This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Tuesday, 9 April 2013

Pelaksanaan Mobilisasi



Menurut Aliahani (2010) pelaksanaan mobilisasi dini pada ibu post secsio caesaria terdiri dari:
a.  Hari ke 1 :
1)   Berbaring miring ke kanan dan ke kiri yang dapat dimulai sejak 6-10 jam setelah penderita / ibu sadar.
2)   Latihan pernafasan dapat dilakukan ibu sambil tidur terlentang sedini mungkin setelah sadar.
b.  Hari ke 2 :
1)   Ibu dapat duduk 5 menit dan minta untuk bernafas dalam-dalam lalu menghembuskannya disertai batuk- batuk kecil yang gunanya untuk melonggarkan pernafasan dan sekaligus menumbuhkan kepercayaan pada diri ibu/penderita bahwa ia mulai pulih.
2)   Kemudian posisi tidur terlentang dirubah menjadi setengah duduk
3)   Selanjutnya secara berturut-turut, hari demi hari penderita/ibu yang sudah melahirkan dianjurkan belajar duduk selama sehari,
c.  Hari ke 3 sampai 5:
1) Belajar berjalan kemudian berjalan sendiri pada hari setelah operasi.
2)  Mobilisasi secara teratur dan bertahap serta diikuti dengan istirahat dapat membantu penyembuhan ibu.
Sedangkan menurut Gallagher, (2004) dalam Handiyani (2009) prosedur pelaksanaan mobilisasi terdiri dari:
a.  Hari 1 – 4
1)   Membentuk lingkaran dan meregangkan telapak kaki
Ibu berbaring di tempat tidur, kemudian bentuk gerak lingkaran dengan telapak kaki satu demi satu. Gerakan itu seperti sedang menggambar sebuah lingkaran dengan ibu jari kaki ibu ke satu arah, lalu ke arah lainnya. Kemudian regangkan masing-masing telapak kaki dengan cara menarik jari-jari kaki ibu ke arah betis, lalu balikkan ujung telapak kaki ke arah sebaliknya sehingga ibu merasakan otot betisnya berkontraksi. Lakukan gerakan ini dua atau tiga kali sehari.
2)   Bernafas dalam-dalam.
Berbaring dan tekukkan kaki sedikit. Tempatkan kedua tangan ibu di bagian dada atas dan tarik nafas. Arahkan nafas itu ke arah tangan ibu, lalu tekanlah dada saat ibu menghembuskan nafas. Kemudian tarik nafas sedikit lebih dalam. Tempatkan kedua tangan di atas tulang rusuk, sehingga ibu dapat merasakan paru – paru mengembang, lalu hembuskan nafas seperti sebelumnya. Cobalah untuk bernafas lebih dalam sehingga mencapai perut. Hal ini akan merangsang jaringan-jaringan di sekitar bekas luka. Sangga insisi ibu dengan cara menempatkan kedua tangan secara lembut di atas daerah tersebut. Kemudian, tarik dan hembuskan nafas yang lebih dalam lagi beberapa kali. Ulangi sebanyak tiga atau empat kali (Handiyani, 2009).
3)  Duduk tegak
Tekuk lutut dan miring ke samping. Putar kepala ibu dan gunakan tangan-tangan ibu untuk membantu dirinya ke posisi duduk. Saat melakukan gerakan yang pertama, luka akan tertarik dan terasa sangat tidak nyaman, namun teruslah berusaha dengan bantuan lengan sampai ibu berhasil duduk. Pertahankan posisi itu selama beberapa saat. Kemudian, mulailah memindahkan berat tubuh ke tangan , sehingga ibu dapat menggoyangkan pinggul ke arah belakang. Duduk setegak mungkin dan tarik nafas dalam – dalam beberapa kali, luruskan tulang punggung dengan cara mengangkat tulang-tulang rusuk. Gunakan tangan ibu untuk menyangga insisi. Cobalah batuk 2 atau 3 kali.
4)  Bangkit dari tempat tidur
Gerakkan tubuh ke posisi duduk. Kemudian gerakkan kaki pelan – pelan kesisi tempat tidur. Gunakan tangan ibu untuk mendorong ke depan dan perlahan turunkan telapak-telapak kaki ibu ke lantai. Tekanlah sebuah bantal dengan ketat di atas bekas luka ibu untuk menyangga. Kemudian, cobalah bagian atas tubuh ibu. Cobalah meluruskan seluruh tubuh lalu luruskan kaki-kaki ibu.
5)  Berjalan
Dengan bantal tetap tertekan di atas bekas luka, berjalanlah ke depan. Saat berjalan usahakan kepala tetap tegak, bernafas lewat mulut. Teruslah berjalan selama beberapa menit sebelum kembali ke tempat tidur (Handiyani, 2009).
6)  Berdiri dan meraih
Duduklah di bagian tepi tempat tidur, angkat tubuh hingga berdiri. Pertimbangkanlah untuk mengontraksikan otot-otot punggung agar dada mengembang dan meregang. Cobalah untuk mengangkat tubuh, mulai dari pinggang perlahan-lahan, melawan dorongan alamiah untuk membungkuk, lemaskan tubuh ke depan selama satu menit.
7)  Menarik perut
Berbaringlah di tempat tidur dan kontraksikan otot – otot dasar pelvis, dan cobalah untuk menarik perut. Perlahan-lahan letakkan kedua tangan di atas bekas luka dan berkontraksilah untuk menarik perut menjauhi tangan ibu. Lakukan 5 kali tarikan, dan lakukan 2 kali sehari.
8)  Saat menyusui
Tarik perut semabari menyusui. Kontraksikan otot-otot perut selama beberapa detik lalu lemaskan.lakukan 5 sampai 10 kali setiap kali ibu menyusui.
b.  Hari 4 – 7
1)   Menekuk pelvis
Kontraksikan abdomen dan tekan punggung bagian bawah ke tempat tidur. Jika dilakukan dengan benar pelvis akan menekuk. Lakukan 4 hingga 8 tekukan selama 2 detik.
2)  Meluncurkan kaki
Berbaring dengan lutut tertekuk dan bernafaslah secara normal, lalu luncurkan kaki di atas tempat tidur, menjauhi tubuh. Seraya mendorong tumit, ulurkan kaki, sehingga ibu akan merasakan sedikit denyutan di sekitar insisi. Lakukan 4 kali dorongan untuk satu kaki.

