Tuesday, 9 April 2013
Pelaksanaan Mobilisasi
14:22
No comments
Menurut Aliahani
(2010) pelaksanaan mobilisasi dini pada ibu post secsio caesaria terdiri dari:
a. Hari ke 1 :
1)
Berbaring miring ke kanan dan
ke kiri yang dapat dimulai sejak 6-10 jam setelah penderita / ibu sadar.
2)
Latihan pernafasan dapat
dilakukan ibu sambil tidur terlentang sedini mungkin setelah sadar.
b. Hari ke 2 :
1)
Ibu dapat duduk 5 menit dan
minta untuk bernafas dalam-dalam lalu menghembuskannya disertai batuk- batuk
kecil yang gunanya untuk melonggarkan pernafasan dan sekaligus menumbuhkan
kepercayaan pada diri ibu/penderita bahwa ia mulai pulih.
2)
Kemudian posisi tidur
terlentang dirubah menjadi setengah duduk
3)
Selanjutnya secara
berturut-turut, hari demi hari penderita/ibu yang sudah melahirkan dianjurkan belajar duduk
selama sehari,
c. Hari ke 3 sampai 5:
1) Belajar
berjalan kemudian berjalan sendiri pada hari setelah operasi.
2) Mobilisasi secara
teratur dan bertahap serta diikuti dengan istirahat dapat membantu penyembuhan
ibu.
Sedangkan menurut Gallagher, (2004) dalam
Handiyani (2009) prosedur pelaksanaan mobilisasi terdiri dari:
a. Hari 1 – 4
1) Membentuk lingkaran dan
meregangkan telapak kaki
Ibu berbaring
di tempat tidur, kemudian bentuk gerak lingkaran dengan telapak kaki satu demi
satu. Gerakan itu seperti sedang menggambar sebuah lingkaran dengan ibu jari
kaki ibu ke satu arah, lalu ke arah lainnya. Kemudian regangkan masing-masing
telapak kaki dengan cara menarik jari-jari kaki ibu ke arah betis, lalu
balikkan ujung telapak kaki ke arah sebaliknya sehingga ibu merasakan otot
betisnya berkontraksi. Lakukan gerakan ini dua atau tiga kali sehari.
2) Bernafas dalam-dalam.
Berbaring dan
tekukkan kaki sedikit. Tempatkan kedua tangan ibu di bagian dada atas dan tarik
nafas. Arahkan nafas itu ke arah tangan ibu, lalu tekanlah dada saat ibu
menghembuskan nafas. Kemudian tarik nafas sedikit lebih dalam. Tempatkan kedua
tangan di atas tulang rusuk, sehingga ibu dapat merasakan paru – paru mengembang,
lalu hembuskan nafas seperti sebelumnya. Cobalah untuk bernafas lebih dalam
sehingga mencapai perut. Hal ini akan merangsang jaringan-jaringan di sekitar
bekas luka. Sangga insisi ibu dengan cara menempatkan kedua tangan secara
lembut di atas daerah tersebut. Kemudian, tarik dan hembuskan nafas yang lebih
dalam lagi beberapa kali. Ulangi sebanyak tiga atau empat kali (Handiyani,
2009).
3) Duduk tegak
Tekuk lutut
dan miring ke samping. Putar kepala ibu dan gunakan tangan-tangan ibu untuk
membantu dirinya ke posisi duduk. Saat melakukan gerakan yang pertama, luka
akan tertarik dan terasa sangat tidak nyaman, namun teruslah berusaha dengan
bantuan lengan sampai ibu berhasil duduk. Pertahankan posisi itu selama beberapa
saat. Kemudian, mulailah memindahkan berat tubuh ke tangan , sehingga ibu dapat
menggoyangkan pinggul ke arah belakang. Duduk setegak mungkin dan tarik nafas
dalam – dalam beberapa kali, luruskan tulang punggung dengan cara mengangkat
tulang-tulang rusuk. Gunakan tangan ibu untuk menyangga insisi. Cobalah batuk 2
atau 3 kali.
