This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Monday, 5 August 2013

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.S DENGAN VULNUS PUNCTUM DI RUANG BEDAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN



A.    Latar Belakang
Luka adalah hilang atau rusaknya jaringan tubuh keadaan ini dapat di sebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik atau gigitan hewan.
Proses yang kemudian terjadi pada jaringan yang rusak ini ialah penyembuhan luka yang dapat di bagi dalam tiga fase yaitu fase inflamasi, proliferasi, dan penyundahan yang merupakan perupaan kembali (remodelling) jaringan..
Berdasarkan sifat dan kejadian, luka di bagi menjadi dua, yaitu luka di sengaja dan luka tidak di sengaja. Luka di sengaja misalnya luka terkena radiasi atau bedah, sedangkan luka tidak di sengaja contohnya adalah luka tekena trauma. Luka yang tidak di sengaja (trauma) juga dapat di bagi menjadi luka terbuka dan tertutup. Di sebut luka tertutup jika tidak terjadirobekan, sedangkan luka terbuka jika terjadi robekan dan kelihatan seperti luka abrasio (luka akibat gesekan), luka punctuture(luka akibat tusuka), dan hautraction (luka akibat perawatan luka). 
Mekanisme terjadinya luka tergantung pada jenis luka. Insisi terjadi karena teriris oleh instrumaen yang tajam. Luka memar terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan di karakteristik oleh cedera pada jaringan lunak. Luka lecet terjadi akibat begeskan dengan benda lain yang biasanya dengan benda yang tidak tajam. Luka tusuk yang tejadi akibat adanya benda seperti peluru atau pisau yang masuk ke dalam kulit. Luka gores terjadi akibat benda yang tajam seperti kaca atau kawat. Luka tembus yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanya pada bagian awal luka (
Kira-kira 10% dari pasien denagn luka mendapatkan infeksi luka nosokomial,termasuk luka bedah dan luka trauma, luka bakar, ulkus neuropatik, dan ulkus dekubitus. Bakteri yang menyebabkan infeksi dapat di tlarkan ke pasien dari petugas perawatan kesehatan atau dari pengunjung. Pasien dan staf harus di ajarkan tentang strategi pengendalianinfeksi, seperti teknik mencuci tangan yang tepat, dan prosedur mengganti balutan yang tepat untuk mengurangi insidens kontaminasi luka atau infeksi silang.
Lebih dari 80% pasien masuk ke ruang gawat darurat adalah di sebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, berupa tabrakan sepeda motor, sepeda yang penyebrang jalan yang di tabrak sisanya merupakan kecelakaan yang di sebabkan oleh jatuh dari ketinggian, tertimpa benda, olahraga dan korban kekerasan
Vulnus punctum merupakan bagian dari trauma tajam yang mana luka tusuk masuk ke dalam jaringan tubuh dengan luka sayatan yang sering sangt kecil pada kulit misalnya luka tusuk pisau.
Vulnus Punctum merupakan cedera penetrasi. Penyebab nya berkisar dari paku sampai pisau atau peluru. Walaupun perdarahan nyata sering kali sedikit, kerusakan jaringan internal dan perdarahan dapat meluas dan mempunyai resiko tinggi terhadap infeksi sehubungan dengan adanya benda asing pada tubuh.
Pada luka-luka terbuka dimana terdapat kehilangan jaringan yang signifikasi, di katakan bahwa penyembuhan terjadi secara intisif sekunder.
Jika abdomen mengalami vulnus punctum, usus yang menempati sebagian besar rongga abdomen akan sangat rentan untuk mengalami trauma penetrasi. Secara umum organ-organ padat berespon terhadap trauma dengan perdarahan. Sedangkan organ berongga bila pecah mengeluarkan isinya dalam hal ini bila usus pecah akan mengeluarkan isinya ke dalam rongga peritoneal sehingga akan mengakibatkan peradangan atau infeksi. .
 Gambaran klinis dari vulnus punctum adalah nyeri, hilangnya fungsi, defornitas pemendekan ekstremitas, krepitus, pembengkakan lokal,perubahan warna (Smilder,2002)
Penatalaksanaan vulnus punctum sejalan luka melalui fase-fase penyembuhan banyak elemen, seperti nutrisi yang tidak adekuat, kersuhan, istirahat, dan posisi menentkan seberapa cepat proses penyembuhan terjadi.faktor-faktor ini intervensi yang menunjukkan faktor ini dapt membantu untuk meningkatkan penyembuhan luka
Di Amerika kejadian kecelakaan lalu lintas setiap tahun di perkirakan mencapai 500.000 kasus. Dari jumlah terseut 10% korban meinggal sebelum tiba di rumah sakit dan lbih tinggi dari 100.000 korban menderita berbagai tingkat kecelakaan lalu lintas tersebut).
Sedangkan di indonesia dewasa ini menghadapi permasalahan kecelakaan lalu lintas jalan yang cukup serius. Menurut data dari mabes polri setiap tahun tercatat 9856 orang meninggal akibat kecelakaan lalu lintas jalan tersebut. Tingginya korban tersebut di sadari telah mendorong tingginya biaya pemakai jalan, secara ekonomis menyebabkan terjadinya pemborosan sumber daya. Berbagai upaya penanganan juga telah di lakukan untuk mengurangi jumlah dan kelas kecelakaan lalu lintas ( accident severity) tersebut. Di jakarta sendiri dari 614 kasus kecelakaan lalu lintas yang di atopsi sepanjang tahun 1982, 490 kasus sebab kematiannya merupakan hasil kecelakaan lalu lintas yang fatal yang mana korban kecelakaan lalu lintas mengalami luka-luka di bagian kepala, ekstremitas atas, ekstremitas bawah, tubuh depan dan tubuh belakang ( Muharsanto,2008).    
Berat ringan nya vulnus punctum tergantung dari dua faktor yaitu : lokasi anatomi injury,kekuatan tusukan,perlu di pertimbangkan panjangnya benda yang digunakan untuk menusuk dan arah tisukan. 50
Adapun masalah keperawatan yang muncul pada kasus vulnus punctum yaitu nyeri, gangguan pola nutrisi,resiko tejadinya infeksi, gangguan rasa nyaman, maka dalam hal itu peran perawat sangat penting untuk mengatasi masalah yang timbul pada pasien. Karena perawat merupakan seperangkat tingkah laku yang di harapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam suatu sistem peran perawat yang di pengaruhi oleh keadaan sosial baik dalam maupun luar profesi keperawatan dan sifat kontan.

