Monday, 8 February 2016

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Hamil terhadap Pencegahan Mual Muntah Pada Ibu Hamil



BAB I
PENDAHULUAN


1.1.Latar Belakang
Kehamilan adalah sebuah  proses yang di awali dengan keluarnya sel telur yang matang pada saluran telur yang kemudian bertemu dengan spermatozoadan keduanya menyatu membentuk sel yang bertumbuh.Kehamilan merupakan suatu proses fisiologis yang terjadi pada wanita, dimana masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya kehamilan normal yaitu 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) di hitung dari pertama haid terakhir.
Kehamilan ditandai oleh beberapa hal yaitu, (Amenorhoea)Tidak mendapat haid, perubahan pada payudara, mual dan muntah (nausea and vomiting), mengidam (ingin makanan khusus), pingsan, tidak ada selera makan (anoreksia), lelah (vatigo), miksi sering, dan konstipasi/opstivasiserta perubahan berat badan.
Masa kehamilan seseorang dibagi menjadi III trisemester, dimana trismester ke I berlangsungdalam 12 minggu, trismester ke II 15 minggu (minggu ke 13 hingga ke 27)dan trismester ke III 13 minggu (minggu ke 28 hingga ke 40 minggu).
Kehamilan matur (cukup bulan) berlangsung kira-kira 40 minggu (280 hari) dan tidak lebih dari 43 minggu (300 hari). Kehamilan yang berlangsung antara 28 dan 36 minggu disebut kehamilan prematur, sedangkan kehamilan lebih dari 43 minggu disebut kehamilan postmatur.
Tanda yang paling sering muncul bagi ibu-ibu adalah, mual-mual dan muntah. Ini yang dinamakan dibidang kedokteran dengan istilah “Morning Sickness”. Umumnya terjadi pada kehamilan kurang dari 12 minggu trimester I maupun sampai pada akhir trimester II, tetapi ada pula (12%) yang mengalami hingga 9 bulan kehamilan.
Mual-muntah merupakan sesuatu yang wajar jika dialami pada usia kehamilan 8 hingga 12 minggu. Pada keadaan normal, mual-muntah berangsur membaik saat usia kehamilan 16 minggu. Tapi sekitar (12%) ibu hamil masih mengalami mual hingga 9 bulan kehamilannya.
Mual muntah yang berlebihan sehingga tidak ada makanan atau minuman yang masuk ke tubuh, disebut hiperemesis gravidarum. Keadaan ini dibagi 3 tingkatan. Tingkat 1, muntah terjadi terus menerus hingga ibu hamil merasa lemas, tidak nafsu makan, BB turun, dan nyeri ulu hati. Tingkat 2, keadaan ibu semakin lemah, apatis, kulit keriput, mata cekung, bau aseton pada napas. Sedangkan tingkat 3, kesadaran ibu bisa menurun bahkan bisa sampai koma. Peristiwa hiperemesis gravidarum ini sudah tak wajar karena bisa membuat ibu kekurangan cairan yang juga tak menguntungkan janin. Akibat dehidrasi, maka aliran darah ke janin pun ikut berkurang.
       Sekitar (60-80%) ibu primigravida mengaku pernah mengalami mual muntah. Sedangkan pada ibu multigravida, kejadian mual muntah yang terjadi adalah sekitar (40-60%). Mual dan muntah yang paling sering terjadi adalah pada trimester pertama kehamilan, namun sekitar (12%) ibu hamil masih mengalaminya hingga 9 bulan.
Wanita hamil yang mengalami mual muntah kebanyakan tidak mengetahui cara mengatasi keluhan mual muntah. Saat keluhan itu datang, mereka hanya membiarkannya saja dan tetap melakukan aktivitasnya. Wanita hamil lainnya mengetahui cara mengatasi mual muntah, namun hanya sebatas meminum ramuan tradisional seperti sari jahe (ginger root extract). Apabila keluhan tersebut sudah mengganggu aktivitas, mereka akan pergi ke Rumah sakit, Klinik atau Puskesmas terdekat. Dalam upaya mencegah dampak buruk pada masa kehamilan, seperti (hiperemesis gravidarum), diperlukan perilaku yang mendukung menuju perubahan yang lebih baik, khususnya bagi ibu primigravida.
          Dari hasil riset, sebanyak (50-90 %) ibu yang akan mengalami mual dan muntah pada trimester awal kehamilan (0-12 minggu). Penyebab rasa mual dan muntah yang berlebihan ini belum diketahui secara pasti. Sejumlah faktor yang sering disebut-sebut adalah perubahan metabolis, alergi, psikologi, dan ada juga kehamilan ganda. Tingkat keluhan mual pun bervariasi hingga ada yang mengalami kesulitan makan (hiperemesis gravidarum). Bila cadangan tersebut berkurang akibat mual-muntah yang berlebihan, maka asupan bagi janin pun akan berkurang sehingga bisa terjadi gangguan pertumbuhan.
Kasus mual muntah tingkat 3 dimana ibu sampai kehilangan kesadaran akibat mual muntah pada saat ini jarang terjadi. Jika dokter sudah menegakkan diagnosa hiperemesis maka terapi yang dilakukan adalah pengobatan dengan cairan. Sistem tubuh ibu hamil pun akan normal kembali, sehingga tidak sampai mengakibatkan gangguan kesadaran.
Mual-mual pada ibu hamil bertanda baik karena berarti janinnya tumbuh. Malah jika tidak mual-mual, kemungkinan keguguran naik tiga kali. Mual muntah muncul sebagai akibat upaya sang janin untuk mencegah pengguguran dirinya. Selama mual pagi memuncak, janin memproduksi hormon chorionic  (HCG). Hormon ini merangsang indung telur untuk mengeluarkankan (hormon progresterone). Dan progresterone inilah yang menjamin kandungan ibu tetap sehat, namun dapat pula membuat ibu merasa sakit. Jadi, sebenarnya semua ini baik bagi sijanin tetapi belum tentu enak bagi sang ibu. Dari sudut pandang evolusioner, akan lebih baik kalau sijanin gugur pada umur pada saat muda, asal tidakmembahayakan ibu.

0 komentar:

Post a Comment