This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Saturday, 28 September 2013

Manajemen Kebidanan Pada Ibu Bersalin Dengan perlukaan Jalan Lahir Tingkat II Di BPK Rumah Sakit Umum



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang.
Berdasarkan penelitian WHO (Woldh Health Organization) di seluruh dunia terdapat kematian ibu sebesar 500.000 jiwa / tahun  dan kematian bayi khususnya neonatus sebesar 10.000.000 jiwa/tahun. Kematian maternal dan bayi tersebut terjadi terutama di Negara berkembang sebesar 99 %. Walaupun jumlah sangat besar, yang menarik perhatian karena kejadian tersebar  (Sporadis), berbeda dengan kematian yang terjadi akibat banjir, tanah longsor, bencana alam lainnya atau korban kecelakaan. Sebenarnya kematian ibu dan bayi mempunyai  peluang yang sangat besar untuk dihindari dengan meningkatkan kerja sama antara pemerintah dan swasta serta badan pemerintah lainnya ().
Angka Kematian Ibu  (AKI)  mengalami penurunan  dari 421 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1992 menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1998-2003.   Angka Kematian Ibu ( AKI) di Indonesia masih merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara  yaitu 334 per 100.000 kelahiran hidup tahun  2005. penyebab utama kematian ibu di Indonesia adalah pendarahan sebesar 42 %, 4 - 5% diantaranya  karena perlukaan jalan lahir tingkat II. ).
Untuk propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Hasil laporan  Kabupaten /kota pada tahun 2007 ibu yang bersalin berjumlah 73,592 orang, terjadi kasus pendarahan  565 orang dan meninggal 55 orang (0,07%) kasus perlukaan jalan lahir   69 orang yang meninggal 13 orang (0,02%). serta ibu meninggal karena sebab lain ada 83 orang (0,1 %). ()
Di Kabupaten .Angka Kematian Ibu (AKI) Dari Januari sampai bulan Desember  2012 adalah 21 orang dari 7955  kelahiran hidup ( .). Di BPK Rumah Sakit Umum . dari 1702 orang ibu bersalin terdapat 236 orang (13,8 %) perlukaan  jalan lahir. Dari 236 orang terdapat    2 orang yang meninggal ( 0,8 %)  di BPK Rumah Sakit Umum. (Data rekam medic RSU .)

Konsep Dasar Perlukaan Jalan lahir Tingkat II



1.   Pengertian
Perlukaan jalan lahir tingkat  II adalah pendarahan yang terjadi setelah bayi lahir dengan perlukaan jalan lahir mencapai dinding belakang vagina, kulit perineum dan  otot perineum.
2.   Etiologi
a.       Primigravida
b.      Partus Presipitatus
c.       Kepala janin terlalu cepat lahir
d.      Kepala janin besar dan janin besar
e.        Letak sungsang
f.       Presentasi defleksi (Dahi dan muka)
g.      Pimpinan persalinan yang salah
h.      Pada obstetric operasi pervagina, ektraksi vakum, ektraksi forsep
Perlukaan Jalan Lahir dibagi atas 4 tingkat:
a)      Perlukaan Jalan Lahir Tingkat I adalah apabila hanya kulit perenium dan mukosa vagina yang robek.
b)      Perlukaan Jalan Lahir Tingkat II adalah dinding belakang vagina dan jaringan ikat yang menghubungkan otot perineum.
c)      Perlukaan Jalan Lahir Tingkat III adalah robekan  yang mengenai otot  sfingterani ekternum
d)      Perlukaan Jalan Lahit Tingkat IV adalah robekan yang mengenai dinding rectum anterior.
3.   Patofisiologi
Robekan perineum terjadi hampir pada semua persalinan pertama atau tidak jarang pula pada persalinan selanjutnya. Robekan ini dapat dihindarkan dengan menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan cepat, sebaiknya kepala janin jangan ditekan terlampau kuat dan lama, karena akan menimbulkan asfeksia dan pendarahan dalam tengkorak janin serta melemahkan otot-otot pada  dasar panggul karena perenggangan perineum terlalu lama.  
           Robekan jalan lahir umumnya garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin terlalu cepat lahir, sudut arkus pubis lebih kecil dari biasa sehingga kepala janin terpaksa lahir lebih kebelakang dari biasanya, kepala janin melewati pinto bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar dari pada sirkumferensia sub oksipito-bregmatika, atau janin dilahirkan dengan pembedahan pervaginan