Penyakit Ulkus Diabetikum



Penyakit kaki diabetisi yang teratur akan mencegah atau mengurangi terjadinya komplikasi kronik pada kaki. Penelitian di Spain yang dilakukan oleh Calle dkk. pada 318 diabetisi dengan neuropati dilakukan edukasi penyakit kaki kemudian diikuti selama 3-6 tahun dihasilkan pada kelompok I (223 responden) melaksanakan penyakit kaki teratur dan kelompok II (95 responden) tidak melaksanakan penyakit kaki, pada kelompok I terjadi ulkus sejumlah 7 responden dan kelompok II terjadi ulkus sejumlah 30 responden. Kelompok I dilakukan tindakan amputasi sejumlah 1 responden dan kelompok II sejumlah 19 responden. Hasil penelitian pada diabetisi dengan neuropati yaitu kelompok yang tidak melakukan penyakit kaki 13 kali risiko terjadi ulkus diabetika dibandingkan kelompok yang melakukan penyakit kaki secara teratur.
Penggunaan alas kaki tidak tepat. Diabetisi tidak boleh berjalan tanpa alas kaki karena tanpa menggunakan alas kaki yang tepat memudahkan terjadi trauma yang mengakibatkan ulkus diabetika, terutama apabila terjadi neuropati yang mengakibatkan sensasi rasa berkurang atau hilang. Penelitian eksperimental oleh Gayle tentang tekanan pada kaki karena penggunaan alas kaki yang tidak tepat dengan kejadian ulkus diabetika, menghasilkan bahwa penggunaan alas kaki tidak tepat menyebabkan tekanan yang tinggi pada kaki sehingga risiko terjadi ulkus diabetika 3 kali dibandingkan dengan penggunaan alas kaki yang tepat.
Pencegahan dan pengelolaan ulkus diabetik untuk mencegah komplikasi lebih lanjut adalah :
a. Memperbaiki kelainan vaskuler.
b. Memperbaiki sirkulasi.
c. Pengelolaan pada masalah yang timbul ( infeksi, dll).
d. Edukasi penyakit kaki.
e. Pemberian obat-obat yang tepat untuk infeksi (menurut hasil laboratorium lengkap) dan obat vaskularisasi, obat untuk penurunan gula darah maupun menghilangkan keluhan/gejala dan penyulit DM.
f. Olah raga teratur dan menjaga berat badan ideal.
g. Menghentikan kebiasaan merokok.
h. Merawat kaki secara teratur setiap hari, dengan cara :
1) Selalu menjaga kaki dalam keadaan bersih.
2) Membersihkan dan mencuci kaki setiap hari dengan air suam-suam kuku dengan memakai sabun lembut dan mengeringkan dengan sempurna dan hati-hati terutama diantara jari-jari kaki.
3) Memakai krem kaki yang baik pada kulit yang kering atau tumit yang retak-retak, supaya kulit tetap mulus, dan jangan menggosok antara jari-jari kaki (contoh: krem sorbolene).
4) Tidak memakai bedak, sebab ini akan menyebabkan kulit menjadi kering dan retak-retak.
5) Menggunting kuku hanya boleh digunakan untuk memotong kuku kaki secara lurus dan kemudian mengikir agar licin. Memotong kuku lebih mudah dilakukan sesudah mandi, sewaktu kuku lembut.
6) Kuku kaki yang menusuk daging dan kalus, hendaknya diobati oleh podiatrist. Jangan menggunakan pisau cukur atau pisau biasa, yang bisa tergelincir; dan ini dapat menyebabkan luka pada kaki. Jangan menggunakan penutup kornus/corns. Kornus-kornus ini seharusnya diobati hanya oleh podiatrist.
7) Memeriksa kaki dan celah kaki setiap hari apakah terdapat kalus, bula, luka dan lecet.
8) Menghindari penggunaan air panas atau bantal panas.
i. Penggunaan alas kaki tepat, dengan cara :
1) Tidak boleh berjalan tanpa alas kaki, termasuk di pasir.
2) Memakai sepatu yang sesuai atau sepatu khusus untuk kaki dan nyaman dipakai.
3) Sebelum memakai sepatu, memerika sepatu terlebih dahulu, kalau ada batu dan lain-lain, karena dapat menyebabkan iritasi /gangguan dan luka terhadap kulit.
4) Sepatu harus terbuat dari kulit, kuat, pas (cukup ruang untuk ibu jari kaki) dan tidak boleh dipakai tanpa kaus kaki.
5) Sepatu baru harus dipakai secara berangsur-angsur dan hati-hati.
6) Memakai kaus kaki yang bersih dan mengganti setiap hari.
7) Kaus kaki terbuat dari bahan wol atau katun. Jangan memakai bahan sintetis, karena bahan ini menyebabkan kaki berkeringat.
8) Memakai kaus kaki apabila kaki terasa dingin.
j. Menghindari trauma berulang, trauma dapat berupa fisik, kimia dan termis, yang biasanya berkaitan dengan aktivitas atau jenis pekerjaan.
k. Menghidari pemakaian obat yang bersifat vasokonstriktor misalnya adrenalin, nikotin.
l. Memeriksakan diri secara rutin ke dokter dan memeriksa kaki setiap kontrol walaupun ulkus diabetik sudah sembuh.

