Monday, 5 August 2013
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.S DENGAN VULNUS PUNCTUM DI RUANG BEDAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN
14:35
No comments
A. Latar Belakang
Luka adalah hilang atau rusaknya
jaringan tubuh keadaan ini dapat di sebabkan oleh trauma benda tajam atau
tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik atau gigitan
hewan.
Proses yang kemudian terjadi pada
jaringan yang rusak ini ialah penyembuhan luka yang dapat di bagi dalam tiga
fase yaitu fase inflamasi, proliferasi, dan penyundahan yang merupakan perupaan
kembali (remodelling) jaringan..
Berdasarkan sifat dan kejadian, luka
di bagi menjadi dua, yaitu luka di sengaja dan luka tidak di sengaja. Luka di
sengaja misalnya luka terkena radiasi atau bedah, sedangkan luka tidak di
sengaja contohnya adalah luka tekena trauma. Luka yang tidak di sengaja
(trauma) juga dapat di bagi menjadi luka terbuka dan tertutup. Di sebut luka
tertutup jika tidak terjadirobekan, sedangkan luka terbuka jika terjadi robekan
dan kelihatan seperti luka abrasio (luka akibat gesekan), luka punctuture(luka
akibat tusuka), dan hautraction (luka akibat perawatan luka).
Mekanisme terjadinya luka tergantung
pada jenis luka. Insisi terjadi karena teriris oleh instrumaen yang tajam. Luka
memar terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan di karakteristik oleh
cedera pada jaringan lunak. Luka lecet terjadi akibat begeskan dengan benda
lain yang biasanya dengan benda yang tidak tajam. Luka tusuk yang tejadi akibat
adanya benda seperti peluru atau pisau yang masuk ke dalam kulit. Luka gores
terjadi akibat benda yang tajam seperti kaca atau kawat. Luka tembus yaitu luka
yang menembus organ tubuh biasanya pada bagian awal luka (
Kira-kira 10% dari pasien denagn luka
mendapatkan infeksi luka nosokomial,termasuk luka bedah dan luka trauma, luka
bakar, ulkus neuropatik, dan ulkus dekubitus. Bakteri yang menyebabkan infeksi
dapat di tlarkan ke pasien dari petugas perawatan kesehatan atau dari
pengunjung. Pasien dan staf harus di ajarkan tentang strategi
pengendalianinfeksi, seperti teknik mencuci tangan yang tepat, dan prosedur
mengganti balutan yang tepat untuk mengurangi insidens kontaminasi luka atau
infeksi silang.
Lebih dari 80% pasien masuk ke ruang
gawat darurat adalah di sebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, berupa tabrakan
sepeda motor, sepeda yang penyebrang jalan yang di tabrak sisanya merupakan
kecelakaan yang di sebabkan oleh jatuh dari ketinggian, tertimpa benda, olahraga
dan korban kekerasan
Vulnus punctum merupakan bagian dari
trauma tajam yang mana luka tusuk masuk ke dalam jaringan tubuh dengan luka
sayatan yang sering sangt kecil pada kulit misalnya luka tusuk pisau.
Vulnus Punctum merupakan cedera
penetrasi. Penyebab nya berkisar dari paku sampai pisau atau peluru. Walaupun
perdarahan nyata sering kali sedikit, kerusakan jaringan internal dan
perdarahan dapat meluas dan mempunyai resiko tinggi terhadap infeksi sehubungan
dengan adanya benda asing pada tubuh.
Pada luka-luka terbuka dimana
terdapat kehilangan jaringan yang signifikasi, di katakan bahwa penyembuhan
terjadi secara intisif sekunder.
Jika abdomen mengalami vulnus punctum,
usus yang menempati sebagian besar rongga abdomen akan sangat rentan untuk
mengalami trauma penetrasi. Secara umum organ-organ padat berespon terhadap
trauma dengan perdarahan. Sedangkan organ berongga bila pecah mengeluarkan
isinya dalam hal ini bila usus pecah akan mengeluarkan isinya ke dalam rongga
peritoneal sehingga akan mengakibatkan peradangan atau infeksi. .
Gambaran klinis dari vulnus punctum adalah
nyeri, hilangnya fungsi, defornitas pemendekan ekstremitas, krepitus,
pembengkakan lokal,perubahan warna (Smilder,2002)
Penatalaksanaan vulnus punctum
sejalan luka melalui fase-fase penyembuhan banyak elemen, seperti nutrisi yang
tidak adekuat, kersuhan, istirahat, dan posisi menentkan seberapa cepat proses
penyembuhan terjadi.faktor-faktor ini intervensi yang menunjukkan faktor ini
dapt membantu untuk meningkatkan penyembuhan luka
Di Amerika kejadian kecelakaan lalu
lintas setiap tahun di perkirakan mencapai 500.000 kasus. Dari jumlah terseut
10% korban meinggal sebelum tiba di rumah sakit dan lbih tinggi dari 100.000
korban menderita berbagai tingkat kecelakaan lalu lintas tersebut).
