BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Salah satu aspek utama dalam penilaian program Keluarga Berencana (KB)
adalah kualitas pelayanan yang diberikan. Perbaikan kualitas pelayanan akan
memperbesar jumlah peserta KB yang puas dan pada gilirannya akan meningkatkan
prevalensi (cakupan Keberhasilan) dan menurunkan tingkat
fertilitas (angka Kelahiran). Salah satu faktor yang menentukan dalam pelayanan KB
yang berkualitas adalah aspek sumber daya manusia, baik pengelola, pelaksana
maupun pemberi pelayanan KB (Saifuddin, 2003).
Pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas telah menjadi
tuntutan masyarakat, disamping merupakan kewajiban pemerintah dan pemberi
pelayanan untuk menyediakannya. Tuntutan pelayanan yang berkualitas ini
dipengaruhi dengan semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat terhadap
kesehatan, termasuk Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Oleh karena
itu, pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi tidak lagi
berorientasi pada pencapaian kualitas tetapi beroritentasi pada pemenuhan,
permintaan, serta menyediakan pelayanan yang berkualitas. Dengan demikian,
program Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi diarahkan untuk
memaksimalkan akses dan kualitas pelayanan. (Saifuddin, 2003).
Pelayanan keluarga Berencana yang merupakan salah satu didalam paket
pelayanan kesehatan reproduksi Essensial perlu mendapatkan perhatian yang
serius, karena dengan mutu pelayanan keluarga berencana yang berkualitas
diharapkan akan dapat meningkatkan tingkat kesehatan dan kesejahteraan.( BKKBN, 2003)
Metode suntikan KB telah menjadi bagian gerakan keluarga berencana
nasional serta peminatnya makin bertambah. Tingginya minat pemakai suntikan KB
oleh karena aman, sederhana, efektif, tidak menimbulkan gangguan dan dapat
dipakai pada pasca persalinan (Kespro, 2001).
Pemberian kontrasepsi suntikan sering menimbulkan gangguan haid
(amenorea), gangguan haid ini biasanya bersifat sementara dan sedikit sekali
mengganggu kesehatan. Dapat terjadi efek samping seperti peningkatan berat
badan, sakit kepala, dan nyeri panyudara. Efek-efek samping ini jarang, tidak
berbahaya, dan cepat hilang. Karena terlambat kembalinya kesuburan, penjelasan
perlu diberikan pada ibu usia muda yang ini menunda kehamilan, atau bagi yang
merencanakan kehamilan berikutnya dalam waktu dekat. Setelah suntikan dihentikan,
haid tidak segera datang, Haid baru akan datang kembali pada umumnya setelah 6
bulan, selama tidak haid tersebut dapat saja terjadi kehamilan. Bila setelah
3-6 bulan tidak juga haid, klien harus kembali kedokter atau tempat pelayanan
kesehatan untuk dicari penyebab tidak haid tersebut. Bila klien tidak dapat
kembali pada jadwal yang telah ditentukan, suntikan dapat diberikan 2 minggu
sebelum jadwal yang ditetapkan, asal saja tidak terjadi kehamilan, klien tidak
dibenarkan melakukan hubungan seksual selama 7 hari, atau menggunakan metode
kontrasepsi lainnya selama 7 hari. Bila
perlu dapat juga menggunakan salah satu kontrasepsi suntikan dan kemudian
meminta untuk digantikan dengan kontrasepsi suntikan yang lain, sebaiknya
jangan dilakukan. Andaikata terpaksa juga dilakukan, kotrasepsi yang akan
diberikan tersebut di injeksi sesuai dengan jadwal suntikan dari kontrasepsi
hormonal yang sebelumnya. (http://www.bkkbm.go.id/article_detail)
Ada beberapa faktor yang menyebabkan Aseptor KB tidak melanjutkan penggunaan
kontrasepsi suntikan karena adanya keterbatasan seperti sering terjadi gangguan
haid, klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus
kembali untuk suntikan), tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan
berikut, permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering, tidak
menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual, hepatitis B
virus, atau infeksi virus HIV. Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena
terjadinya kerusakan/kelainan pada organ genetalia, melainkan karena belum
habisnya pelepadan obat suntikan dari deponya (tempat suntikan), terjadi
perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka panjang, pada penggunaan
jangka panjang juga menimbulkan kekeringan pada vagina, menurunkan libido, gangguan
emosi (jarang), sakit kepala, hervositas dan jerawat (Sarwono, 2005).
0 komentar:
Post a Comment