Penyebab Ulkus Diabetikum



Faktor risiko terjadi ulkus diabetika pada penderita Diabetes mellitus menurut Lipsky dengan modifikasi dikutip oleh Riyanto dkk. terdiri atas :
a. Faktor-faktor risiko yang tidak dapat diubah :
1) Umur ≥ 60 tahun.
2) Lama DM ≥ 10 tahun.
b. Faktor-Faktor Risiko yang dapat diubah :(termasuk kebiasaan dan gaya hidup)
1) Neuropati (sensorik, motorik, perifer).
2) Obesitas.
3) Hipertensi.
4) Glikolisasi Hemoglobin (HbA1C) tidak terkontrol.
5) Kadar glukosa darah tidak terkontrol.
6) Insusifiensi Vaskuler karena adanya Aterosklerosis yang disebabkan :
a) Kolesterol Total tidak terkontrol.
b) Kolesterol HDL tidak terkontrol.
c) Trigliserida tidak terkontrol.
7) Kebiasaan merokok.
8) Ketidakpatuhan Diet DM.
9) Kurangnya aktivitas Fisik.
10) Pengobatan tidak teratur.
11) Penyakit kaki tidak teratur.
12) Penggunaan alas kaki tidak tepat
Faktor-faktor risiko terjadinya ulkus diabetika lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut :
a. Umur ≥ 60 tahun.
Umur, menurut penelitian di Swiss dikutip oleh Suwondo bahwa penderita ulkus diabetika 6% pada usia < 55 tahun dan 74% pada usia ≥ 60 tahun. Penelitian kasus kontrol di Iowa oleh Robert menunjukkan bahwa umur penderita ulkus diabetika pada usia tua ≥ 60 tahun 3 kali lebih banyak dari usia muda < 55 tahun. Umur ≥ 60 tahun berkaitan dengan terjadinya ulkus diabetika karena pada usia tua, fungsi tubuh secara fisiologis menurun karena proses aging terjadi penurunan sekresi atau resistensi insulin sehingga kemampuan fungsi tubuh terhadap pengendalian glukosa darah yang tinggi kurang optimal. Penelitian di Amerika Serikat dikutip oleh Rochmah W menunjukkan bahwa dari tahun 1996-1997 pada lansia umur > 60 tahun, didapatkan hanya 12% saja pada usia tua dengan DM yang kadar glukosa darah terkendali, 8% kadar kolesterol normal, hipertensi 40%, dan 50% mengalami gangguan pada aterosklerosis, makroangiopati, yang faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi penurunan sirkulasi darah salah satunya pembuluh darah besar atau sedang di tungkai yang lebih mudah terjadi ulkus diabetika
b. Lama DM ≥ 10 tahun.
Penelitian di USA oleh Boyko pada 749 penderita Diabetes mellitus dengan hasil bahwa lama menderita DM ≥ 10 tahun merupakan faktor risiko terjadinya ulkus diabetika dengan RR-nya sebesar 3 (95 % CI : 1,2 – 6,9). Ulkus diabetika terutama terjadi pada penderita Diabetes mellitus yang telah menderita 10 tahun atau lebih, apabila kadar glukosa darah tidak terkendali, karena akan muncul komplikasi yang berhubungan dengan vaskuler sehingga mengalami makroangiopati-mikroangiopati yang akan terjadi vaskulopati dan neuropati yang mengakibatkan menurunnya sirkulasi darah dan adanya robekan/luka pada kaki Penderita diabetik yang sering tidak dirasakan.