4) Bangkit dari tempat tidur
Gerakkan tubuh
ke posisi duduk. Kemudian gerakkan kaki pelan – pelan kesisi tempat tidur.
Gunakan tangan ibu untuk mendorong ke depan dan perlahan turunkan telapak-telapak
kaki ibu ke lantai. Tekanlah sebuah bantal dengan ketat di atas bekas luka ibu
untuk menyangga. Kemudian, cobalah bagian atas tubuh ibu. Cobalah meluruskan seluruh
tubuh lalu luruskan kaki-kaki ibu.
5) Berjalan
Dengan bantal
tetap tertekan di atas bekas luka, berjalanlah ke depan. Saat berjalan usahakan
kepala tetap tegak, bernafas lewat mulut. Teruslah berjalan selama beberapa
menit sebelum kembali ke tempat tidur (Handiyani, 2009).
6) Berdiri dan meraih
Duduklah di
bagian tepi tempat tidur, angkat tubuh hingga berdiri. Pertimbangkanlah untuk
mengontraksikan otot-otot punggung agar dada mengembang dan meregang. Cobalah
untuk mengangkat tubuh, mulai dari pinggang perlahan-lahan, melawan dorongan
alamiah untuk membungkuk, lemaskan tubuh ke depan selama satu menit.
7) Menarik perut
Berbaringlah
di tempat tidur dan kontraksikan otot – otot dasar pelvis, dan cobalah untuk
menarik perut. Perlahan-lahan letakkan kedua tangan di atas bekas luka dan berkontraksilah
untuk menarik perut menjauhi tangan ibu. Lakukan 5 kali tarikan, dan lakukan 2
kali sehari.
8) Saat menyusui
Tarik perut
semabari menyusui. Kontraksikan otot-otot perut selama beberapa detik lalu
lemaskan.lakukan 5 sampai 10 kali setiap kali ibu menyusui.
b. Hari 4 – 7
1) Menekuk pelvis
Kontraksikan
abdomen dan tekan punggung bagian bawah ke tempat tidur. Jika dilakukan dengan
benar pelvis akan menekuk. Lakukan 4 hingga 8 tekukan selama 2 detik.
2) Meluncurkan kaki
Berbaring
dengan lutut tertekuk dan bernafaslah secara normal, lalu luncurkan kaki di
atas tempat tidur, menjauhi tubuh. Seraya mendorong tumit, ulurkan kaki,
sehingga ibu akan merasakan sedikit denyutan di sekitar insisi. Lakukan 4 kali
dorongan untuk satu kaki.
3) Sentakan pinggul
Berbaringlah
di atas tempat tidur, tekukkan kaki ke atas dan rentangkan kaki yang satu lagi.
Lakukan gerakan menunjuk ke arah jari-jari kaki. Dorong pinggul pada sisi yang
sama dengan kaki yang tertekuk ke arah bahu, lalu lemaskan. Dorong kaki
menjauhi tubuh dengan lurus. Lakukan 6 hingga 8 pengulangan untuk masing –
masing tubuh.
4) Menggulingkan lutut
Berbaring di
tempat tidur , kemudian letakkan tangan di samping tubuh untuk menjaga
keseimbangan. Perlahan-lahan gerakkan kedua lutut ke satu sisi. Gerakkan lutut
hingga bisa merasakan tubuh ikut berputar. Lakukan 3 kali ayunan lutut ke
masing-masing sisi. Akhiri dengan meluruskan kaki.
5) Posisi jembatan
Berbaringlah
di atas tempat tidur dengan kedua lutut tertekuk. Bentangkan kedua tangan ke
bagian samping untuk keseimbangan. Tekan telapak kaki ke bawah dan perlahan-lahan
angkat pinggul dari tempat tidur. Rasakan tulang tungging terangkat. Lakukan
gerakan ini 5 kali sehari.