3)  Sentakan pinggul
Berbaringlah di atas tempat tidur, tekukkan kaki ke atas dan rentangkan kaki yang satu lagi. Lakukan gerakan menunjuk ke arah jari-jari kaki. Dorong pinggul pada sisi yang sama dengan kaki yang tertekuk ke arah bahu, lalu lemaskan. Dorong kaki menjauhi tubuh dengan lurus. Lakukan 6 hingga 8 pengulangan untuk masing – masing tubuh.
4)  Menggulingkan lutut
Berbaring di tempat tidur , kemudian letakkan tangan di samping tubuh untuk menjaga keseimbangan. Perlahan-lahan gerakkan kedua lutut ke satu sisi. Gerakkan lutut hingga bisa merasakan tubuh ikut berputar. Lakukan 3 kali ayunan lutut ke masing-masing sisi. Akhiri dengan meluruskan kaki.
5)  Posisi jembatan
Berbaringlah di atas tempat tidur dengan kedua lutut tertekuk. Bentangkan kedua tangan ke bagian samping untuk keseimbangan. Tekan telapak kaki ke bawah dan perlahan-lahan angkat pinggul dari tempat tidur. Rasakan tulang tungging terangkat. Lakukan gerakan ini 5 kali sehari.
6)  Posisi merangkak
Perlahan-lahan angkat tubuh dengan bertopang kedua tangan dan kaki diatas tempat tidur. Saat ibu dapat mempertahankan posisi merangkak tanpa merasa tak nyaman sedikitpun, ibu dapat menambah beberapa gerakan dalam rangkaian ini. Tekan tangan dan kaki di tempat tidur, dan cobalah untuk melakukan gerakan yang sama dengan sentakan pinggul, sehingga pinggul terdorong ke arah bahu. Jika melakukan gerakan ini dengan benar, ibu akan merasa seolah-olah menggoyang- goyangkan ekor. Lakukan gerakan ini 5 kali sehari (Handiyani, 2009).

