Thursday, 9 May 2013
Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Cara Hidup Sehat Selama Kehamilan
12:37
No comments
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pembangunan Kesehatan pada tahun
2015 diarahkan pada: Peningkatan pemerataan dan keterjangkauan pelayanan
kesehatan, melalui pembangunan, perbaikan dan pengadaan peralatan dipuskesmas
dan jaringannya terutama didaerah bencana dan tertinggal, pengembangan jaminan
kesehatan bagi penduduk miskin dengan melanjutkan pelayanan gratis di puskesmas
dan klas III Rumah Sakit.
Peningkatan upaya pencegahan dan
pemberantasan penyakit menular dan wabah, melalui pencegahan dan penanggulangan
factor resiko, peningkatan imunisasi, peningkatan surveilans epidemiologi dan
penanggulangan wabah termasuk flu burung;
Penanganan masalah gizi kurang dan
gizi buruk pada ibu hamil, bayi dan anak balita, melalui peningkatan pendidikan
gizi, penanggulangan kurang energy protein (KEP), enemia gizi besi, gangguan
akiobat kurang yodium (GAKY), kurang vitamin A, dan kekurangan zat besi mokro
lainnya
Peningkatan ketersediaan obat dan
pengawasan obat, makanan dan keamanan pangan, melalui peningkatan ketersediaan
obat generic, pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya, peningkatan
pengawasan narkotika, psikotropika, zat adiktif (NAPZA) (Depkes 2003).
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB) masing-masing adalah 309/100.000 kelahiran hidup (SKRT,
2005) serta 60/1000 kelahiran hidup (Susenas 1995), maka pada tahun 2003 AKI
turun menjadi 307/100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2003), sedangkan AKB turun
menjadi 37/1000 kelahiran hidup (SDKI, 2003). Sementara itu, umur harapan hidup
rata-rata meningkat dari 63,20 tahun pada tahun 1995 menjadi 66,2 tahun pada
tahun 2003 (SDKI, 2003).
Indonesia membuat rencana strategi
nasional Making Pregnancy Safer (MPS) untuk tahun 2001 - 2010, dalam konteks
rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 adalah dengan visi
"Kehamilan dan Persalinan di Indonesia Berlangsung Aman, serta yang
Dilahirkan Hidup dan Sehat," dengan misinya adalah menurunkan angka
kesakitan dan kematian maternal dan neonatal melalui pemantapan sistem
kesehatan. Salah satu sasaran yang ditetapkan untuk tahun 2010 adalah
menurunkan angka kematian maternal menjadi 125 per100.000 kelahiran hidup
(Saiffudin: 2002).
Di Indonesia target cakupan pemberian
Fe bagi ibu hamil adalah 90 % dari pencapaian Kunjungan pertama. Angka data cakupan tablet Fe tahun 2009 di
Propinsi NAD didapat bahwa dari 147.698 ibu hamil, diantaranya yang mendapatkan
tablet Fe sebesar 113.859 (77,09 %) orang ibu hamil (Dinkes Prop. NAD, 2009),
Personal hygiene atau kebersihan diri adalah
suatu usaha kesehatan perseorangan untuk dapat memelihara kesehatan diri
sendiri, memperbaiki dan mempertinggi
nilai-nilai kesehatan serta mencegah timbulnya penyakit
Menurut hasil Reset Kesehatan dasar
(RISKESDAS) tahun 2010, yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Depertemen Kesehatan Republik Indonesia (Balitbangkes Depkes RI),
menyatakan bahwa prevelensi nasional
berperilaku hidup bersih dan sehat adalah 38,7 %. sebanyak 22 propinsi
mempunyai prevalensi dibawah nasional salah satu diantaranya adalah Propinsi Nanggro
Aceh Darussalam (Mediakom, 2010).
Gambaran Faktor Penyebab Aseptor Mengganti metode Kontrasepsi Suntikan ke metode pil di Bidan Praktek Swasta (BPS)
09:58
No comments
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Salah satu aspek utama dalam penilaian program Keluarga Berencana (KB)
adalah kualitas pelayanan yang diberikan. Perbaikan kualitas pelayanan akan
memperbesar jumlah peserta KB yang puas dan pada gilirannya akan meningkatkan
prevalensi (cakupan Keberhasilan) dan menurunkan tingkat
fertilitas (angka Kelahiran). Salah satu faktor yang menentukan dalam pelayanan KB
yang berkualitas adalah aspek sumber daya manusia, baik pengelola, pelaksana
maupun pemberi pelayanan KB (Saifuddin, 2003).
Pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas telah menjadi
tuntutan masyarakat, disamping merupakan kewajiban pemerintah dan pemberi
pelayanan untuk menyediakannya. Tuntutan pelayanan yang berkualitas ini
dipengaruhi dengan semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat terhadap
kesehatan, termasuk Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Oleh karena
itu, pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi tidak lagi
berorientasi pada pencapaian kualitas tetapi beroritentasi pada pemenuhan,
permintaan, serta menyediakan pelayanan yang berkualitas. Dengan demikian,
program Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi diarahkan untuk
memaksimalkan akses dan kualitas pelayanan. (Saifuddin, 2003).
Pelayanan keluarga Berencana yang merupakan salah satu didalam paket
pelayanan kesehatan reproduksi Essensial perlu mendapatkan perhatian yang
serius, karena dengan mutu pelayanan keluarga berencana yang berkualitas
diharapkan akan dapat meningkatkan tingkat kesehatan dan kesejahteraan.( BKKBN, 2003)
Metode suntikan KB telah menjadi bagian gerakan keluarga berencana
nasional serta peminatnya makin bertambah. Tingginya minat pemakai suntikan KB
oleh karena aman, sederhana, efektif, tidak menimbulkan gangguan dan dapat
dipakai pada pasca persalinan (Kespro, 2001).
Pemberian kontrasepsi suntikan sering menimbulkan gangguan haid
(amenorea), gangguan haid ini biasanya bersifat sementara dan sedikit sekali
mengganggu kesehatan. Dapat terjadi efek samping seperti peningkatan berat
badan, sakit kepala, dan nyeri panyudara. Efek-efek samping ini jarang, tidak
berbahaya, dan cepat hilang. Karena terlambat kembalinya kesuburan, penjelasan
perlu diberikan pada ibu usia muda yang ini menunda kehamilan, atau bagi yang
merencanakan kehamilan berikutnya dalam waktu dekat. Setelah suntikan dihentikan,
haid tidak segera datang, Haid baru akan datang kembali pada umumnya setelah 6
bulan, selama tidak haid tersebut dapat saja terjadi kehamilan. Bila setelah
3-6 bulan tidak juga haid, klien harus kembali kedokter atau tempat pelayanan
kesehatan untuk dicari penyebab tidak haid tersebut. Bila klien tidak dapat
kembali pada jadwal yang telah ditentukan, suntikan dapat diberikan 2 minggu
sebelum jadwal yang ditetapkan, asal saja tidak terjadi kehamilan, klien tidak
dibenarkan melakukan hubungan seksual selama 7 hari, atau menggunakan metode
kontrasepsi lainnya selama 7 hari. Bila
perlu dapat juga menggunakan salah satu kontrasepsi suntikan dan kemudian
meminta untuk digantikan dengan kontrasepsi suntikan yang lain, sebaiknya
jangan dilakukan. Andaikata terpaksa juga dilakukan, kotrasepsi yang akan
diberikan tersebut di injeksi sesuai dengan jadwal suntikan dari kontrasepsi
hormonal yang sebelumnya. (http://www.bkkbm.go.id/article_detail)
Ada beberapa faktor yang menyebabkan Aseptor KB tidak melanjutkan penggunaan
kontrasepsi suntikan karena adanya keterbatasan seperti sering terjadi gangguan
haid, klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus
kembali untuk suntikan), tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan
berikut, permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering, tidak
menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual, hepatitis B
virus, atau infeksi virus HIV. Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena
terjadinya kerusakan/kelainan pada organ genetalia, melainkan karena belum
habisnya pelepadan obat suntikan dari deponya (tempat suntikan), terjadi
perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka panjang, pada penggunaan
jangka panjang juga menimbulkan kekeringan pada vagina, menurunkan libido, gangguan
emosi (jarang), sakit kepala, hervositas dan jerawat (Sarwono, 2005).
