2.1.1.
Pengertian Vitamin A
Vitamin A adalah vitamin larut
lemak yang pertama ditemukan, secara luas, vitamin A merupakan nama generik
yang menyatakan semua retinoid dan provitamin A yang mempunyai aktifitas
biologi sebagai retinol. (Almasier, 2004)
Vitamin A adalah salah satu zat gizi
mikro yang diperlukan oleh tubuh yang berguna untuk meningkatkan daya tahan
tubuh (imunitas) dan kesehatan mata.( Arisman, 2006).
2.1.2.
Fungsi Vitamin A
Vitamin A yang disebut
juga Retinol sangat banyak fungsinya, yaitu: membantu mata menyesuaikan diri
terhadap perubahan cahaya dari terang ke gelap, mencegah kekeringan
selaput lendir mata yang disebut xerosis konjungtiva, mencegah terjadinya
kerusakan mata berlanjut yang akan menjadi bercak bitot sampai kebutaan,
menjaga kesehatan kulit dan selaput lendir saluran pernafasan, saluran kemih
dan saluran pencernaan terhadap masuknya bakteri dan virus, membantu
pertumbuhan tulang dan sistem reproduksi, membantu pertumbuhan dan perkembangan
janin dalam kandungan, pembelahan sel, diferensiasi sel, meningkatkan sistem kekebalan
tubuh dan bersifat antioksidan yang dapat menetralisir radikal bebas penyebab
kerusakan sel dan jaringan. (Depkes, 2005)
Hasil penelitian di
berbagai negara menunjukkan bahwa pemberian suplementasi Vitamin A sebanyak 2
kali pertahun pada anak umur 6-59 bulan dapat mencegah kekurangan Vitamin
A dan kebutaan (buta senja), juga meningkatkan sistim kekebalan tubuh sehingga
mengurangi kejadian kesakitan dan kematian pada balita, karena vitamin ini
dapat mencegah timbulnya komplikasi pada penyakit yang sering terjadi pada
balita seperti campak dan diare. Bagi Ibu menyusui, selain untuk mencegah
kebutaan Vitamin A sangat dibutuhkan untuk pembentukan ASI yang
berkualitas tinggi yang dibutuhkan bayi pada bulan-bulan pertama
kehidupannya (Depkes, 2005)
2.1.3.
Akibat Kekurangan
Vitamin A (Zerophthalmia)
Penyakit ini disebabkan kekurangan
konsumsi Vitamin A di dalam tubuh. gejala penyakit ini adalah kekeringan epitel
biji mata dan kornea karena grandula lacrimalis menurun. terlihat
selaput bola mata keriput dan kusam bila biji mata bergerak.
Fungsi mata berkurang menjadi hemeralopia
atau nictalpia yang sering disebut buta senja atau buta ayam, tidak bisa
melihat pada cahaya remang-remang. Pada stadium lebih lanjut maka membekas,
karena sel-sel menjadi lunak yang disebut keratomalacia dan dapat
menimbulkan kebutaan. (Notoatmodjo, 2003)
a.
Kurang Vitamin A (KVA)
pada anak-anak yang berada di daerah pengungsian dapat menyebabkan mereka
rentan terhadap berbagai penyakti infeksi, sehingga mudah sakit.
b.
Anak yang menderita kurang vitamin A, bila
terserang campak, diare atau penyakit infeksi lain, penyakit tersebut akan
bertambah parah dan dapat mengakibatkan kematian. Infeksi akan menghambat
kemampuan tubuh untuk menyerap zat-zat gizi dan pada saat yang sama akan
mengikis habis simpanan vitamin A dalam tubuh.
c.
Kekurangan vitamin A
untuk jangka waktu lama juga akan mengkibatkan terjadinya gangguan pada mata,
dan bila anak tidak segera mendapat vitamin A akan mengakibatkan kebutaan.
d. Bayi-bayi
yang tidak mendapat ASI mempunyai risiko lebih tinggi untuk menderita KVA,
karena ASI merupakan sumber vitamin A yang baik.(Depkes, 2006)
2.1.4.
Cara Pencegahan
Kekurangan Vitamin A
Pemasukan vitamin A pada awal
kehidupan akan tercukupi melalui air susu ibu asalkan ibu memiliki status
vitamin A yang baik. pernyataan ini menyiratkan bahwa bayi yang tidak disusui
berisiko menderita kekurangan Vitamin A
dan karenanya harus diberi suplementasi, terutama jika makanan penganti
ASI tidak diperkaya dengan vitamin A. Status vitamin A yang baik diawal
kehidupan akan mempengaruhi status dan cadangan vitamin A pada tahap kehidupan
lebih lanjut.
