klinik atau Puskesmas terdekat. Dalam upaya mencegah
dampak buruk pada masa kehamilan, seperti (hiperemesis
gravidarum), diperlukan perilaku yang mendukung menuju perubahan yang lebih
baik, khususnya bagi ibu primigravida.
Dari
hasil riset, sebanyak (50-90 %) ibu yang akan mengalami mual dan muntah pada
trimester awal kehamilan (0-12 minggu). Penyebab rasa mual dan muntah yang
berlebihan ini belum diketahui secara pasti. Sejumlah faktor yang sering
disebut-sebut adalah perubahan metabolis, alergi, psikologi, dan ada juga
kehamilan ganda. Tingkat keluhan mual pun bervariasi hingga ada yang mengalami
kesulitan makan (hiperemesis gravidarum).
Bila cadangan tersebut berkurang akibat mual-muntah
yang berlebihan, maka asupan bagi janin pun akan berkurang sehingga bisa
terjadi gangguan pertumbuhan.
Kasus mual muntah tingkat 3 dimana ibu
sampai kehilangan kesadaran akibat mual muntah pada saat ini jarang terjadi. Jika
dokter sudah menegakkan diagnosa hiperemesis maka terapi yang dilakukan adalah
pengobatan dengan cairan. Sistem tubuh ibu hamil pun akan normal kembali,
sehingga tidak sampai mengakibatkan gangguan kesadaran.
Mual-mual
pada ibu hamil bertanda baik karena berarti janinnya tumbuh. Malah jika tidak mual-mual,
kemungkinan keguguran naik tiga kali. Mual muntah muncul sebagai akibat upaya
sang janin untuk mencegah pengguguran dirinya. Selama mual pagi memuncak, janin
memproduksi hormon chorionic (HCG). Hormon ini merangsang indung telur
untuk mengeluarkankan (hormon
progresterone). Dan progresterone
inilah yang menjamin kandungan ibu tetap sehat, namun dapat pula membuat ibu
merasa sakit. Jadi, sebenarnya semua ini baik bagi sijanin tetapi belum tentu
enak bagi sang ibu. Dari sudut pandang evolusioner,
akan lebih baik kalau sijanin gugur pada umur pada saat muda, asal tidakmembahayakan
ibu.
Subscribe to:
Posts (Atom)