Gambaran Pengetahuan Bidan Dalam Melakukan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Di Wilayah Kerja Puskesmas
09:48
No comments
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan Pembangunan Kesehatan
Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya
Kesehatan Masyarakat yang optimal, melalui terciptanya masyarakat bangsa dan Negara Indonesia yang ditandai
oleh penduduknya hidup dalam lingkungan
dengan berperilaku hidup yang sehat. memiliki kemampuan untuk menjangkau
pelayanan kesehatan, yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki
derajat kesehatan yang optimal di seluruh wilayah Republik Indonesia ( Dep Kes RI, 2003 )
Mutu pelayanan kebidanan berorientasi
pada penerapan kode etik dan standar pelayanan kebidanan, serta kepuasan yang
mengacu pada penerapan semua persyaratan pelayanan kebidanan. Dari dua dimensi
mutu pelayanan kebidanan tersebut, tujuan akhirnya adlah kepuasaan pasien yang
dilayani oleh bidan. Tiap profesi pelayanan kesehatan dalam menjalankan tugasnya di suatu
institusi mempunyai batas jelas wewenangnya yang telah disetujui oleh antar
profesi dan merupakan daftar wewenang yang sudah tertulis.
Bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan pemberi pelayanan kepada masyarakat harus memberikan pelayanan yang terbaik demi mendukung program pemerintah untuk pembangunan dalam negri, salah satunya dalam aspek kesehatan. (Prabowo, 2009,)
Bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan pemberi pelayanan kepada masyarakat harus memberikan pelayanan yang terbaik demi mendukung program pemerintah untuk pembangunan dalam negri, salah satunya dalam aspek kesehatan. (Prabowo, 2009,)
Salah satu upaya yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan adalah dengan adanya sistem
pendokumentasian yang baik. Sistem pendokumentasian yang dilaksanakan dapat
memberikan manfaat antara lain sebagai sarana komunikasi antara tenaga kesehatan,
sarana untuk dapat mengikuti perkembangan dan evaluasi pasien, dapat dijadikan
data penelitian dan pendidikan, mempunyai nilai hukum dan merupakan dokumen
yang syah.
Dalam kebidanan banyak hal penting yang harus didokumentasikan yaitu segala asuhan atau tindakan yang diberikan oleh bidan baik pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi, dan keluarga berencana. Tujuan akhir dari hand out ini adalah memberikan pengetahuan pada mahasiswa mengenai 4 langkah dokumentasi SOAP, Memahami SOAP sebagai satu metode rekam medis yang diintisarikan dari manajemen proses asuhan kebidanan dengan sehingga mereka akan mampu menerapkan pendokumentasian pada saat memberikan pelayanan atau asuhan kebidanan (Nursalam, 2008)
Dalam kebidanan banyak hal penting yang harus didokumentasikan yaitu segala asuhan atau tindakan yang diberikan oleh bidan baik pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi, dan keluarga berencana. Tujuan akhir dari hand out ini adalah memberikan pengetahuan pada mahasiswa mengenai 4 langkah dokumentasi SOAP, Memahami SOAP sebagai satu metode rekam medis yang diintisarikan dari manajemen proses asuhan kebidanan dengan sehingga mereka akan mampu menerapkan pendokumentasian pada saat memberikan pelayanan atau asuhan kebidanan (Nursalam, 2008)
Menejemen kebidanan merupakan metode
atau bentuk pendekatan yang digunakan bidan dalam memberikan asuhan kebidanan
sehingga langkah-langkah dalam menejemen kebidanan merupakan alur piker bidan
dlam pemecahan masalah atau pengembalan keputusan klinis. Asuhan yang dilakuakn
yang dilakukan harus dicatat secara benar, sederhana, jelas, dan logis sehingga
perlu suatu metode pendokumentasian. Dokumentasi ini peril karena dapat digunakan
sebagai bahan untuk mempertanggung jawabkan tindakan yang dilakukan dan juga
bila ada kejadian gugatan, maka dokumentasi kebidanan dapat membentu. Bidan sebagai
tenaga kesehatan dan pelaksana asuhan kebidanan bidan wajib mencatat dan
melaporkan kegiatannya yang dokumentasinya harus tersimpan dengan baik. Aspek
pelayanan yang didokumentasikan adalah semua pelayanan mandiri yang diberikan
oleh bidan, pelayanan konsultasi dan pelayanan kolaborasi. (Samsulhadi, 2008)
Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pendarahan Pada Kehamilan Muda Di Bidan Praktek Swasta (BPS)
09:39
No comments
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Berlakang.
