Sunday, 22 September 2013

Konsep Dasar Eklamsi Pada Kehamilan



1.      Beberapa pengertian
Eklamsi adalah  merupakan kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri atas : hipertensi, proteinuria, dan udema, yang kadang – kadang diserta konvulsi sampai koma. Ibu tersebut tidak menunjukan tanda – tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya.
kehamilan adalah suatu perubahan  pada diri seseorang dimulai dari perut dan payudara akan membesar tangan serta kaki mungkin membengkak diantara lain yang berubah.
kehamilan itu masa yang penting karena di sini mutu seorang anak ditentukan, benih yang unggul besalah dari tubuh yang sehat,  keturunan yang sehat, dan dibesarkan dalam lingkungan yang sehat pula. Untuk itulah pemeliharaan kehamilan dimulai dari perencaaan  menu yang benar, pemeliharaan kesehatan dan kebersihan, dan sebagainya. salah satu upaya adalah dengan menjaga kecukupan makanan. Makanan satu – satunya sunber agar anak tumbuh dengan sehat.
Hamil adalah tertanamnya atau berimplantasi hasil konsepsi kelapisan endometrium uterus, lama kehamilan yaitu 280 hari (40 minggu). Kehamilan dibagi atas 3 triwulan ( tri semister) yakni :
a.       Kehamilan triwulan I, antara 0 – 12 minggu.
b.      Kehamilan triwulan II,   antara 12 – 28 minggu.
c.       Kehamilan triwulan III, antara  28 – 40 minggu.
Eklamsi adalah pre-eklamsi yang memburuk disertai kejang – kejang. Keadaan ini dapat terjadi pada masa kehamilan khususnya pada trisemister III, pada saat persalinan dan pada masa nifas. Eklamsi mengancam kehidupan ibu dan janin, sehingga merupakan sehingga merupakan keadaan gawat darurat, komplikasi ini merupakan penyebab kematian ibu tersering setelah pendarahan
2.         Etiologi
-          Eklamsi disebabkan oleh kurangnya cairan darah keotak, hipoksi otak dan udema otak. Banyak tiori – tiori dikemukakan oleh para ahli yang menerangkan penyebabnya, karena itu disebut penyakit tiori namun belum ada jawaban yang memuaskan. Tiori yang sekarang dipakai sebagai penyebab eklamsi adalah teori “Iskhemia plasenta”(Menurunnya aliran darah ke plasenta) namun tiori ini belum dapat menerangkan semua hal yang berkaitan dengan penyakit ini.
-          Pada umumnya serangan eklamsi dapat dibedakan kejang – kejang oleh sebab lain karena eklamsi selalu diserta oleh hypertensi dan proteinuria dan dijumpai dalam pertengahan kedua kehamilan, akan tetapi terkadang diagnogsis diferensial tidak seberapa mudah, apalagi bila penderita tidak dikenal sebelumnya.
-          Penelitian akhir-akhir ini menunjukan kemungkinan bahwa pre-eklamsi dan eklamsi mempunyai latar belakang psikosomatis. Secara psikologis penyakitnya menunjukan diri dalam sikap yang kurang wajar, perasaan bersalah/ berdosa/cemas terhadap kehamilannya  dan kadang-kadang walaupun jarang ada kecendrungan untuk bunuh diri. Semua ini mengakibatkan ketidak seimbangan emosional yang dinggap menjadi sebab dari spasnus arterioler, yang merupakan cirri khas dari pre – eklamsi.
3.          Patofisiologis
Eklamsi terjadi di dahului oleh pre –eklamsi berat bila tidak tertangani dengan baik maka menimbulkan eklamsi yang ditandai dengan nyeri kepala didaerah frontal, ganguan penglihatan, mual keras, nyeri diepigastrium, dan hiperrepleksia, bila tidak segera ditangani akan menimbulkan  kejang – kejang. pre-eklamsi ringan jarang sekali menyebabkan kematian ibu, oleh karena itu sebahagian besar pemeriksaan anatomi-patologik berasal dari penderita eklamsi yang meninggal. pada pemeriksaan akhir-akhir ini pada pemeriksaan biopsy hati dan ginjal ternyata bahwa perubahan anatomi patogenik pada alat-alat itu pada pre-eklamsi tidak banyak perubahan daripada yang ditemukan pada eklamsi. perlu dikemukan bahwa tidak ada perubahan hispopatogenik yang khas pada pre-eklamsi dan eklamsi.
4.         Gejala Eklamsi
·            Kejang-kejang pada ibu hamil pada ibu hamil biasanya pada semester keIII atau pada masa persalinan atau  masa nifas.
·            Bengkak khususnya pada muka dan tangan (tidak selalu ditemukan)
·            Protein dalam urine (+3)
·            Tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg ( Depkes RI, 1996)
Biasanya didahului oleh gejala – gejala pre-eklamsi berat serangan eklamsi bagi atas 4 tingkatan.
1)      Stadium invasi (awal atau aurora)
Mata terpaku dan terbuka tampa melihat, kelopak mata dan tangan bergetar, kepala dipalingkan kekanan atau kekiri yang berlangsung kira kira 30 detik.


