BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang Masalah
Diabetes militus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai
kelainan metabolisme akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai
komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah, disertai lesi
pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikkroskop elektron.
Penderita
diabetes bisa mengalami berbagai komplikasi
jangka panjang jika diabetesnya tidak dikelola dengan baik. Jika
saraf yang menuju ke tangan, tungkai dan kaki mengalami kerusakan (polineuropati
diabetikum), maka pada lengan dan tungkai bisa dirasakan kesemutan atau
nyeri seperti terbakar dan kelemahan. Kerusakan pada saraf
menyebabkan kulit lebih sering mengalami cedera karena penderita tidak dapat
meredakan perubahan tekanan maupun
suhu. Berkurangnya aliran darah ke kulit juga bisa menyebabkan ulkus
diabetikum (borok) dan semua
penyembuhan luka berjalan lambat. Ulkus diabetikum di kaki bisa sangat
dalam dan mengalami infeksi serta masa penyembuhannya lama sehingga sebagian
tungkai harus diamputasi.
Salah satu akibat komplikasi kronik atau
jangka panjang Diabetes mellitus adalah ulkus diabetika. Ulkus diabetika
disebabkan adanya tiga faktor yang sering disebut Trias yaitu: Iskemik,
Neuropati, dan Infeksi. Pada penderita DM apabila kadar glukosa darah tidak
terkendali akan terjadi komplikasi kronik yaitu neuropati, menimbulkan
perubahan jaringan saraf karena adanya penimbunan sorbitol dan fruktosa
sehingga mengakibatkan akson menghilang, penurunan kecepatan induksi,
parastesia, menurunnya reflek otot, atrofi otot, keringat berlebihan, kulit
kering dan hilang rasa, apabila diabetisi tidak hati-hati dapat terjadi trauma
yang akan menjadi ulkus diabetika
Pada penderita DM yang tidak terkendali
akan menyebabkan penebalan tunika intima (hiperplasia membram basalis arteri)
pada pembuluh darah besar dan pembuluh kapiler bahkan dapat terjadi kebocoran
albumin keluar kapiler sehingga mengganggu distribusi darah ke jaringan dan
timbul nekrosis jaringan yang mengakibatkan ulkus diabetika. Eritrosit pada
penderita DM yang tidak terkendali akan meningkatkan HbA1C yang menyebabkan
deformabilitas eritrosit dan pelepasan oksigen di jaringan oleh eritrosit
terganggu, sehingga terjadi penyumbatan yang menggangu sirkulasi jaringan dan
kekurangan oksigen mengakibatkan kematian jaringan yang selanjutnya timbul
ulkus diabetika. Peningkatan kadar fibrinogen dan bertambahnya reaktivitas
trombosit menyebabkan tingginya agregasi sel darah merah sehingga sirkulasi
darah menjadi lambat dan memudahkan terbentuknya trombosit pada dinding
pembuluh darah yang akan mengganggu sirkulasi darah.
Alasan mengapa orang diabetes lebih tinggi risikonya
mengalami masalah kaki. Pertama, berkurangnya sensasi rasa nyeri setempat
(neuropati) membuat pasien tidak menyadari bahkan sering mengabaikan luka yang
terjadi karena tidak dirasakannya. Luka timbul spontan sering disebabkan karena
trauma misalnya kemasukan pasir, tertusuk duri, lecet akibat pemakaian
sepatu/sandal yang sempit dan bahan yang keras. Mulanya hanya kecil, kemudian
meluas dalam waktu yang tidak begitu lama. Luka akan menjadi borok dan menimbulkan
bau yang disebut gas gangren. Jika tidak dilakukan perawatan akan sampai ke
tulang yang mengakibatkan infeksi tulang (osteomylitis). Upaya yang dilakukan
untuk mencegah perluasan infeksi terpaksa harus dilakukan amputasi (pemotongan
tulang)
Kaki diabetik adalah infeksi, ulserasi, dan atau
destruksi jaringan ikat dalam yang berhubungan dengan neuropati dan penyakit
vaskuler perifer pada tungkai bawah. Hiperglikemia pada DM yang tidak dikelola
dengan baik akan menimbulkan berbagai komplikasi kronis yaitu neuropati perifer
dan angiopati. Dengan adanya angiopati perifer dan neuropati, trauma ringan
dapat menimbulkan ulkus pada penderita DM. Ulkus DM mudah terinfeksi karena
respons kekebalan tubuh pada penderita DM biasanya menurun. Ketidaktahuan
pasien dan keluarga membuat ulkus bertambah parah dan menjadi gangren yang
terinfeksi. Komplikasi kaki diabetik merupakan penyebab tersering dilakukannya
amputasi yang didasari oleh kejadian non traumatik. Risiko amputasi 15-40 kali
lebih sering pada penderita DM dibandingkan dengan non-DM. Komplikasi akibat
kaki diabetik menyebabkan lama rawat penderita DM menjadi lebih panjang. Lebih
dari 25% penderita DM yang dirawat adalah akibat kaki diabetik. Sebagian besar
amputasi pada kaki diabetik bermula dari ulkus pada kulit. Bila dilakukan
deteksi dini dan pengobatan yang adekuat akan dapat mengurangi kejadian
tindakan amputasi. Ironisnya evaluasi dini dan penanganan yang adekuat di rumah
sakit tidak optimal.
Perhatian yang lebih pada kaki penderita DM dan memeriksa
secara regular diharapkan akan mengurangi kejadian komplikasi berupa ulkus
diabetik, yang pada akhirnya akan
mengurangi biaya rawat dan kecacatan.
0 komentar:
Post a Comment