Mobilisasi Dini Ibu Post Partun Dengan Tindakan Sectio Caesaria



1.  Pengertian
Mobilisasi adalah suatu pergerakan dan posisi yang akan melakukan suatu aktivitas atau kegiatan. Menurut Carpenito (2000) dalam Wirnata (2010), mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas dan merupakan faktor yang menonjol dalam mempercepat pemulihan pasca bedah; mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis karena hal itu esensial untuk mempertahankan kemandirian. Dengan demikian mobilisasi dini adalah suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologi. Soelaiman, dalam Wirnata (2010) menjelaskan bahwa mobilisasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin berjalan.
Mobilisasi post sectio caesarea adalah suatu pergerakan, posisi atau adanya kegiatan yang dilakukan ibu setelah beberapa jam melahirkan dengan persalinan caesarea. Untuk mencegah komplikasi post operasi secsio caesarea ibu harus segera dilakukan mobilisasi sesuai dengan tahapannya. Oleh karena setelah mengalami secsio caesarea, seorang ibu disarankan tidak malas untuk bergerak pasca operasi seksio sesarea, ibu harus mobilisasi cepat. Semakin cepat bergerak itu semakin baik, namun mobilisasi harus tetap dilakukan secara hati-hati (Wirnata, 2010).
Mobilisasi dini dapat dilakukan pada kondisi pasien yang membaik. Pada pasien post operasi secsio caesarea 6 jam pertama dianjurkan untuk segera menggerakkan anggota tubuhnya. Gerak tubuh yang bisa dilakukan adalah menggerakkan lengan, tangan, kaki dan jari-jarinya agar kerja organ pencernaan segera kembali normal (Kasdu, 2003).

2.  Tujuan Mobilisasi
Menurut Dudes dalam Fitriyahsari (2009) tujuan daripada mobilisasi adalah untuk:
a.    Mempertahankan fungsi tubuh
b.    Memperlancar peredaran darah
c.    Membantu pernafasan menjadi lebih baik
d.   Mempertahankan tonus otot
e.    Memperlancar eliminasi alvi dan urine
f.     Mengembalikan aktivitas tertentu, sehingga pasien dapat kembali normal dan atau    dapat memenuhi kebutuhan gerak harian.
g.    Memberikan kesempatan perawat dan pasien berinteraksi atau berkomunikasi.
Menurut Handiyani (2009) Tujuan mobilisasi adalah memenuhi kebutuhan dasar (termasuk melakukan aktifitas hidup sehari-hari dan aktifitas rekreasi), mempertahankan diri (melindungi diri dari trauma), mempertahankan konsep diri, mengekspresikan emosi dengan gerakan tangan non verbal.



3.  Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mobilisasi
Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem otot, skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf (Handiyani, 2009).
Potter & Perry (2006) dalam Handiyani (2009) menjelaskan bahwa mobilisasi dipengaruhi oleh Faktor fisiologis yaitu: frekuensi penyakit atau operasi dalam 12 bulan terakhir, tipe penyakit, status kardiopulmonar, status musculo skeletal, pola tidur, keberadaan nyeri, frekuensi aktifitas dan kelainan hasil laboratorium. Faktor emosional yaitu: faktor emosional yang mempengaruhi mobilisasi adalah suasana hati, depresi, cemas, motivasi, ketergantungan zat kimia, dan gambaran diri. Faktor perkembangan yaitu: usia, jenis kelamin, kehamilan, perubahan masa otot karena perubahan perkembangan, perubahan sistem skeletal.

