This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Thursday, 9 May 2013

Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Cara Hidup Sehat Selama Kehamilan



BAB  I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pembangunan Kesehatan pada tahun 2015 diarahkan pada: Peningkatan pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan, melalui pembangunan, perbaikan dan pengadaan peralatan dipuskesmas dan jaringannya terutama didaerah bencana dan tertinggal, pengembangan jaminan kesehatan bagi penduduk miskin dengan melanjutkan pelayanan gratis di puskesmas dan klas III Rumah Sakit.
Peningkatan upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dan wabah, melalui pencegahan dan penanggulangan factor resiko, peningkatan imunisasi, peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan wabah termasuk flu burung;
Penanganan masalah gizi kurang dan gizi buruk pada ibu hamil, bayi dan anak balita, melalui peningkatan pendidikan gizi, penanggulangan kurang energy protein (KEP), enemia gizi besi, gangguan akiobat kurang yodium (GAKY), kurang vitamin A, dan kekurangan zat besi mokro lainnya
Peningkatan ketersediaan obat dan pengawasan obat, makanan dan keamanan pangan, melalui peningkatan ketersediaan obat generic, pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya, peningkatan pengawasan narkotika, psikotropika, zat adiktif (NAPZA) (Depkes 2003).
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) masing-masing adalah 309/100.000 kelahiran hidup (SKRT, 2005) serta 60/1000 kelahiran hidup (Susenas 1995), maka pada tahun 2003 AKI turun menjadi 307/100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2003), sedangkan AKB turun menjadi 37/1000 kelahiran hidup (SDKI, 2003). Sementara itu, umur harapan hidup rata-rata meningkat dari 63,20 tahun pada tahun 1995 menjadi 66,2 tahun pada tahun 2003 (SDKI, 2003).
Indonesia membuat rencana strategi nasional Making Pregnancy Safer (MPS) untuk tahun 2001 - 2010, dalam konteks rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 adalah dengan visi "Kehamilan dan Persalinan di Indonesia Berlangsung Aman, serta yang Dilahirkan Hidup dan Sehat," dengan misinya adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian maternal dan neonatal melalui pemantapan sistem kesehatan. Salah satu sasaran yang ditetapkan untuk tahun 2010 adalah menurunkan angka kematian maternal menjadi 125 per100.000 kelahiran hidup (Saiffudin: 2002).
Di Indonesia target cakupan pemberian Fe bagi ibu hamil adalah 90 % dari pencapaian Kunjungan pertama.  Angka data cakupan tablet Fe tahun 2009 di Propinsi NAD didapat bahwa dari 147.698 ibu hamil, diantaranya yang mendapatkan tablet Fe sebesar 113.859 (77,09 %) orang ibu hamil (Dinkes Prop. NAD, 2009),
 Personal hygiene atau kebersihan diri adalah suatu usaha kesehatan perseorangan untuk dapat memelihara kesehatan diri sendiri, memperbaiki dan mempertinggi nilai-nilai kesehatan serta mencegah timbulnya penyakit
Menurut hasil Reset Kesehatan dasar (RISKESDAS) tahun 2010, yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depertemen Kesehatan Republik Indonesia (Balitbangkes Depkes RI), menyatakan bahwa prevelensi nasional  berperilaku hidup bersih dan sehat adalah 38,7 %. sebanyak 22 propinsi mempunyai prevalensi dibawah nasional salah satu diantaranya adalah Propinsi Nanggro Aceh Darussalam (Mediakom, 2010).

Gambaran Faktor Penyebab Aseptor Mengganti metode Kontrasepsi Suntikan ke metode pil di Bidan Praktek Swasta (BPS)