Konsep Penyakit Ulkus Diabetikum



        2.4.1. Pengertian Penyakit Ulkus Diabetikum
Ulkus Diabetikum adalah luka pada kaki yang merah kehitam – hitaman dab berbau busuk akibat sumbatan yang terjadi di pembuluh sedang atau besar di tungkai.
Ulkus diabetikus adalah salah satu bentuk komplikasi kronik Diabetes mellitus berupa luka terbuka pada permukaan kulit yang dapat disertai adanya kematian jaringan setempat. Ulkus diabetikum merupakan luka terbuka pada permukaan kulit karena adanya komplikasi makroangiopati sehingga terjadi vaskuler insusifiensi dan neuropati, yang lebih lanjut terdapat luka pada penderita yang sering tidak dirasakan, dan dapat berkembang menjadi infeksi disebabkan oleh bakteri aerob maupun anaerob. Pasien diabetes sangat beresiko terhadap kejadian luka dikaki dan merupakan jenis luka kronis yang sangat sulit penyembuhannya. Perawtan luka diabetes khususnya dikaki relatif mahal, namun menjadi lebih berkualitas dibanding pasien harus kehilangan salah satu anggota tubuhnya.
Ada banyak alasan mengapa klien diabetes beresiko tinggi terhadap kejadian luka dikaki diantaranya diakibatkan karena kaki yang sulit bergerak terutama jika klien dengan obesitas, neoropati sensorik, iskhemia sehingga proses penyembuhan menjadi lambat akibat konstriksi pembuluh darah. Adanya gannguan sistem imunitas, pada klien diabetes menyebabkan luka mudah terinfeksi dan jika terkontaminasi bakteri akan menjadi ganren sehingga makin sulit pada penyakitnya serta beresiko terhadap amputasi.
         2.4.2. Tanda Dan Gejala Ulkus Diabetikum
Tanda dan gejala ulkus diabetika yaitu :
1.    Sering kesemutan.
2.     Nyeri kaki saat istirahat.
3.    Sensasi rasa berkurang.
4.    Kerusakan Jaringan (nekrosis).
5.    Penurunan denyut nadi arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea.
6.    Kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal.
7.    Kulit kering.
Ulkus kaki diabetik dapat bervariasi dari semacam kawah merah dangkal yang hanya melibatkan permukaan kulit sampai sangat dalam dan luas sehingga melibatkan tendon, tulang dan struktur-struktur dalam lainnya. Pada tahap lanjut, ulkus dapat berkembang menjadi abses (kantong nanah), menyebarkan infeksi pada kulit dan lemak yang mendasari (selulitis), infeksi tulang (osteomielitis) atau gangren. Gangren adalah jaringan tubuh gelap dan mati yang disebabkan oleh aliran darah yang buruk.
Secara umum, ulkus kaki diabetik dapat dibagi menjadi tahapan-tahapan berikut:
Tahap 0: Tidak ada luka, namun ada deformitas kaki atau pembentukan kalus.
Tahap 1: Ulkus kecil yang dangkal
Tahap 2: Ulkus yang meluas ke tulang atau kapsul sendi
Tahap 3: Ulkus dengan infeksi, abses atau osteomielitis
Tahap 4: Jaringan di telapak kaki bagian depan atau tumit mati (gangren)
Tahap 5: Jaringan di daerah seluruh kaki mati