Sedangkan di indonesia dewasa ini menghadapi
permasalahan kecelakaan lalu lintas jalan yang cukup serius. Menurut data dari
mabes polri setiap tahun tercatat 9856 orang meninggal akibat kecelakaan lalu
lintas jalan tersebut. Tingginya korban tersebut di sadari telah mendorong
tingginya biaya pemakai jalan, secara ekonomis menyebabkan terjadinya
pemborosan sumber daya. Berbagai upaya penanganan juga telah di lakukan untuk
mengurangi jumlah dan kelas kecelakaan lalu lintas ( accident severity)
tersebut. Di jakarta sendiri dari 614 kasus kecelakaan lalu lintas yang di
atopsi sepanjang tahun 1982, 490 kasus sebab kematiannya merupakan hasil
kecelakaan lalu lintas yang fatal yang mana korban kecelakaan lalu lintas
mengalami luka-luka di bagian kepala, ekstremitas atas, ekstremitas bawah,
tubuh depan dan tubuh belakang ( Muharsanto,2008).
Berat ringan nya vulnus punctum
tergantung dari dua faktor yaitu : lokasi anatomi injury,kekuatan tusukan,perlu
di pertimbangkan panjangnya benda yang digunakan untuk menusuk dan arah
tisukan. 50
Adapun masalah keperawatan yang
muncul pada kasus vulnus punctum yaitu nyeri, gangguan pola nutrisi,resiko
tejadinya infeksi, gangguan rasa nyaman, maka dalam hal itu peran perawat
sangat penting untuk mengatasi masalah yang timbul pada pasien. Karena perawat
merupakan seperangkat tingkah laku yang di harapkan oleh orang lain terhadap
seseorang sesuai dengan kedudukan dalam suatu sistem peran perawat yang di
pengaruhi oleh keadaan sosial baik dalam maupun luar profesi keperawatan dan
sifat kontan.
Penyakit Ulkus Diabetikum
08:52
No comments
Penyakit kaki diabetisi yang teratur akan mencegah atau mengurangi
terjadinya komplikasi kronik pada kaki. Penelitian di Spain yang dilakukan oleh
Calle dkk. pada 318 diabetisi dengan neuropati dilakukan edukasi penyakit kaki
kemudian diikuti selama 3-6 tahun dihasilkan pada kelompok I (223 responden)
melaksanakan penyakit kaki teratur dan kelompok II (95 responden) tidak
melaksanakan penyakit kaki, pada kelompok I terjadi ulkus sejumlah 7 responden
dan kelompok II terjadi ulkus sejumlah 30 responden. Kelompok I dilakukan
tindakan amputasi sejumlah 1 responden dan kelompok II sejumlah 19 responden.
Hasil penelitian pada diabetisi dengan neuropati yaitu kelompok yang tidak
melakukan penyakit kaki 13 kali risiko terjadi ulkus diabetika dibandingkan
kelompok yang melakukan penyakit kaki secara teratur.
Penggunaan alas kaki tidak tepat. Diabetisi tidak boleh berjalan tanpa alas
kaki karena tanpa menggunakan alas kaki yang tepat memudahkan terjadi trauma
yang mengakibatkan ulkus diabetika, terutama apabila terjadi neuropati yang
mengakibatkan sensasi rasa berkurang atau hilang. Penelitian eksperimental oleh
Gayle tentang tekanan pada kaki karena penggunaan alas kaki yang tidak tepat
dengan kejadian ulkus diabetika, menghasilkan bahwa penggunaan alas kaki tidak
tepat menyebabkan tekanan yang tinggi pada kaki sehingga risiko terjadi ulkus diabetika
3 kali dibandingkan dengan penggunaan alas kaki yang tepat.
Pencegahan dan pengelolaan ulkus diabetik untuk mencegah komplikasi lebih
lanjut adalah :
a. Memperbaiki
kelainan vaskuler.
b. Memperbaiki
sirkulasi.
c. Pengelolaan pada
masalah yang timbul ( infeksi, dll).
d. Edukasi penyakit
kaki.
e. Pemberian
obat-obat yang tepat untuk infeksi (menurut hasil laboratorium lengkap) dan
obat vaskularisasi, obat untuk penurunan gula darah maupun menghilangkan
keluhan/gejala dan penyulit DM.
f. Olah raga teratur
dan menjaga berat badan ideal.
g. Menghentikan
kebiasaan merokok.
h. Merawat kaki secara
teratur setiap hari, dengan cara :
1) Selalu menjaga kaki dalam keadaan bersih.