4.   Gejala
a. Timbulnya pendarahan banyak dalam waktu singkat
b. Nadi dan pernafasan menjadi lebih cepat.
c. Gejala baru timbul pada kehilangan darah 20%
d. Menimbulkan syok.  
5.   Mencegah
           Mencegah atau sekurang-kurangnya bersiap pada kasus-kasus yang disangka akan terjadi pendarahan adalah penting. Tindakan pencegahan tidak saja dilakukan sewaktu bersalin, namun sudah dimulai sejak wanita hamil dengan ante natal care yang baik. Kasus-kasus yang ada predisposisi atau riwajat akan terjadi perdarahan postpartum sangat dianjurkan untuk bersalin di rumah sakit. Di rumah sakit diperiksa keadaan umum, keadaan fisik, Kadar Hb. Golongan darah dan bila mungkin tersedia donor darah. Sambil mengawai persalianan dipersiapkan keperluan untuk infus dan obat-obatan penguat rahim (Uterus Tonikum)  Setelah kutuban pecah kepala janin mulai membuka vulva. infus dipasang dan setelah bayi lahir diberikan 1 ampul methergin atau kombinasi dengan 5 satuan sintosinon (sintometrin intravena). Hasilnya biasanya memuaskan.
6.   Komplikasi
a.    Retensio Plasenta
b.   Inversio Uteri
7.   Penanganan
Penjahitan laserasi pada perlukaan jalan lahir tingkat II.
a.       Cuci tangan secara seksama dan gunakan sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril.
b.      Pastikan bahwa peralatan dan bahan-bahan yang digunakan untuk melakukan penjahitan sudah didesinfeksi tingkat tinggi atau steril.
c.       Setelah diberikan anesthesia lokal dan memestikan bahwa derah tersebut telah anesthesia, telusuri dengan hati hati mengunakan satu jari untuk secara jelas menentukan batas-batas luka.
d.      Buatlah jahitan kurang lebih 1 cm diatas ujung laserasi dibagian dalam vagina. Setelah melakukan tusukan pertama, buat ikatan dan potong pendek benang.
e.       Tutup mukosa vagina dengan jahitan jelujur, jahit kebawah dan keatas cincin hymen.
f.       Tepat sebelum cincin himen, masukan jarum kedalam mukosa vagina lalu kebawah cincin himen sampai jarum ada dibawah laserasi. Periksa antara jarum di perinium dan bagian atas laserasi dan perhatikan seberapa dekat jarum ke puncak luka.
g.      Teruskan kearah bawah tetapi tetap pada luka, mengunakan jahitan jelujur, hingga mencapai bagian bawah laserasi. Pastikan bahwa jarak setiap jahitan sama dan otot yang terluka telah di jahit.
h.      Setelah mencapai ujung laserasi, arahkan jarum ke atas dan teruskan panjahitan, mengunakan jelujur untuk menutut lapisan subkutikuler dan jahitan ini akan menjadi jahitan lapis ke dua da periksa lubang bekas jarum. Jahitan lapisan kedua ini akan meninggalkan luka yang tetap terbuka berukuran 0.5 cm atau kurang, luka ini akan menutup dengan sendirinya pada saat penyembuhan luka.
i.        Tusukan jarum dari robekan perinium ke dalam vagina, jarum harus keluar dari belakang cincin himen.
j.        Ikat benang dengan membuat simpul di dalam vagina potong ujung benang  dan sisakan sekitar 1,5 cm, Jika ujung benang dipotong terlalu pendek   simpul akan longgar dan laserasi akan membuka.
k.      Ulang pemeriksaan vagina dengan lembut untuk memastikan bahwa tidak ada kasa atau peralatan yang tertinggal didalam.
l.        Dengan lembut masukan jari paling kecil ke anus, raba apakah ada jahitan pada rectum. Jika ada jahitan yang teraba ulangi pemeriksaan rectum selama 2 minggu pasca persalinan.
m.    Cuci daerah genital dengan lembut dengan sabun dan air desinfektan tingkat tinggi, kemudian keringkan. Bantu ibu cari posisi yang lebih nyaman.
n.      Nasehati ibu untuk menjaga perineum.
1)      Menjaga periniumnya agar selalu bersih dan kering.
2)      Menghindari penggunaan obat-obetan tradisional pada periniumnya.
3)      Cuci periniumnya dengan sabun dan air bersih yang mengalir tiga sampai 4 kali sehari.
4)      Kembali dalam seminggu untuk memeriksa penyembuhan lukanya. Ibu kembali lebih awal jika ia mengalami demam atau mengeluarka cairan yang berbau busuk dari lukanya atau jika daerah tersebut menjadi nyeri ()
o.      Perawatan Pasca Tindakan Perlukaan jalan lahir tingkat II
1)      Berikan antibiotika propolaksis dengan dosis
-          Ampisillin 500 mg per oral
-          Metronidazol  500 mg per oral
2)      Observasi tanda-tanda infeksi
3)      Jangan melakukan pemeriksaa rectal atau enema selama 2 minggu.
4)      Berikan pelembut Faeses selama seminggu per oral ()

