1. Beberapa pengertian
Eklamsi
adalah merupakan kumpulan gejala yang timbul pada ibu
hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri atas : hipertensi,
proteinuria, dan udema, yang kadang – kadang diserta konvulsi sampai koma. Ibu
tersebut tidak menunjukan tanda – tanda kelainan vaskuler atau hipertensi
sebelumnya.
kehamilan adalah suatu
perubahan pada diri seseorang dimulai
dari perut dan payudara akan membesar tangan serta kaki mungkin membengkak
diantara lain yang berubah.
kehamilan itu masa yang penting
karena di sini mutu seorang anak ditentukan, benih yang unggul besalah dari
tubuh yang sehat, keturunan yang sehat,
dan dibesarkan dalam lingkungan yang sehat pula. Untuk itulah pemeliharaan
kehamilan dimulai dari perencaaan menu
yang benar, pemeliharaan kesehatan dan kebersihan, dan sebagainya. salah satu
upaya adalah dengan menjaga kecukupan makanan. Makanan satu – satunya sunber
agar anak tumbuh dengan sehat.
Hamil adalah tertanamnya atau berimplantasi hasil konsepsi kelapisan endometrium
uterus, lama kehamilan yaitu 280 hari (40 minggu). Kehamilan dibagi atas 3
triwulan ( tri semister) yakni :
a. Kehamilan
triwulan I, antara 0 – 12 minggu.
b. Kehamilan
triwulan II, antara 12 – 28 minggu.
c. Kehamilan
triwulan III, antara 28 – 40 minggu.
Eklamsi
adalah pre-eklamsi yang memburuk disertai kejang – kejang. Keadaan ini dapat
terjadi pada masa kehamilan khususnya pada trisemister III, pada saat
persalinan dan pada masa nifas. Eklamsi mengancam kehidupan ibu dan janin,
sehingga merupakan sehingga merupakan keadaan gawat darurat, komplikasi ini
merupakan penyebab kematian ibu tersering setelah pendarahan
2.
Etiologi
-
Eklamsi disebabkan oleh
kurangnya cairan darah keotak, hipoksi otak dan udema otak. Banyak tiori –
tiori dikemukakan oleh para ahli yang menerangkan penyebabnya, karena itu
disebut penyakit tiori namun belum ada jawaban yang memuaskan. Tiori yang
sekarang dipakai sebagai penyebab eklamsi adalah teori “Iskhemia plasenta”(Menurunnya
aliran darah ke plasenta) namun tiori ini belum dapat menerangkan semua hal
yang berkaitan dengan penyakit ini.
-
Pada umumnya serangan
eklamsi dapat dibedakan kejang – kejang oleh sebab lain karena eklamsi selalu
diserta oleh hypertensi dan proteinuria dan dijumpai dalam pertengahan kedua
kehamilan, akan tetapi terkadang diagnogsis diferensial tidak seberapa mudah,
apalagi bila penderita tidak dikenal sebelumnya.
-
Penelitian akhir-akhir
ini menunjukan kemungkinan bahwa pre-eklamsi dan eklamsi mempunyai latar
belakang psikosomatis. Secara psikologis penyakitnya menunjukan diri dalam
sikap yang kurang wajar, perasaan bersalah/ berdosa/cemas terhadap
kehamilannya dan kadang-kadang walaupun
jarang ada kecendrungan untuk bunuh diri. Semua ini mengakibatkan ketidak
seimbangan emosional yang dinggap menjadi sebab dari spasnus arterioler, yang
merupakan cirri khas dari pre – eklamsi.
3.
Patofisiologis
Eklamsi
terjadi di dahului oleh pre –eklamsi berat bila tidak tertangani dengan baik
maka menimbulkan eklamsi yang ditandai dengan nyeri kepala didaerah frontal,
ganguan penglihatan, mual keras, nyeri diepigastrium, dan hiperrepleksia, bila
tidak segera ditangani akan menimbulkan kejang
– kejang. pre-eklamsi ringan jarang sekali menyebabkan kematian ibu, oleh
karena itu sebahagian besar pemeriksaan anatomi-patologik berasal dari
penderita eklamsi yang meninggal. pada pemeriksaan akhir-akhir ini pada
pemeriksaan biopsy hati dan ginjal ternyata bahwa perubahan anatomi patogenik
pada alat-alat itu pada pre-eklamsi tidak banyak perubahan daripada yang
ditemukan pada eklamsi. perlu dikemukan bahwa tidak ada perubahan
hispopatogenik yang khas pada pre-eklamsi dan eklamsi.
4.
Gejala
Eklamsi
·
Kejang-kejang pada ibu
hamil pada ibu hamil biasanya pada semester keIII atau pada masa persalinan
atau masa nifas.
·
Bengkak khususnya pada
muka dan tangan (tidak selalu ditemukan)
·
Protein dalam urine
(+3)
·
Tekanan darah lebih
dari 140/90 mmHg ( Depkes RI, 1996)
Biasanya
didahului oleh gejala – gejala pre-eklamsi berat serangan eklamsi bagi atas 4
tingkatan.