BAB I
PENDAHULUAN

A.        Latar Belakang
Salah satu aspek utama dalam penilaian program Keluarga Berencana (KB) adalah kualitas pelayanan yang diberikan. Perbaikan kualitas pelayanan akan memperbesar jumlah peserta KB yang puas dan pada gilirannya akan meningkatkan prevalensi (cakupan Keberhasilan) dan menurunkan tingkat fertilitas (angka Kelahiran). Salah satu faktor yang menentukan dalam pelayanan KB yang berkualitas adalah aspek sumber daya manusia, baik pengelola, pelaksana maupun pemberi pelayanan KB (Saifuddin, 2003).
Pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas telah menjadi tuntutan masyarakat, disamping merupakan kewajiban pemerintah dan pemberi pelayanan untuk menyediakannya. Tuntutan pelayanan yang berkualitas ini dipengaruhi dengan semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat terhadap kesehatan, termasuk Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Oleh karena itu, pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi tidak lagi berorientasi pada pencapaian kualitas tetapi beroritentasi pada pemenuhan, permintaan, serta menyediakan pelayanan yang berkualitas. Dengan demikian, program Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi diarahkan untuk memaksimalkan akses dan kualitas pelayanan. (Saifuddin, 2003).
Pelayanan keluarga Berencana yang merupakan salah satu didalam paket pelayanan kesehatan reproduksi Essensial perlu mendapatkan perhatian yang serius, karena dengan mutu pelayanan keluarga berencana yang berkualitas diharapkan akan dapat meningkatkan tingkat kesehatan dan kesejahteraan.( BKKBN, 2003)
Metode suntikan KB telah menjadi bagian gerakan keluarga berencana nasional serta peminatnya makin bertambah. Tingginya minat pemakai suntikan KB oleh karena aman, sederhana, efektif, tidak menimbulkan gangguan dan dapat dipakai pada pasca persalinan (Kespro, 2001).
Pemberian kontrasepsi suntikan sering menimbulkan gangguan haid (amenorea), gangguan haid ini biasanya bersifat sementara dan sedikit sekali mengganggu kesehatan. Dapat terjadi efek samping seperti peningkatan berat badan, sakit kepala, dan nyeri panyudara. Efek-efek samping ini jarang, tidak berbahaya, dan cepat hilang. Karena terlambat kembalinya kesuburan, penjelasan perlu diberikan pada ibu usia muda yang ini menunda kehamilan, atau bagi yang merencanakan kehamilan berikutnya dalam waktu dekat. Setelah suntikan dihentikan, haid tidak segera datang, Haid baru akan datang kembali pada umumnya setelah 6 bulan, selama tidak haid tersebut dapat saja terjadi kehamilan. Bila setelah 3-6 bulan tidak juga haid, klien harus kembali kedokter atau tempat pelayanan kesehatan untuk dicari penyebab tidak haid tersebut. Bila klien tidak dapat kembali pada jadwal yang telah ditentukan, suntikan dapat diberikan 2 minggu sebelum jadwal yang ditetapkan, asal saja tidak terjadi kehamilan, klien tidak dibenarkan melakukan hubungan seksual selama 7 hari, atau menggunakan metode kontrasepsi lainnya selama  7 hari. Bila perlu dapat juga menggunakan salah satu kontrasepsi suntikan dan kemudian meminta untuk digantikan dengan kontrasepsi suntikan yang lain, sebaiknya jangan dilakukan. Andaikata terpaksa juga dilakukan, kotrasepsi yang akan diberikan tersebut di injeksi sesuai dengan jadwal suntikan dari kontrasepsi hormonal yang sebelumnya. (http://www.bkkbm.go.id/article_detail)
Ada beberapa faktor yang menyebabkan Aseptor KB tidak melanjutkan penggunaan kontrasepsi suntikan karena adanya keterbatasan seperti sering terjadi gangguan haid, klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus kembali untuk suntikan), tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut, permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering, tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual, hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV. Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadinya kerusakan/kelainan pada organ genetalia, melainkan karena belum habisnya pelepadan obat suntikan dari deponya (tempat suntikan), terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka panjang, pada penggunaan jangka panjang juga menimbulkan kekeringan pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi (jarang), sakit kepala, hervositas dan jerawat (Sarwono, 2005).

Gambaran Pengetahuan Bidan Dalam Melakukan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Di Wilayah Kerja Puskesmas



BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Tujuan Pembangunan Kesehatan Indonesia sehat 2010 adalah  meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya Kesehatan Masyarakat yang optimal, melalui terciptanya masyarakat  bangsa dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan  dengan berperilaku hidup yang sehat. memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan, yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di seluruh wilayah Republik Indonesia  ( Dep Kes RI, 2003 )
Mutu pelayanan kebidanan berorientasi pada penerapan kode etik dan standar pelayanan kebidanan, serta kepuasan yang mengacu pada penerapan semua persyaratan pelayanan kebidanan. Dari dua dimensi mutu pelayanan kebidanan tersebut, tujuan akhirnya adlah kepuasaan pasien yang dilayani oleh bidan. Tiap profesi pelayanan kesehatan dalam menjalankan tugasnya di suatu institusi mempunyai batas jelas wewenangnya yang telah disetujui oleh antar profesi dan merupakan daftar wewenang yang sudah tertulis.
Bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan pemberi pelayanan kepada masyarakat harus memberikan pelayanan yang terbaik demi mendukung program pemerintah untuk pembangunan dalam negri, salah satunya dalam aspek kesehatan. (Prabowo,
2009,)
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan adalah dengan adanya sistem pendokumentasian yang baik. Sistem pendokumentasian yang dilaksanakan dapat memberikan manfaat antara lain sebagai sarana komunikasi antara tenaga kesehatan, sarana untuk dapat mengikuti perkembangan dan evaluasi pasien, dapat dijadikan data penelitian dan pendidikan, mempunyai nilai hukum dan merupakan dokumen yang syah.
Dalam kebidanan banyak hal penting yang harus didokumentasikan yaitu segala asuhan atau tindakan yang diberikan oleh bidan baik pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi, dan keluarga berencana. Tujuan akhir dari hand out ini adalah memberikan pengetahuan pada mahasiswa mengenai 4 langkah dokumentasi SOAP, Memahami SOAP sebagai satu metode rekam medis yang diintisarikan dari manajemen proses asuhan kebidanan dengan sehingga mereka akan mampu menerapkan pendokumentasian pada saat memberikan pelayanan atau asuhan kebidanan
(Nursalam, 2008)
Menejemen kebidanan merupakan metode atau bentuk pendekatan yang digunakan bidan dalam memberikan asuhan kebidanan sehingga langkah-langkah dalam menejemen kebidanan merupakan alur piker bidan dlam pemecahan masalah atau pengembalan keputusan klinis. Asuhan yang dilakuakn yang dilakukan harus dicatat secara benar, sederhana, jelas, dan logis sehingga perlu suatu metode pendokumentasian. Dokumentasi ini peril karena dapat digunakan sebagai bahan untuk mempertanggung jawabkan tindakan yang dilakukan dan juga bila ada kejadian gugatan, maka dokumentasi kebidanan dapat membentu. Bidan sebagai tenaga kesehatan dan pelaksana asuhan kebidanan bidan wajib mencatat dan melaporkan kegiatannya yang dokumentasinya harus tersimpan dengan baik. Aspek pelayanan yang didokumentasikan adalah semua pelayanan mandiri yang diberikan oleh bidan, pelayanan konsultasi dan pelayanan kolaborasi. (Samsulhadi, 2008)

Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pendarahan Pada Kehamilan Muda Di Bidan Praktek Swasta (BPS)



BAB I
PENDAHULUAN
A.                Latar Berlakang.
Indonesia sebagai salah satu negara sedang berkembang banyak mengalami masalah dibidang kesehatan diantaranya derajat kesehatan. Terutama derajat kesehatan Ibu dan Anak sebagai kelompok penduduk yang rawan dan rentan. Oleh sebab itu, perlu diupayakan penurunan angka kematian ibu dan bayi (Depkes RI, 2004).
Seorang wanita yang sedang hamil harus lebih waspada dengan apa yang terjadi pada dirinya karena banyak sekali kondisi-kondisi yang mengancam pada kehamilan. Tidak sedikit juga ibu yang mengeluhkan perdarahan pada trimester I atau 3 bulan pertama kehamilannya. Yang akan kita bicarakan di sini adalah perdarahan yang terjadi pada saat seorang ibu hamil muda. Perdarahan yang terjadi saat hamil muda disebabkan oleh beberapa hal, antara lain keguguran (abortus), kehamilan di luar kandungan (Kehamilan Ektopik Terganggu), ataupun hamil anggur. Meskipun tanda dan gejala yang sama dari ketiga penyakit itu adalah perdarahan, ada gejala lain yang mesti kita ketahui tentang masing-masing kasus tersebut. (Muchtar, 2007).
Kasus pendarahan pada masa kehamilan adalah salah satu yang paling ditakuti. Padahal, para ibu hamil sebenarnya tidak perlu terlalu cemas bila pendarahan itu terjadi. Sebab, tidak semua pendarahan dapat membahayakan janin atau sang ibu. Kasus pendarahan pada masa kehamilan sangat bervariasi. Mulai pendarahan dengan jumlah yang sangat sedikit (vlek) sampai pendarahan hebat dengan gumpalan dan disertai kram perut. pendarahan pada kehamilan dapat dibagi menjadi dua. Yaitu pendarahan pada kehamilan usia muda dan tua (ante partum). Batas teoretis antara kehamilan itu adalah usia janin 22 minggu. Ini mengingat kemungkinan hidup janin di luar uterus.
Hal  medis yang perlu dipertimbangkan dalam pendarahan usia muda. Yaitu keguguran (abortus) dan kehamilan di luar kandung rahim. Kemungkinan mengalami keguguran jika pendarahan cukup parah, biasanya sering disertai kram pada perut. Kadang juga disertai keluarnya bekuan darah atau jaringan fetus (Winkjosastro, 2008)
Berdasarkan penelitian WHO (Woldh Health Organization) di seluruh dunia terdapat kematian ibu sebesar 500.000 jiwa / tahun  dan kematian bayi khususnya neonatus sebesar 10.000.000 jiwa/tahun. Kematian maternal dan bayi tersebut terjadi terutama di Negara berkembang sebesar 99 %. Walaupun jumlah sangat besar, yang menarik perhatian karena kejadian tersebar  (Sporadis), berbeda dengan kematian yang terjadi akibat banjir, tanah longsor, bencana alam lainnya atau korban kecelakaan. Sebenarnya kematian ibu dan bayi mempunyai  peluang yang sangat besar untuk dihindari dengan meningkatkan kerja sama antara pemerintah dan swasta serta badan pemerintah lainnya (Manuaba, 2008).
Menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun  2002 – 2003, angka kematian bayi (AKB) di Indonesia mengalami penurunan dari 46 per 1000 kelahiran hidup (SKDI 1997) menjadi 35 per 1.000 kelahiran hidup (SDKI 2003). Sedangkan kematian ibu  (AKI) juga mengalami penurunan  dari 421 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1992 menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1998-2003. Angka Kematian Ibu ( AKI) di Indonesia masih merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara  yaitu 334 per 100.000 kelahiran hidup tahun  2005. (Profil Kesehatan Indonesia ,2008 ).