Tuesday, 22 January 2013

Vitamin A



2.1.1.      Pengertian Vitamin A
Vitamin A adalah vitamin larut lemak yang pertama ditemukan, secara luas, vitamin A merupakan nama generik yang menyatakan semua retinoid dan provitamin A yang mempunyai aktifitas biologi sebagai retinol. (Almasier, 2004)
Vitamin A adalah salah satu zat gizi mikro yang diperlukan oleh tubuh yang berguna untuk meningkatkan daya tahan tubuh (imunitas) dan kesehatan mata.( Arisman, 2006).
2.1.2.      Fungsi Vitamin A
Vitamin A yang disebut juga Retinol sangat banyak fungsinya, yaitu: membantu mata menyesuaikan diri terhadap perubahan cahaya dari terang ke gelap, mencegah kekeringan selaput lendir mata yang disebut xerosis konjungtiva, mencegah terjadinya kerusakan mata berlanjut yang akan menjadi bercak bitot sampai kebutaan, menjaga kesehatan kulit dan selaput lendir saluran pernafasan, saluran kemih dan saluran pencernaan terhadap masuknya bakteri dan virus, membantu pertumbuhan tulang dan sistem reproduksi, membantu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan, pembelahan sel, diferensiasi sel, meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan bersifat antioksidan yang dapat menetralisir radikal bebas penyebab kerusakan sel dan jaringan. (Depkes, 2005)
Hasil penelitian di berbagai negara menunjukkan bahwa pemberian suplementasi Vitamin A sebanyak 2 kali pertahun pada anak umur 6-59 bulan dapat mencegah kekurangan Vitamin A dan kebutaan (buta senja), juga meningkatkan sistim kekebalan tubuh sehingga mengurangi kejadian kesakitan dan kematian pada balita, karena vitamin ini dapat mencegah timbulnya komplikasi pada penyakit yang sering terjadi pada balita seperti campak dan diare. Bagi Ibu menyusui, selain untuk mencegah kebutaan Vitamin A sangat dibutuhkan untuk pembentukan ASI yang berkualitas tinggi yang dibutuhkan bayi pada bulan-bulan pertama kehidupannya (Depkes, 2005)
2.1.3.      Akibat Kekurangan Vitamin A (Zerophthalmia)
Penyakit ini disebabkan kekurangan konsumsi Vitamin A di dalam tubuh. gejala penyakit ini adalah kekeringan epitel biji mata dan kornea karena grandula lacrimalis menurun. terlihat selaput bola mata keriput dan kusam bila biji mata bergerak.
Fungsi mata berkurang menjadi hemeralopia atau nictalpia yang sering disebut buta senja atau buta ayam, tidak bisa melihat pada cahaya remang-remang. Pada stadium lebih lanjut maka membekas, karena sel-sel menjadi lunak yang disebut keratomalacia dan dapat menimbulkan kebutaan. (Notoatmodjo, 2003)
a.       Kurang Vitamin A (KVA) pada anak-anak yang berada di daerah pengungsian dapat menyebabkan mereka rentan terhadap berbagai penyakti infeksi, sehingga mudah sakit.
b.       Anak yang menderita kurang vitamin A, bila terserang campak, diare atau penyakit infeksi lain, penyakit tersebut akan bertambah parah dan dapat mengakibatkan kematian. Infeksi akan menghambat kemampuan tubuh untuk menyerap zat-zat gizi dan pada saat yang sama akan mengikis habis simpanan vitamin A dalam tubuh.
c.       Kekurangan vitamin A untuk jangka waktu lama juga akan mengkibatkan terjadinya gangguan pada mata, dan bila anak tidak segera mendapat vitamin A akan mengakibatkan kebutaan.
d.      Bayi-bayi yang tidak mendapat ASI mempunyai risiko lebih tinggi untuk menderita KVA, karena ASI merupakan sumber vitamin A yang baik.(Depkes, 2006)
2.1.4.      Cara Pencegahan Kekurangan Vitamin A
Pemasukan vitamin A pada awal kehidupan akan tercukupi melalui air susu ibu asalkan ibu memiliki status vitamin A yang baik. pernyataan ini menyiratkan bahwa bayi yang tidak disusui berisiko menderita kekurangan Vitamin A  dan karenanya harus diberi suplementasi, terutama jika makanan penganti ASI tidak diperkaya dengan vitamin A. Status vitamin A yang baik diawal kehidupan akan mempengaruhi status dan cadangan vitamin A pada tahap kehidupan lebih lanjut.
