Sunday, 18 May 2014
KONSEP Balita Sakit
13:22
1 comment
Anak Bawah Lima Tahun (Balita)
menderita Demam
mungkin menderita penyakit Malaria, Campak, Demam Berdarah atau penyakit berat
lainnya. Demam juga timbul karena hanya menderita batuk pilek saja atau infeksi virus lainnya. Demam merupakan gejala
utama penyakit Malaria. Demam bisa timbul sepanjang waktu atau hilang timbul dengan
jarak waktu yang teratur. anak dengan Malaria juga mungkin menderita anemia kronis atau menderita penyakit menahun dan sesak
nafas yang merupakan suatu tanda pneumonia. Demam dan ruam yang menyeluruh
merupakan tanda-tanda utama penyakit Campak. Sedangkan demam akut 2 sampai 7
hari, lemah, gelisah , nyeri ulu hati diikuti gejala pendarahan dan
kecendrungan syok merupakan ciri dari penyakit Demam Berdarah ().
Lingkungan
yang buruk serta rendahnya tingkat kesadaran untuk berperilaku sehat menjadi
kawasan kumuh sebagai kawasan yang rawan akan penyebaran penyakit. Lingkungan
yang buruk menjadi penyebab berkembang biaknya berbagai virus penyakit menular,
karena itu berbagai infeksi penyakit sering terjadi pada para penghuni kawasan
kumuh, penyakit menular yang sering dijumpai adalah diare, diikuti oleh
penyakit infeksi lainnya seperti thypoid, Ispa, Penyakit kulit, campak,
leptospirosis, demam berdarah dengue (DBD) ().
Namun,
seperti yang telah dijelaskan di atas, berkembangnya perilaku pencegahan ini
sangat tergantung pada kondisi pribadi masing-masing individu. termasuk
persepsi individu bersangkutan dalam memandang diare. Dengan kata lain jika
seseorang mempersepsikan diare adalah penyakit yang membahayakan maka yang
bersangkutan dapat diproyeksikan akan semakin berusaha keras untuk melakukan
pencegahan agar tidak terserang diare ().
Bayi
yang harus segera mendapat pertolongan tenaga professional bila: Bayi menjadi
lebih lemah dan kurang dapat mengisap ASI. Bayi tiba-tiba kurang mau minum,
tidak seperti biasanya. Bayi kejang-kejang, tali pusat bayi berdarah, kemerahan,
berbau, atau bernanah, Bayi demam, tubuh, tangan dan kaki tetap dingin walaupun
sudah dibungkus. Bayi bernafas dengan cepat atau sulit bernafas. Bayi sulit
dibangunkan, yang mungkin karena kesadarannya menurun. Bayi tampak kuning. Bayi
mencret atau muntah. Bila ada salah satu tanda diatas dan bayi tidak mau minum
lebih dari 4 – 6 jam. Bayi mulai merintih, tidak menagis, seperti biasa. ().
Pencegahan hipotermia merupakan asuhan neonatal
dasar agar BBL tidak mengalami hipotermia. Disebut hipotermia bila suhu tubuh
turun dibawah 36,50C. Suhu normal pada neonatus adalah 36,5 – 37,50C pada
pengukuran suhu melalui ketiak BBL mudah sekali terkena hipotermia, hal ini
disebabkan karena pusat pengaturan panas pada bayi belum berfungsi
dengan sempurna, permukaan tubuh bayi relatif luas, tubuh
bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas, dan bayi belum mampu mengatur posisi tubuh dari pakaiannya agar ia tidak
kedinginan.
Hal-hal yang perlu dilakukan untuk pencegahan
hipotermi adalah mengeringkan bayi segera mungkin, menutup bayi dengan selimut
atau topi dan menenmpatkan bayi di atas perut ibu (kontak dari kulit ke kulit).
Jika kondisi ibu tidak memungkinkan untuk menaruh bayi di atas dada (karena ibu
lemah atau syok) maka hal-hal yang dapat dilakukan yaitu mengeringkan dan membungkus bayi dengan kain yang hangat, meletakkan
bayi didekat ibu, dan memastikan ruang bayi yang terbaring cukup
hangat ().
A.
Dampak
Sakit
Sering sakit menjadi penyebab terpenting kedua kekurangan gizi,
apalagi di Negara-negara terbelakang dan yang sedang berkembang seperti Indonesia,
dimana kesadaran akan kebersihan / personal hygine yang masih kurang, serta
ancaman endemisitas penyakit tertentu, khususnya infeksi kronik seperti
misalnya tuberculosis (TBC) masih sangat tinggi. Kaitan infeksi dan kurang gizi
seperti layaknya lingkaran setan yang sukar diputuskan, karena keduanya saling
terkait dan saling memperberat. Kondisi infeksi kronik akan meyebabkan kurang
gizi dan kondisi malnutrisi sendiri akan memberikan dampak buruk pada sistem
pertahanan sehingga memudahkan. Terjadinya infeksi berpengaruh negatif terhadap kehidupan manusia ()
Frekuensi sakit bagi seorang
balita akan mengganggu pertumbuhannya balita secara umum, karena dalam keadaan
sakit balita tidak memiliki selera makan dan menjadi rewel sehingga kebutuhan
nutrisi tidak terpenuhi secara adekuat, hal ini sangat mempengaruhi pertumbuhan
sel-sel dan pertumbuhan otak, balita yang sering sakit akan mengakibatkan
pertumbuhan intelektualnya terganggu ().
KONSEP BALITA
13:19
No comments
Masa balita adalah periode perkembangan fisik dan mental yang pesat.
Pada masa ini otak balita Ibu telah siap menghadapi berbagai stimulus seperti
belajar berjalan dan berbicara lebih lancar.
Masa balita (bayi di bawah lima tahun) dalam siklus kehidupan
seorang tidak akan datang dua kali. Masa itu adalah periode paling kritis dalam
meningkatkan kecerdasan, emosi sosial dan spiritual anak dikemudian hari.
Menyadari pentingnya masa balita itu, tidak mengherankan periode itu disebut
masa emas
Balita (bayi dibawah lima tahun) yaitu anak umur 0-5 tahun, atau
balita adalah bayi yang berumur dibawah lima tahun atau masih kecil yang perlu
tempat bergantung pada seorang dewasa yang mempunyai kekuatan untuk mandiri
dengan usaha anak balita yang tumbuh.
Anak
Balita juga merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit.
Kelompok ini yang merupakan kelompok
umur yang paling menderita akibat gizi (KKP). Dan jumlahnya dalam
populasi besar. Beberapa kondisi atau anggapan yang menyebabkan anak balita ini
rawan gizi dan rawan kesehatan antara lain sebagai berikut :
a.
Anak-anak balita baru berada
dalam masa transisi dari makanan bayi ke makanan orang dewasa.
b.
Biasanya anak balita ini sudah
mempunyai adik atau ibunya sudah bekerja penuh, sehingga perhatian ibu sudah
berkurang.
c.
Anak balita sudah main ditanah,
dan sudah dapat main diluar rumahnya sendiri, sehingga mudah tercemar dengan
lingkungan yang kotor dan kondisi yang memungkinkan untuk terinfeksi dengan
berbagai macam penyakit.
d.
Anak balita belum dapat
mengurus dirinya sendiri, termasuk dalam memilih makanan. Di pihak lain ibunya
sudah tidak memperhatikan lagi makanan anak balita, karena di anggap sudah
dapat makan sendiri.
Subscribe to:
Posts (Atom)