2) Membersihkan dan mencuci kaki setiap hari dengan air suam-suam kuku
dengan memakai sabun lembut dan mengeringkan dengan sempurna dan hati-hati
terutama diantara jari-jari kaki.
3) Memakai krem kaki yang baik pada kulit yang kering atau tumit yang
retak-retak, supaya kulit tetap mulus, dan jangan menggosok antara jari-jari
kaki (contoh: krem sorbolene).
4) Tidak memakai bedak, sebab ini akan menyebabkan kulit menjadi kering dan
retak-retak.
5) Menggunting kuku hanya boleh digunakan untuk memotong kuku kaki secara
lurus dan kemudian mengikir agar licin. Memotong kuku lebih mudah dilakukan
sesudah mandi, sewaktu kuku lembut.
6) Kuku kaki yang menusuk daging dan kalus, hendaknya diobati oleh
podiatrist. Jangan menggunakan pisau cukur atau pisau biasa, yang bisa
tergelincir; dan ini dapat menyebabkan luka pada kaki. Jangan menggunakan
penutup kornus/corns. Kornus-kornus ini seharusnya diobati hanya oleh
podiatrist.
7) Memeriksa kaki dan celah kaki setiap hari apakah terdapat kalus, bula,
luka dan lecet.
8) Menghindari penggunaan air panas atau bantal panas.
i. Penggunaan alas kaki tepat, dengan cara :
1) Tidak boleh
berjalan tanpa alas kaki, termasuk di pasir.
2) Memakai sepatu yang sesuai atau sepatu khusus untuk kaki dan nyaman
dipakai.
3) Sebelum memakai sepatu, memerika sepatu terlebih dahulu, kalau ada batu
dan lain-lain, karena dapat menyebabkan iritasi /gangguan dan luka terhadap
kulit.
4) Sepatu harus terbuat dari kulit, kuat, pas (cukup ruang untuk ibu jari
kaki) dan tidak boleh dipakai tanpa kaus kaki.
5) Sepatu baru harus dipakai secara berangsur-angsur dan hati-hati.
6) Memakai kaus kaki yang bersih dan mengganti setiap hari.
7) Kaus kaki terbuat dari bahan wol atau katun. Jangan memakai bahan
sintetis, karena bahan ini menyebabkan kaki berkeringat.
8) Memakai kaus kaki apabila kaki terasa dingin.
j. Menghindari trauma berulang, trauma dapat berupa fisik, kimia dan
termis, yang biasanya berkaitan dengan aktivitas atau jenis pekerjaan.
k. Menghidari pemakaian obat yang bersifat vasokonstriktor misalnya
adrenalin, nikotin.
l. Memeriksakan diri secara rutin ke dokter dan memeriksa kaki setiap
kontrol walaupun ulkus diabetik sudah sembuh.
Penyebab Ulkus Diabetikum
08:49
No comments
Faktor risiko terjadi ulkus diabetika pada penderita Diabetes mellitus
menurut Lipsky dengan modifikasi dikutip oleh Riyanto dkk. terdiri atas :
a. Faktor-faktor
risiko yang tidak dapat diubah :
1) Umur ≥ 60 tahun.
2) Lama DM ≥ 10 tahun.
b.
Faktor-Faktor Risiko yang dapat diubah :(termasuk kebiasaan dan gaya hidup)
1) Neuropati
(sensorik, motorik, perifer).
2) Obesitas.
3) Hipertensi.
4) Glikolisasi
Hemoglobin (HbA1C) tidak terkontrol.
5) Kadar glukosa darah
tidak terkontrol.
6)
Insusifiensi Vaskuler karena adanya Aterosklerosis yang disebabkan :
a) Kolesterol Total
tidak terkontrol.
b) Kolesterol HDL
tidak terkontrol.
c) Trigliserida tidak
terkontrol.
7) Kebiasaan merokok.
8) Ketidakpatuhan Diet
DM.
9) Kurangnya aktivitas
Fisik.
10) Pengobatan tidak
teratur.
11) Penyakit kaki
tidak teratur.
12) Penggunaan alas
kaki tidak tepat
Faktor-faktor
risiko terjadinya ulkus diabetika lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut :
a. Umur ≥ 60 tahun.
Umur, menurut penelitian di Swiss dikutip oleh Suwondo bahwa penderita
ulkus diabetika 6% pada usia < 55 tahun dan 74% pada usia ≥ 60 tahun.
Penelitian kasus kontrol di Iowa oleh Robert menunjukkan bahwa umur penderita
ulkus diabetika pada usia tua ≥ 60 tahun 3 kali lebih banyak dari usia muda
< 55 tahun. Umur ≥ 60 tahun berkaitan dengan terjadinya ulkus diabetika
karena pada usia tua, fungsi tubuh secara fisiologis menurun karena proses aging
terjadi penurunan sekresi atau resistensi insulin sehingga kemampuan fungsi
tubuh terhadap pengendalian glukosa darah yang tinggi kurang optimal.