Anak yang tidak memperoleh cukup vitamin A. Berisiko terkena rabun senja. Rabun senja akan merespon terapi setelah 24 – 48 jam setelah mengkonsumsi Vitamin dosis Tinggi, Serosis konjungtiva yang aktif sembuh dalam dua minggu, sementara seresis kornea reda dalam 2 – 5 hari dan kornea akan kembali normal setelah 1 – 2 minggu setelah mengkonsumsi Vitamin A dosis tinggi.(Arisman, 2006)
Anak yang menderita diare menyerapan Vitamin A lebih sedikit dari yang anak yang tidak menderita diare. Namun jumlah yang terserap mencukupi kebutuhan akan kekurangan untuk pengobatan. Asalkan anak mengkonsumsi dosis yang telah di anjurkan. sedangkan penderita kekurangan vitamin A dan  malnutrisi sekaligus harus diawasi secara cermat karena status vitamin A mereka tidak mantap mungkin sewaktu-waktu akan cepat sekali memburuk, meskipun telah diberi suplemen dengan dosis yang disarankan. pada kelompok ini suplemen perlu ditambah oleh sebab itu 1 sampai 4 minggu kemudian dosis perlu ditambah satu dosis, dengan harapan dosis cadangan dalam hati masih banyak. Pada anak yang menderita KKP berat (Kurang kalori protein atau Kwasiorkor) perlu ditambah satu dosis setiap 4 minggu sampai status protein membaik. (Arisman, 2006)
2.1.5. Efek Samping pemberian Vitamin A dosis tinggi
Kapsul Vitamin A 200.000 SI tidak berbahaya bagi anak berusia 1 tahun yang menderita penyakit kuning. Penyakit kuning disebabkan karena kerusakan sel-sel darah merah dalam jumlah yang berlebihan, peradangan hati dan?atau penyumbatan dalam hati. Pada semua tipe penyakit kuning, pengobatan harus ditujukan kepada penyebabnya bukan pada gejalanya. Suplementasi Vitamin yang larut dalam lemak seperti Vitamin A sangat dianjurkan.
Bayi berumur di bawah 6 bulan yang mendapat kapsul Vitamin A dosis tunggal lebih dari 100.000 SI kemungkinan akan mengalami penonjolan ubun-ubun (bagian lunak pada kepala bayi). Tetapi keadaan ini hanya terjadi pada sebagian kecil bayi (<1%). Penonjolan ini akan membantu menghilangkan tekanan intrakranial yang hanya sedikit meningkat. Tanda-tanda ini hanya bersifat sementara dan akan menghilang dalam jangka waktu2 hari. Jika anak mengkonsumsi kapsul Vitamin A dengan dosis lebih dari 200.000 SI, maka anak akan merasa agak mual, muntah atau sakit kepala. Hasil ini terjadi pada 5-20% anak-anak yang mendapatkan kapsul Vitamin A dengan dosis 300.000-400.000 SI sekali minu. Dosis yang lebih besar dalam jangka waktu yang lebih sering dapat menimbulkan efek samping dan harus dihindari.
Pedoman WHO (”Field Guide to the detection and control of xerofthalmia, WHO, 1982”) menganjurkan agar anak-anak diberi kapsul Vitamin A 50.000 SI pada saat lahir (atau 25.000 SI pada kunjungan EPI (kontak imunisasi), yaitu 4 kali dalam umur 6 bulan pertama) untuk mencegah kekurangan kekurangan Vitamin A dan untuk meningkatkan cadangan Vitamin A dalam hati. Hasil penelitian terhadap ribuan anak-anak di Nepal menunjukkan bahwa neonatus (bayi umur < 1 bulan) tahan terhadap dosis tunggal 50.000 SI tanpa menunjukkan tanda-tanda terjadinya efek kelebihan. Hanya sedikit sekali bayi usia 1-5 bulan yang mendapat dua kali jumlah ini (100.000 SI sebagai dosis tunggal) yang menunjukkan sedikit penonjolan ubun-ubun (+0.5%) dan muntah-muntah (+2.0%). Efek samping terjadi hanya untuk sementara.
Telah terbukti bahwa ibu menyusui serta bayinya akan memperoleh keuntungan jika ibu mendapat kapsul Vitamin A oral 200.000 SI dosis tunggal segera setelah melahirkan (dalam waktu 1 bulan/pada masa nifas). Konsumsi kapsul Vitamin A dosis tinggi akan menjamin tersedianya jumlah Vitamin A yang cukup dalam ASI untuk memenuhi kebutuhan anak. Jumlah Vitamin A dalam ASI tidak akan mencapai kadar yang membahayakan bagi anak meskipun bayi sering sekali disusui. Oleh sebab itu kapsul Vitamin A dosis tinggi (200.000 SI ) harus diberikan kepada ibu nifas.(Depkes RI, 2005)

0 komentar:

Post a Comment