6) Posisi merangkak
Perlahan-lahan
angkat tubuh dengan bertopang kedua tangan dan kaki diatas tempat tidur. Saat
ibu dapat mempertahankan posisi merangkak tanpa merasa tak nyaman sedikitpun,
ibu dapat menambah beberapa gerakan dalam rangkaian ini. Tekan tangan dan kaki
di tempat tidur, dan cobalah untuk melakukan gerakan yang sama dengan sentakan
pinggul, sehingga pinggul terdorong ke arah bahu. Jika melakukan gerakan ini
dengan benar, ibu akan merasa seolah-olah menggoyang- goyangkan ekor. Lakukan
gerakan ini 5 kali sehari (Handiyani, 2009).
Mobilisasi Dini Ibu Post Partun Dengan Tindakan Sectio Caesaria
14:19
No comments
1. Pengertian
Mobilisasi adalah suatu
pergerakan dan posisi yang akan melakukan suatu aktivitas atau kegiatan.
Menurut Carpenito (2000) dalam
Wirnata (2010), mobilisasi
merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas dan merupakan faktor
yang menonjol dalam mempercepat pemulihan pasca bedah; mobilisasi dini
merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis karena hal itu
esensial untuk mempertahankan kemandirian. Dengan demikian mobilisasi dini
adalah suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara
membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologi. Soelaiman, dalam Wirnata
(2010) menjelaskan bahwa mobilisasi
dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing penderita keluar
dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin berjalan.
Mobilisasi post sectio caesarea adalah suatu pergerakan, posisi atau adanya kegiatan yang
dilakukan ibu setelah beberapa jam melahirkan dengan persalinan caesarea. Untuk mencegah
komplikasi post operasi secsio caesarea ibu harus segera dilakukan mobilisasi sesuai dengan
tahapannya. Oleh karena setelah mengalami secsio caesarea, seorang ibu disarankan tidak malas untuk bergerak pasca operasi
seksio sesarea, ibu harus mobilisasi cepat. Semakin cepat bergerak itu semakin
baik, namun mobilisasi harus tetap dilakukan secara hati-hati (Wirnata, 2010).
Mobilisasi dini dapat
dilakukan pada kondisi pasien yang membaik. Pada pasien post operasi secsio caesarea
6 jam pertama dianjurkan untuk segera menggerakkan anggota tubuhnya. Gerak
tubuh yang bisa dilakukan adalah menggerakkan lengan, tangan, kaki dan
jari-jarinya agar kerja organ pencernaan segera kembali normal (Kasdu, 2003).
2. Tujuan
Mobilisasi
Menurut Dudes dalam
Fitriyahsari (2009) tujuan daripada mobilisasi adalah untuk:
a. Mempertahankan fungsi tubuh
b. Memperlancar peredaran darah
c. Membantu pernafasan menjadi lebih baik
d. Mempertahankan tonus otot
e. Memperlancar eliminasi alvi dan urine
f. Mengembalikan aktivitas tertentu, sehingga pasien dapat kembali
normal dan atau dapat memenuhi kebutuhan gerak harian.
g. Memberikan kesempatan perawat dan pasien berinteraksi atau
berkomunikasi.
Menurut Handiyani (2009) Tujuan mobilisasi adalah memenuhi kebutuhan dasar
(termasuk melakukan aktifitas hidup sehari-hari dan aktifitas rekreasi),
mempertahankan diri (melindungi diri dari trauma), mempertahankan konsep diri,
mengekspresikan emosi dengan gerakan tangan non verbal.
3. Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Mobilisasi
Mobilisasi sangat
dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem otot, skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf
(Handiyani, 2009).
Potter & Perry (2006)
dalam Handiyani (2009) menjelaskan bahwa mobilisasi dipengaruhi oleh Faktor fisiologis
yaitu: frekuensi penyakit atau operasi dalam 12 bulan terakhir, tipe penyakit,
status kardiopulmonar, status musculo skeletal, pola tidur, keberadaan nyeri,
frekuensi aktifitas dan kelainan hasil laboratorium. Faktor emosional yaitu:
faktor emosional yang mempengaruhi mobilisasi adalah suasana hati, depresi,
cemas, motivasi, ketergantungan zat kimia, dan gambaran diri. Faktor
perkembangan yaitu: usia, jenis kelamin, kehamilan, perubahan masa otot karena
perubahan perkembangan, perubahan sistem skeletal.