Anak yang tidak memperoleh cukup
vitamin A. Berisiko terkena rabun senja. Rabun senja akan merespon terapi
setelah 24 – 48 jam setelah mengkonsumsi Vitamin dosis Tinggi, Serosis
konjungtiva yang aktif sembuh dalam dua minggu, sementara seresis kornea
reda dalam 2 – 5 hari dan kornea akan kembali normal setelah 1 – 2 minggu
setelah mengkonsumsi Vitamin A dosis tinggi.(Arisman, 2006)
Anak yang menderita diare
menyerapan Vitamin A lebih sedikit dari yang anak yang tidak menderita diare.
Namun jumlah yang terserap mencukupi kebutuhan akan kekurangan untuk
pengobatan. Asalkan anak mengkonsumsi dosis yang telah di anjurkan. sedangkan
penderita kekurangan vitamin A dan malnutrisi
sekaligus harus diawasi secara cermat karena status vitamin A mereka tidak
mantap mungkin sewaktu-waktu akan cepat sekali memburuk, meskipun telah diberi
suplemen dengan dosis yang disarankan. pada kelompok ini suplemen perlu
ditambah oleh sebab itu 1 sampai 4 minggu kemudian dosis perlu ditambah satu
dosis, dengan harapan dosis cadangan dalam hati masih banyak. Pada anak yang
menderita KKP berat (Kurang kalori protein atau Kwasiorkor) perlu
ditambah satu dosis setiap 4 minggu sampai status protein membaik. (Arisman,
2006)
2.1.5.
Efek Samping pemberian Vitamin A dosis tinggi
Kapsul Vitamin A 200.000 SI tidak
berbahaya bagi anak berusia 1 tahun yang menderita penyakit kuning. Penyakit
kuning disebabkan karena kerusakan sel-sel darah merah dalam jumlah yang
berlebihan, peradangan hati dan?atau penyumbatan dalam hati. Pada semua tipe
penyakit kuning, pengobatan harus ditujukan kepada penyebabnya bukan pada
gejalanya. Suplementasi Vitamin yang larut dalam lemak seperti Vitamin A sangat
dianjurkan.
Bayi berumur di bawah 6 bulan yang
mendapat kapsul Vitamin A dosis tunggal lebih dari 100.000 SI kemungkinan akan
mengalami penonjolan ubun-ubun (bagian lunak pada kepala bayi). Tetapi keadaan
ini hanya terjadi pada sebagian kecil bayi (<1%). Penonjolan ini akan
membantu menghilangkan tekanan intrakranial yang hanya sedikit meningkat. Tanda-tanda
ini hanya bersifat sementara dan akan menghilang dalam jangka waktu2 hari. Jika
anak mengkonsumsi kapsul Vitamin A dengan dosis lebih dari 200.000 SI, maka
anak akan merasa agak mual, muntah atau sakit kepala. Hasil ini terjadi pada
5-20% anak-anak yang mendapatkan kapsul Vitamin A dengan dosis 300.000-400.000
SI sekali minu. Dosis yang lebih besar dalam jangka waktu yang lebih sering
dapat menimbulkan efek samping dan harus dihindari.
Pedoman WHO (”Field Guide to the
detection and control of xerofthalmia, WHO, 1982”) menganjurkan agar anak-anak
diberi kapsul Vitamin A 50.000 SI pada saat lahir (atau 25.000 SI pada
kunjungan EPI (kontak imunisasi), yaitu 4 kali dalam umur 6 bulan pertama)
untuk mencegah kekurangan kekurangan Vitamin A dan untuk meningkatkan cadangan
Vitamin A dalam hati. Hasil penelitian terhadap ribuan anak-anak di Nepal
menunjukkan bahwa neonatus (bayi umur < 1 bulan) tahan terhadap dosis
tunggal 50.000 SI tanpa menunjukkan tanda-tanda terjadinya efek kelebihan.
Hanya sedikit sekali bayi usia 1-5 bulan yang mendapat dua kali jumlah ini
(100.000 SI sebagai dosis tunggal) yang menunjukkan sedikit penonjolan
ubun-ubun (+0.5%) dan muntah-muntah (+2.0%). Efek samping terjadi hanya untuk
sementara.
Telah terbukti bahwa ibu menyusui
serta bayinya akan memperoleh keuntungan jika ibu mendapat kapsul Vitamin A
oral 200.000 SI dosis tunggal segera setelah melahirkan (dalam waktu 1
bulan/pada masa nifas). Konsumsi kapsul Vitamin A dosis tinggi akan menjamin
tersedianya jumlah Vitamin A yang cukup dalam ASI untuk memenuhi kebutuhan
anak. Jumlah Vitamin A dalam ASI tidak akan mencapai kadar yang membahayakan
bagi anak meskipun bayi sering sekali disusui. Oleh sebab itu kapsul Vitamin A
dosis tinggi (200.000 SI ) harus diberikan kepada ibu nifas.(Depkes RI, 2005)
0 komentar:
Post a Comment