4.  Manfaat Mobilisasi
Pada sistem kardiovaskuler dapat meningkatkan curah jantung, memperbaiki kontraksi miokardial, kemudian menguatkan otot jantung, menurunkan tekanan darah, memperbaiki aliran balik vena; pada sistem respiratori meningkatkan frekuensi dan kedalaman pernafasan, meningkatkan ventilasi alveolar, menurunkan kerja pernafasan, meningkatkan pengembangan diafragma; pada sistem metabolik dapat meningkatkan laju metabolisme basal, meningkatkan penggunaan glukosa dan asam lemak, meningkatkan pemecahan trigliseril, meningkatkan mobilitas lambung, meningkatkan produksi panas tubuh, pada sistem muskuloskletal memperbaiki tonus otot, meningkatkan mobilisasi sendiri, memperbaiki toleransi otot untuk latihan, mungkin meningkatkan masa otot; pada sistem toleransi otot, meningkatkan toleransi, mengurangi kelemahan, meningkatkan toleransi terhadap stres, perasaan lebih baik, dan berkurangnya penyakit (Potter, 2006).

5.  Tahap-Tahap Mobilisasi
Mobilisasi dini dilakukan secara bertahap. Tahap- tahap mobilisasi dini pada ibu post operasi secsio caesarea (Kasdu,2003):
a.    6 jam pertama
Ibu post secsio caesaria istirahat tirah baring, mobilisasi dini yang bisa dilakukan adalah menggerakkan lengan, tangan, menggerakkan ujung jari kaki dan memutar pergelangan kaki, mengangkat tumit, menegangkan otot betis serta menekuk dan menggeser kaki.
b.  6-10 jam
Ibu diharuskan untuk dapat miring kekiri dan kekanan mencegah trombosis dan trombo emboli. Makan dan minum di bantu, mengangkat tangan, mengangkat kaki, menekuk lutut, mengeser badan.
c.  Setelah 24 jam ibu dianjurkan untuk dapat mulai belajar untuk duduk. Dapat mengangkat tangan setinggi mungkin, balik kekiri dan kekanan tanpa bantuan, latihan penafasan serta makan dan minum tanpa dibantu.
d.  Setelah ibu dapat duduk, dianjurkan ibu belajar berjalan.

Sectio Caesaria



1.  Pengertian
Menurut Prawirohardjo (2005) sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram. Bobak (2004) menjelaskan bahwa sectio caesarea merupakan suatu tindakan pembedahan untuk melahirkan janin dengan kelahiran janin melalui insisi transabdomen atau membuka dinding perut (laparatomi) dan dinding uterus (histerektomi). Sejalan dengan teori diatas Manuaba (2002) juga menjelaskan persalinan sectio caesaria adalah persalinan melalui sayatan pada dinding abdomen dan uterus yang masih utuh dengan berat janin > 1.000 gr atau umur kehamilan > 28 minggu.