4. Manfaat
Mobilisasi
Pada sistem kardiovaskuler
dapat meningkatkan curah jantung, memperbaiki kontraksi miokardial, kemudian
menguatkan otot jantung, menurunkan tekanan darah, memperbaiki aliran balik
vena; pada sistem respiratori meningkatkan frekuensi dan kedalaman pernafasan,
meningkatkan ventilasi alveolar, menurunkan kerja pernafasan, meningkatkan
pengembangan diafragma; pada sistem metabolik dapat meningkatkan laju
metabolisme basal, meningkatkan penggunaan glukosa dan asam lemak, meningkatkan
pemecahan trigliseril, meningkatkan mobilitas lambung, meningkatkan produksi
panas tubuh, pada sistem muskuloskletal memperbaiki tonus otot, meningkatkan
mobilisasi sendiri, memperbaiki toleransi otot untuk latihan, mungkin
meningkatkan masa otot; pada sistem toleransi otot, meningkatkan toleransi, mengurangi
kelemahan, meningkatkan toleransi terhadap stres, perasaan lebih baik, dan berkurangnya
penyakit (Potter, 2006).
5. Tahap-Tahap
Mobilisasi
Mobilisasi dini dilakukan
secara bertahap. Tahap- tahap mobilisasi dini pada ibu post operasi secsio caesarea (Kasdu,2003):
a. 6 jam pertama
Ibu post secsio caesaria istirahat
tirah baring, mobilisasi dini yang bisa dilakukan adalah menggerakkan lengan,
tangan, menggerakkan ujung jari kaki dan memutar pergelangan kaki, mengangkat
tumit, menegangkan otot betis serta menekuk dan menggeser kaki.
b. 6-10 jam
Ibu diharuskan
untuk dapat miring kekiri dan kekanan mencegah trombosis dan trombo emboli. Makan dan minum di bantu, mengangkat tangan,
mengangkat kaki, menekuk lutut, mengeser badan.
c. Setelah 24 jam ibu
dianjurkan untuk dapat mulai belajar untuk duduk. Dapat mengangkat tangan setinggi mungkin, balik kekiri dan kekanan tanpa
bantuan, latihan penafasan serta makan dan minum tanpa dibantu.
d. Setelah ibu dapat
duduk, dianjurkan ibu belajar berjalan.
Sectio Caesaria
13:58
No comments
1. Pengertian
Menurut Prawirohardjo (2005) sectio
caesaria adalah suatu
persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui insisi pada dinding perut dan
dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas
500 gram. Bobak (2004) menjelaskan bahwa sectio caesarea merupakan suatu
tindakan pembedahan untuk melahirkan janin dengan kelahiran janin melalui
insisi transabdomen atau membuka dinding perut (laparatomi) dan dinding
uterus (histerektomi). Sejalan dengan teori diatas Manuaba (2002) juga
menjelaskan persalinan sectio caesaria adalah persalinan melalui sayatan pada
dinding abdomen dan uterus yang masih utuh dengan berat
janin > 1.000 gr atau umur kehamilan > 28 minggu.
2. Keuntungan dan Kerugian Sectio Caesaria
Sebelum keputusan
untuk melakukan tindakan sectio caesaria diambil, harus dipertimbangkan secara
teliti dengan resiko yang mungkin terjadi. pertimbangan tersebut harus
berdasarkan penilaian pra bedah secara lengkap yang mengacu pada syarat-syarat
pembedahan dan pembiusan dalam menghadapi kasus gawat darurat (Saifuddin,
2002).