Penelitian di Amerika Serikat dikutip oleh Rochmah W menunjukkan bahwa dari
tahun 1996-1997 pada lansia umur > 60 tahun, didapatkan hanya 12% saja pada
usia tua dengan DM yang kadar glukosa darah terkendali, 8% kadar kolesterol
normal, hipertensi 40%, dan 50% mengalami gangguan pada aterosklerosis,
makroangiopati, yang faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi penurunan
sirkulasi darah salah satunya pembuluh darah besar atau sedang di tungkai yang
lebih mudah terjadi ulkus diabetika
b. Lama DM ≥ 10 tahun.
Penelitian di USA oleh Boyko pada 749 penderita Diabetes mellitus dengan
hasil bahwa lama menderita DM ≥ 10 tahun merupakan faktor risiko terjadinya
ulkus diabetika dengan RR-nya sebesar 3 (95 % CI : 1,2 – 6,9). Ulkus diabetika
terutama terjadi pada penderita Diabetes mellitus yang telah menderita 10 tahun
atau lebih, apabila kadar glukosa darah tidak terkendali, karena akan muncul
komplikasi yang berhubungan dengan vaskuler sehingga mengalami
makroangiopati-mikroangiopati yang akan terjadi vaskulopati dan neuropati yang
mengakibatkan menurunnya sirkulasi darah dan adanya robekan/luka pada kaki
Penderita diabetik yang sering tidak dirasakan.
Konsep Penyakit Ulkus Diabetikum
08:39
No comments
2.4.1.
Pengertian Penyakit
Ulkus Diabetikum
Ulkus Diabetikum adalah luka pada kaki yang merah
kehitam – hitaman dab berbau busuk akibat sumbatan yang terjadi di pembuluh
sedang atau besar di tungkai.
Ulkus diabetikus adalah salah satu
bentuk komplikasi kronik Diabetes mellitus berupa luka terbuka pada permukaan kulit
yang dapat disertai adanya kematian jaringan setempat. Ulkus diabetikum merupakan luka terbuka
pada permukaan kulit
karena adanya komplikasi makroangiopati sehingga terjadi vaskuler insusifiensi
dan neuropati, yang lebih lanjut terdapat luka pada penderita yang sering tidak
dirasakan, dan dapat berkembang menjadi infeksi disebabkan oleh bakteri aerob
maupun anaerob. Pasien diabetes sangat beresiko terhadap kejadian luka dikaki
dan merupakan jenis luka kronis yang sangat sulit penyembuhannya. Perawtan luka
diabetes khususnya dikaki relatif mahal, namun menjadi lebih berkualitas
dibanding pasien harus kehilangan salah satu anggota tubuhnya.
Ada banyak alasan mengapa klien diabetes
beresiko tinggi terhadap kejadian luka dikaki diantaranya diakibatkan karena
kaki yang sulit bergerak terutama jika klien dengan obesitas, neoropati
sensorik, iskhemia sehingga proses penyembuhan menjadi lambat akibat konstriksi
pembuluh darah. Adanya gannguan sistem imunitas, pada klien diabetes
menyebabkan luka mudah terinfeksi dan jika terkontaminasi bakteri akan menjadi
ganren sehingga makin sulit pada penyakitnya serta beresiko terhadap amputasi.
2.4.2.
Tanda Dan Gejala Ulkus Diabetikum
Tanda dan gejala ulkus
diabetika yaitu :
1. Sering
kesemutan.
2. Nyeri
kaki saat istirahat.
3. Sensasi
rasa berkurang.
4. Kerusakan
Jaringan (nekrosis).
5. Penurunan
denyut nadi arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea.
6. Kaki
menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal.
Ulkus kaki
diabetik dapat bervariasi dari semacam kawah merah dangkal yang hanya
melibatkan permukaan kulit sampai sangat dalam dan luas sehingga melibatkan
tendon, tulang dan struktur-struktur dalam lainnya. Pada tahap lanjut, ulkus
dapat berkembang menjadi abses (kantong nanah), menyebarkan infeksi pada kulit
dan lemak yang mendasari (selulitis), infeksi tulang (osteomielitis) atau
gangren. Gangren adalah jaringan tubuh gelap dan mati yang disebabkan oleh
aliran darah yang buruk.
Secara umum, ulkus kaki diabetik dapat dibagi menjadi
tahapan-tahapan berikut:
Tahap 1: Ulkus kecil yang dangkal
Tahap 2: Ulkus yang meluas ke tulang atau kapsul sendi
Tahap 4: Jaringan di
telapak kaki bagian depan atau tumit mati (gangren)
Tahap 5: Jaringan di
daerah seluruh kaki mati
Subscribe to:
Posts (Atom)