2)      Stadium kejang tonik
Seluruh otot badan jadi kaku wajah kaku, tangan menggenggam dan kaki membengkok kedalam, pernafasan terhenti, muka mulai kelihatan sianotis, lidah dapat tergigit. Stadium ini dapat berlangsung kira – kira 20 – 30 detik
3)      Stadium kejang klonik
Semua otot berkontraksi dan berulang ulang dalam waktu cepat. Muilut terbuka dan menutup, keluar ludah berbusa dan lidah dapat tergigit. Mata melotot, muka kelihatan kongesti dan sianosis. Setelah berlangsung selama 1-2 menitkejang klonik terhenti dan penderita tidak sadar, menarik nafas seperti mendengkur
4)      Stadium koma
Lamanya ketidak sadaran (koma) ini beberapa menit sampai beberapa jam. Kadang antara kesadaran tumbuh timbul serangan baru dan akhirnya wanita tetap dalam keadaan koma
5)      Akibat untuk ibu
a)      Solisio Plasenta
b)      Hipofibrinogenemia.
c)      Pendarahan otak
d)     Hemolisis
e)      Kelainan mata
f)       Kelainan Ginjal
g)      Komplikasi ginjal
6)      Akibat untuk bayi
a)      Prematur
b)      Hipoksiaintra uterin
c)      Kematian janin.
5.                  Mencegah Eklamsi
Mencegah terjadinya eklamsi jauh lebih penting dari mengobatinya, karena sekali ibu hamil mendapat serangan proknosa akan jauh lebih jelek, pada umumnya eklamsi dapat dicegah atau frekwensinya dapat dikuranggi, upaya – upaya untuk menurunkannya
1)      memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat, bahwa eklamsi bukanlah penyakit kemasukan (megis).  
2)      meningkatkan jumlah poly klinik pemeriksaan ibu hamil serta mengusahakan agar semua wanita hamil memeriksakan kehamilannya
3)      pelayanan kebidanan yang bermutu, yaitu mencari pada tiap –tiap pemeriksaan tanda-tanda  pre – eklamsi dan mengobatinya sedini mungkin bila dijumpai
4)      mengakhiri kehamilan sedapat –dapatnya  pada minggu kehamilan 37 minggu keatas.

6.      Komplikasi
Komplikasi yang terberat kematian ibu dan janin. Usaha utama ialah melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita pre-eklamsi dan eklamsi. kompilkasi yang sering terjadi adalah :
a)      solusio plasenta
Adalah terlepasnya plasenta dari tempatinsersinya yang normal, diantara umur kehamilan 28 minggu sampai sebelum kelahiran bayi.
b)      Hipofibrinogenemia
Pada pre eklamsi berat  Zuspen (1978) menemukan 23 % Hipofibrinogenemia, maka dari itu dianjurkan pemeriksaan fibrinogen secara berkala.
c)      Hemolisis
Hemolisis yang dikenal sebagai ikterus. belum diketahui denga pasti apakah  ini merupakan kerusakan sel – sel hati atau destruksi dari sel darah merah. Nekrosis periportal hati yang sering ditemukan pada autopsy penderrita eklamsidapat menerangkan ikterus tersebut.
d)     Perdarahan otak
Penyebab utama kematian ibu akibat pecahnya pembuluh darah otak.
e)      Kelainan mata
Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai seminggu, dapat terjadi pendarahan kadang-kadang terjadi pada retina, hal ini merupakan tanda gawat akam terjadinya apopleksia selebri.
f)       Udema Paru
hanya ditemukan 1 penderia dari 69 kasus eklamsi, hal ini dibebabkan karena payah jantung
g)      Nekrosis hati
kelainan ini diduga khas untuk eklamsitetapi ternyata juga ditemukan pada penyakit lain, kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan faal hati terutama penentuan enzim enzimnya.
h)      Sindroma HELLP ( Haemolisis, Elevated lever enzim, dan low platelet)
i)        Komplikasi lain seperti lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jatuh akibat kejang.
j)        Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intra uterin.
7.      Penanganan
Tujuan pengobatan eklamsi adalah menghentikan berulangnya serangan kejang dan mengakiri kehamilan secepatnya dengan cara yang aman setelah keadaan ibu mengizinkan
langkah pertama menghentikankejang menguranggi vasospasmus, dan meningkatkan diurisis. dalam pada itu pertolongan yang perlu diperhatikan jika timbul kejang ialah mempertahankan jalan pernafasan bebas, menghindari tergigitnya lidah, member oksigen, dan menjaga agar penderita tidak mengalami trauma, untuk menjaga jangan sampai terjadi kejang lagi yang selanjutnya mempengaruhi gejala – gejala lain, dapat diberikan beberapa obat misalnya :
a.       Sodium pentolhal
b.      Sulfas Magnesium
c.       Lyrik cocktail

0 komentar:

Post a Comment