Indonesia
sebagai salah satu negara sedang berkembang banyak mengalami masalah dibidang kesehatan
diantaranya derajat kesehatan. Terutama derajat kesehatan Ibu dan Anak sebagai
kelompok penduduk yang rawan dan rentan. Oleh sebab itu, perlu diupayakan
penurunan angka kematian ibu dan bayi (Depkes RI, 2004).
Seorang wanita yang sedang hamil harus
lebih waspada dengan apa yang terjadi pada dirinya karena banyak sekali
kondisi-kondisi yang mengancam pada kehamilan. Tidak sedikit juga ibu yang
mengeluhkan perdarahan pada trimester I atau
3 bulan pertama kehamilannya. Yang akan kita bicarakan di sini adalah
perdarahan yang terjadi pada saat seorang ibu hamil muda. Perdarahan yang terjadi
saat hamil muda disebabkan oleh beberapa hal, antara lain keguguran (abortus),
kehamilan di luar kandungan (Kehamilan Ektopik Terganggu), ataupun hamil
anggur. Meskipun tanda dan gejala yang sama dari ketiga penyakit itu adalah
perdarahan, ada gejala lain yang mesti kita ketahui tentang masing-masing kasus
tersebut. (Muchtar, 2007).
Kasus pendarahan pada
masa kehamilan adalah salah satu yang paling ditakuti. Padahal, para ibu hamil
sebenarnya tidak perlu terlalu cemas bila pendarahan itu terjadi. Sebab, tidak
semua pendarahan dapat membahayakan janin atau sang ibu. Kasus
pendarahan pada masa kehamilan sangat bervariasi. Mulai pendarahan dengan
jumlah yang sangat sedikit (vlek) sampai pendarahan hebat dengan gumpalan dan
disertai kram perut. pendarahan
pada kehamilan dapat dibagi menjadi dua. Yaitu pendarahan pada kehamilan usia
muda dan tua (ante partum). Batas teoretis antara kehamilan itu adalah usia
janin 22 minggu. Ini mengingat kemungkinan hidup janin di luar uterus.
Hal medis yang perlu dipertimbangkan dalam
pendarahan usia muda. Yaitu keguguran (abortus) dan kehamilan di luar kandung
rahim. Kemungkinan mengalami keguguran jika pendarahan cukup parah, biasanya
sering disertai kram pada perut. Kadang juga disertai keluarnya bekuan darah
atau jaringan fetus (Winkjosastro, 2008)
Berdasarkan
penelitian WHO (Woldh Health Organization)
di seluruh dunia terdapat kematian ibu sebesar 500.000 jiwa / tahun dan kematian bayi khususnya neonatus sebesar 10.000.000 jiwa/tahun.
Kematian maternal dan bayi tersebut
terjadi terutama di Negara berkembang sebesar 99 %. Walaupun jumlah sangat
besar, yang menarik perhatian karena kejadian tersebar (Sporadis),
berbeda dengan kematian yang terjadi akibat banjir, tanah longsor, bencana alam
lainnya atau korban kecelakaan. Sebenarnya kematian ibu dan bayi mempunyai peluang yang sangat besar untuk dihindari
dengan meningkatkan kerja sama antara pemerintah dan swasta serta badan
pemerintah lainnya (Manuaba,
2008).
Menurut Survey Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002 –
2003, angka kematian bayi (AKB) di Indonesia mengalami penurunan dari 46 per
1000 kelahiran hidup (SKDI 1997) menjadi 35 per 1.000 kelahiran hidup (SDKI
2003). Sedangkan kematian ibu (AKI) juga
mengalami penurunan dari 421 per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 1992 menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup pada
tahun 1998-2003. Angka Kematian Ibu ( AKI) di Indonesia masih merupakan yang
tertinggi di Asia Tenggara yaitu 334 per
100.000 kelahiran hidup tahun 2005. (Profil
Kesehatan Indonesia ,2008
).
Subscribe to:
Posts (Atom)