2.  Keuntungan dan Kerugian Sectio Caesaria
Sebelum keputusan untuk melakukan tindakan sectio caesaria diambil, harus dipertimbangkan secara teliti dengan resiko yang mungkin terjadi. pertimbangan tersebut harus berdasarkan penilaian pra bedah secara lengkap yang mengacu pada syarat-syarat pembedahan dan pembiusan dalam menghadapi kasus gawat darurat (Saifuddin, 2002).
Tindakan secsio caesaria memang memiliki keuntungan dan kerugian. Keuntungannya antara lain adalah proses melahirkan memakan waktu yang lebih singkat, rasa sakit minimal, dan tidak mengganggu atau melukai jalan lahir. Sedangkan kerugian tindakan ini dapat menimpa baik ibu maupun bayi yang dikandungnya. Kerugian yang dapat menimpa ibu antara lain (Sunaryo, 2008):
a.  Risiko kematian empat kali lebih besar dibanding persalinan normal.
b.  Darah yang dikeluarkan dua kali lipat dibanding persalinan normal.
c.  Rasa nyeri dan penyembuhan luka pascaoperasi lebih lama dibandingkan persalinan normal.
d.  Jahitan bekas operasi berisiko terkena infeksi sebab jahitan itu berlapis-lapis dan proses keringnya bisa tidak merata.
e.  Perlekatan organ bagian dalam karena noda darah tak bersih.
f.  Kehamilan dibatasi dua tahun setelah operasi.
g.  Harus dicaesar lagi saat melahirkan kedua dan seterusnya.
h.  Pembuluh darah dan kandung kemih bisa tersayat pisau bedah.
i.   Air ketuban masuk pembuluh darah yang bisa mengakibatkan kematian mendadak saat mencapai paru-paru dan jantung.
Sedangkan kerugian yang dapat menimpa bayi antara lain :
a.    Risiko kematian 2-3 kali lebih besar dibandingkan dengan bayi yang lahir melalui proses persalinan biasa.
b.    Cenderung mengalami sesak napas karena karena cairan dalam paru-parunya tidak keluar. Pada bayi yang lahir normal, cairan itu keluar saat terjadi tekanan.
c.    Sering mengantuk karena obat penangkal nyeri yang diberikan kepada sang ibu juga mengenai bayi (Widjarnako, 2008).

4.  Komplikasi Sectio Caesaria
Komplikasi akibat section caesaria antara lain (Wiknjosastro, 2005):
a.  Infeksi puerperal ( nifas )
Infeksi post operasi terjadi apabila sebelum keadaan pembedahan sudah ada gejala–gejala infeksi intra parfum atau ada faktor – faktor yag merupakan gejala infeksi.
1)  Infeksi bersifat ringan : kenaikan suhu beberapa hari saja.
2)  Infeksi bersifat sedang : dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit kembung.
3)  Infeksi bersifat berat : dengan peritonitis septis ileus paralitik, hal ini sering kita jumpai pada partus terlambat, dimana sebelumnya telah terjadi infeksi intraportal karena ketuban yang telah lama.
b.  Perdarahan
Rata-rata darah hilang akibat secsio caesaria 2 kali lebih banyak dari pada yang hilang dengan kelahiran melalui vagina. Kira-kira 800–1000 ml yang disebabkan oleh banyaknya pembuluh darah yang terputus dan terbakar, atonia uteri dan pelepasan pada plasenta.

c.  Emboli pulmonal
Terjadi karena penderita dengan insisi abdomen kurang dapat mobilisasi di bandingkan dengan melahirkan melalui vagina ( normal ).
d.  Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila reperitoialisasi terlalu tinggi.
e.  Kemungkinan rupture uteri spontan pada kehamilan mendatang.
Menurut Mansjoer (2001) komplikasi yang dapat terjadi pada ibu akibat sectio caesaria antara lain: infeksi puerperalis, luka pada kandung kencing, embolisme paru-paru dan ruptura uteri. Saifuddin (2002) menjelaskan bahwa masalah yang dapat dialami sewaktu pembedahan sectio caesaria adalah terjadinya perdarahan yang terus berlanjut sehingga harus dikaji ulang prinsip perawatan pasca bedah.

5.  Indikasi Sectio Caesaria
Indikasi Sectio Caesaria antara lain  (Hanafiah, 2007):
1.  Placenta previa sentralis dan lateralis (posterior).
2.  Panggul sempit
3.  Dispoporsi sefalo pelvic.
4.  Ruptur uteri mengancam
5.  Partus lama (prolonged labor)
6.  Partus tak maju
7.  Distorsia servik
8.  Pre eklamsi dan hipertensi
9.  Letak lintang
10.  Letak sungsang