Konsep Dasar Pnemonia Kongenital



1.      Pengertian
Pnemonia Kongenital harus dicurigai kalau kutuban pecah lama, air ketuban keruh serta berbau dan terdapat kesulitan bernafas pada  saat neonatus itu lahir. Tanda – tanda klinik pada pemeriksaan paru, misalnya ronki, tidak selamanya ada. Diagnogsis dibuat dengan pemeriksaan radiologi thorax, yang harus segera dilakukan.
2.      Etiologi Pnemonia Kongenital
a.       Terhirup Likuar amni yang septic
b.      Disebabkan kuman,Pnemokokkus Haemopillis influienza,oleh virus, oleh bakteri E.Coli, Enterokokus, proteus, pseudomonas ()
3.      Patofisiologi Pnemonia Kongenital
         Bayi tidak memperoleh oksigen yang cukup (gawat janin) kekurangan oksigen dapat menyebabkan gerakan usus  dan membuat relaksasi otot anus dengan demikian bayi mengeluarkan mukonium, seorang bayi dapat kemasukan  mukonium  kedalam  paru-paru selama didalam rahim  atau
mukonium masuk ke paru – paru sewaktu bayi memulai pernafasan begitu lahir, tersedak mukonium dapat menyebabkan Pnemonia Kongenital dan kematian bayi. 
4.      Gejala
         Gejala Pneumonia Kongenital pada waktu lahir  sangat  menyerupai aspeksia neonatorum, penyakit membrane hialin (pembengkakan membrane hialin) atau pendarahan intrakanial (Pendarahan di trakenal). Diagnosa yang tepat sangat sulit. penting diperhatikan adanya kemungkinan infeksi.
5.      Klasifikasi Pnemonia
a.      Pnemonia congenital
Pnemonia Kongenital harus dicurigai kalau ketuban pecah lama, air ketuban keruh serta berbau dan terdapat kesulitan bernafas pada saat  neonatus itu lahir. tanda – tanda klinik pada pemeriksaan paru, misalnya ronki, tidak selamanya ada. Diagnogsis dibuat dengan pemeriksaan radiologi thorax, yang harus segera dilakukan.
b.      Pnemonia Airborn Infektion
Patogenesis penyakit ini sama dengan pathogenesis bronkopneumonia pada bayi yang lebih tua. biasanya infeksi terjadi karena berhubungan dengan orang dewasa yang menderita infeksi saluran pernafasan. pengobatan yang dilakukan sama dengan bronkopneumonia yang lain.
c.       Pnemonia Aspirasi
Penyakit ini merupakan sebab utama kematian bayi berat badan lahir rendah (BBLR). Hal ini disebabkan karena pada saat diberikan makanan per orang sakit dimulai, terjadi aspirasi karena reflek menelan dan reflek batuk belum sempurna. pneumonia aspirasi ini harus dicurigai bila bayi BBLR tiba – tiba menunjukan gejala letargia, amoreksia, berat badan tiba-tiba turun dan kalau terdapat serangan apnea. Diangnosa dapat dibuat dengan pemeriksaan radiologi torax.
d.      Pnemonia Stafilokokus
Pnemonia ini terutama terjadi pada neonatus yang lahir dirumah sakit. mula-mula terdapat infeksi stafilokokos pada suatu tempat dibadan, kemudian terjadi penyebaran ke paru paru sehingga terjadi pneumonia atau piotorax. Proses ini terjadi dengan cepat menjadi buruk, pengobatan terdiri atas pemberian antibiotika yang efektif terhadap stafilokokus misalnya kloksasilin, dan sepalospoprin, sedangkan pengobatan lain sesuai dengan pengobatan bronkopnemonia yang lainnya.
6.      Penanganan
a.    Jika bayi menangis dan bernafas normal maka lakukan, potong tali pusat dengan cepat, tidak diikat dan tidak diberikan apapun, lanjut kelangkah c.
b.   Jika Megap-megap atau tidak bernafas, Buka mulut bayi lebar-lebar, usap muka dan isap lender, potong tali pusat dengan cepat, tidak diikat dan tidak diberikan apapun.
c.    Jaga bayi tetap hangat
1)      Letakan bayi diatas kain yang ada di atas perut ibu.
2)      pindahkan bayi keatas kain tempat resusitasi.
d.   Atur posisi kepala  bayi
1)      Baringkan bayi telentang dengan kepala di dekap penolong.
2)      Ganjal bahu agar kepala sedikit ekstensi.
e.    Isap lendir
Gunakan alat penghisap lendir DeLee dengan cara.
1)       Isap lendir mulai dari mulut dulu, kemudian dari hidung.
2)       Lakukan penghisapan ketika alat penghisap ditarik keluar, tidak pada waktu dimasukan.
3)       Jangan melakukan penghisapan terlalu dalam jangan lebih dari 5 Cm ke dalam mulut atau lebih ke dalam hidung. hal ini dapat menyebabkan denyut jantung bayi menjadi lambat atau bayi berhenti bernafas.
f.     Keringkan dan rangsang bayi
1)      Keringkan bayi mulai dari muka kepala dan bagian tubuh lainnya dengan sedikit tekanan.
2)      Lakukan rangsangan taktil dengan beberapa cara dibawah ini .
a)       Menepuk/menyentil telapak kaki atau,
b)          Menggosok punggung /perut/dada/tungkai bayi dengan telapak tangan.
g.    Atur kembali posisi kepala bayi dan selimuti bayi.
1)      Ganti kain yang telah basah dengan kain kering dibawahnya.
2)      Selimuti bayi dengan kain kering tersebut, jangan menutup muka dan dada agar bisa memantau pernafasan bayi.
Atur kembali posisi kepala bayi sehingga kepala sedikit ektensi. ()