Tindakan secsio caesaria memang memiliki
keuntungan dan kerugian. Keuntungannya antara lain adalah proses melahirkan memakan waktu yang lebih
singkat, rasa sakit minimal, dan tidak mengganggu atau melukai jalan lahir. Sedangkan kerugian
tindakan ini dapat menimpa baik ibu maupun bayi yang dikandungnya. Kerugian
yang dapat menimpa ibu antara
lain (Sunaryo, 2008):
a. Risiko kematian empat kali lebih
besar dibanding persalinan normal.
b. Darah yang dikeluarkan dua kali
lipat dibanding persalinan normal.
c. Rasa nyeri dan penyembuhan luka
pascaoperasi lebih lama dibandingkan persalinan normal.
d. Jahitan bekas operasi berisiko
terkena infeksi sebab jahitan itu berlapis-lapis dan proses keringnya bisa
tidak merata.
e. Perlekatan organ bagian dalam
karena noda darah tak bersih.
f. Kehamilan dibatasi dua tahun
setelah operasi.
g. Harus dicaesar lagi saat
melahirkan kedua dan seterusnya.
h. Pembuluh darah dan kandung kemih
bisa tersayat pisau bedah.
i. Air ketuban masuk pembuluh darah
yang bisa mengakibatkan kematian mendadak saat mencapai paru-paru dan jantung.
Sedangkan kerugian yang dapat
menimpa bayi antara lain
:
a. Risiko kematian 2-3 kali
lebih besar dibandingkan dengan bayi yang lahir melalui proses persalinan
biasa.
b. Cenderung mengalami sesak
napas karena karena cairan dalam paru-parunya tidak keluar. Pada bayi yang
lahir normal, cairan itu keluar saat terjadi tekanan.
c. Sering mengantuk karena
obat penangkal nyeri yang diberikan kepada sang ibu juga mengenai bayi
(Widjarnako, 2008).
4. Komplikasi Sectio Caesaria
Komplikasi akibat section caesaria antara lain (Wiknjosastro,
2005):
a. Infeksi
puerperal ( nifas )
Infeksi post
operasi terjadi apabila sebelum keadaan pembedahan sudah ada gejala–gejala infeksi
intra parfum atau ada faktor – faktor yag merupakan gejala infeksi.
1) Infeksi
bersifat ringan : kenaikan suhu beberapa hari saja.
2) Infeksi
bersifat sedang : dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dengan dehidrasi
dan perut sedikit kembung.
3) Infeksi
bersifat berat : dengan peritonitis septis ileus paralitik, hal ini sering kita
jumpai pada partus terlambat, dimana sebelumnya telah terjadi infeksi
intraportal karena ketuban yang telah lama.
b. Perdarahan
Rata-rata darah
hilang akibat secsio caesaria 2 kali lebih banyak dari pada yang hilang dengan
kelahiran melalui vagina. Kira-kira 800–1000 ml yang disebabkan oleh banyaknya
pembuluh darah yang terputus dan terbakar, atonia uteri dan pelepasan pada plasenta.
c. Emboli pulmonal
Terjadi karena
penderita dengan insisi abdomen kurang dapat mobilisasi di bandingkan dengan
melahirkan melalui vagina ( normal ).
d. Luka kandung
kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila reperitoialisasi terlalu tinggi.
e. Kemungkinan
rupture uteri spontan pada kehamilan mendatang.
Menurut Mansjoer (2001) komplikasi yang dapat terjadi pada ibu akibat
sectio caesaria antara lain: infeksi puerperalis, luka pada kandung kencing,
embolisme paru-paru dan ruptura uteri. Saifuddin (2002) menjelaskan bahwa
masalah yang dapat dialami sewaktu pembedahan sectio caesaria adalah terjadinya
perdarahan yang terus berlanjut sehingga harus dikaji ulang prinsip perawatan
pasca bedah.
5. Indikasi Sectio Caesaria
Indikasi
Sectio Caesaria antara lain (Hanafiah,
2007):
1. Placenta
previa sentralis dan lateralis (posterior).
2. Panggul
sempit
3. Dispoporsi
sefalo pelvic.
4. Ruptur
uteri mengancam
5. Partus
lama (prolonged labor)
6. Partus tak
maju
7. Distorsia
servik
8. Pre
eklamsi dan hipertensi
9. Letak lintang
10. Letak
sungsang
Subscribe to:
Posts (Atom)