1)
Stadium invasi (awal
atau aurora)
Mata
terpaku dan terbuka tampa melihat, kelopak mata dan tangan bergetar, kepala
dipalingkan kekanan atau kekiri yang berlangsung kira kira 30 detik.
2)
Stadium kejang tonik
Seluruh
otot badan jadi kaku wajah kaku, tangan menggenggam dan kaki membengkok
kedalam, pernafasan terhenti, muka mulai kelihatan sianotis, lidah dapat
tergigit. Stadium ini dapat berlangsung kira – kira 20 – 30 detik
3)
Stadium kejang klonik
Semua
otot berkontraksi dan berulang ulang dalam waktu cepat. Muilut terbuka dan
menutup, keluar ludah berbusa dan lidah dapat tergigit. Mata melotot, muka
kelihatan kongesti dan sianosis. Setelah berlangsung selama 1-2 menitkejang
klonik terhenti dan penderita tidak sadar, menarik nafas seperti mendengkur
4)
Stadium koma
Lamanya
ketidak sadaran (koma) ini beberapa menit sampai beberapa jam. Kadang antara
kesadaran tumbuh timbul serangan baru dan akhirnya wanita tetap dalam keadaan
koma
5)
Akibat untuk ibu
a) Solisio
Plasenta
b) Hipofibrinogenemia.
c) Pendarahan
otak
d) Hemolisis
e) Kelainan
mata
f) Kelainan
Ginjal
g) Komplikasi
ginjal
6)
Akibat untuk bayi
a)
Prematur
b)
Hipoksiaintra uterin
c)
Kematian janin.
5.
Mencegah
Eklamsi
Mencegah
terjadinya eklamsi jauh lebih penting dari mengobatinya, karena sekali ibu
hamil mendapat serangan proknosa akan jauh lebih jelek, pada umumnya eklamsi
dapat dicegah atau frekwensinya dapat dikuranggi, upaya – upaya untuk menurunkannya
1)
memberikan informasi
dan edukasi kepada masyarakat, bahwa eklamsi bukanlah penyakit kemasukan
(megis).
2)
meningkatkan jumlah
poly klinik pemeriksaan ibu hamil serta mengusahakan agar semua wanita hamil
memeriksakan kehamilannya
3)
pelayanan kebidanan
yang bermutu, yaitu mencari pada tiap –tiap pemeriksaan tanda-tanda pre – eklamsi dan mengobatinya sedini mungkin
bila dijumpai
4)
mengakhiri kehamilan
sedapat –dapatnya pada minggu kehamilan
37 minggu keatas.
6.
Komplikasi
Komplikasi yang terberat kematian
ibu dan janin. Usaha utama ialah melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita
pre-eklamsi dan eklamsi. kompilkasi yang sering terjadi adalah :
a) solusio
plasenta
Adalah
terlepasnya plasenta dari tempatinsersinya yang normal, diantara umur kehamilan
28 minggu sampai sebelum kelahiran bayi.
b) Hipofibrinogenemia
Pada pre eklamsi
berat Zuspen (1978) menemukan 23 %
Hipofibrinogenemia, maka dari itu dianjurkan pemeriksaan fibrinogen secara
berkala.
c) Hemolisis
Hemolisis yang
dikenal sebagai ikterus. belum diketahui denga pasti apakah ini merupakan kerusakan sel – sel hati atau
destruksi dari sel darah merah. Nekrosis periportal hati yang sering ditemukan
pada autopsy penderrita eklamsidapat menerangkan ikterus tersebut.
d) Perdarahan
otak
Penyebab utama
kematian ibu akibat pecahnya pembuluh darah otak.
e) Kelainan
mata
Kehilangan
penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai seminggu, dapat terjadi
pendarahan kadang-kadang terjadi pada retina, hal ini merupakan tanda gawat
akam terjadinya apopleksia selebri.
f) Udema
Paru
hanya ditemukan
1 penderia dari 69 kasus eklamsi, hal ini dibebabkan karena payah jantung
g) Nekrosis
hati
kelainan ini
diduga khas untuk eklamsitetapi ternyata juga ditemukan pada penyakit lain,
kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan faal hati terutama
penentuan enzim enzimnya.
h) Sindroma
HELLP ( Haemolisis, Elevated lever enzim, dan low platelet)
i)
Komplikasi lain seperti
lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jatuh akibat kejang.
j)
Prematuritas,
dismaturitas dan kematian janin intra uterin.
7.
Penanganan
Tujuan pengobatan eklamsi adalah
menghentikan berulangnya serangan kejang dan mengakiri kehamilan secepatnya
dengan cara yang aman setelah keadaan ibu mengizinkan
langkah pertama menghentikankejang
menguranggi vasospasmus, dan meningkatkan diurisis. dalam pada itu pertolongan
yang perlu diperhatikan jika timbul kejang ialah mempertahankan jalan
pernafasan bebas, menghindari tergigitnya lidah, member oksigen, dan menjaga
agar penderita tidak mengalami trauma, untuk menjaga jangan sampai terjadi
kejang lagi yang selanjutnya mempengaruhi gejala – gejala lain, dapat diberikan
beberapa obat misalnya :
a. Sodium
pentolhal
b. Sulfas
Magnesium
c. Lyrik
cocktail
0 komentar:
Post a Comment