Sunday, 12 May 2013

Gambaran Pengetahuan Kepala Keluarga Tentang Perawatan Lansia



BAB  I
PENDAHULUAN
1.1.      Latar Belakang
Menjadi tua adalah sesuatu yang sangat alamiah, terjadi pada setiap orang. Menjadi tua merupakan proses kehidupan yang tidak bisa ditolak. Tapi bagaimana ceritanya jika saat kita memasuki usia tua, kita justru tidak bisa menikmati hari tua. Banyak stigma negatif dialamatkan pada para lanjut usia lansia. Uzur, sakit-sakitan dan hidupnya bergantung pada orang lain.  Sisa hidupnya hanya akan merepotkan keluarga dan lingkungannya. Padahal jika melihat pada statistik keberadaan para lansia ini jumlah mereka sangat besar. Pada tahun 2000 penduduk lanjut usia tercatat sekitar 14,4 juta orang,  kini jumlah lansia mencapai 23 juta jiwa atau 10 persen jumlah penduduk. Jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat, bahkan pada 2020 diperkirakan akan membengkak menjadi 28,8 juta jiwa lebih. Peningkatan yang sama terjadi secara global. Catatan internasional menunjukkan lebih dari 60 persen penduduk lansia di dunia hidup di negara berkembang (Widodo, 2006).  
Menurut Widodo, 2006 negara yang maju adalah negara yang bisa menghargai pendahulunya. Ini berarti menghargai para lansia. Jumlah lansia juga bisa menjadi indikator keberhasilan pembangunan. Semakin banyaknya lansia berarti sektor pembangunan terutama kesehatan telah berhasil Di Negara-negara maju seperti Amerika serikat dan Inggris, usia menopouse wanita adalah 51,4 tahun, sedangkan di Asia tenggara adalah  51,09 tahun, (Angkasa.2000). Sindroma menopouse dialami oleh banyak wanita hampir diseluruh dunia, sekitar 70-80% wanita Eropa, 60% di Amerika, 57 % di Malaysia. 18% di Cina dan 10% di Jepang dan Indonsia dari beberapa data tampak bahwa salah satu faktor  berbedaan  jumlah tersebut adalah karena pola makannya. Pola makan wanita Eropa dan Amerika dapat miningkatkan kadar estrogen didalam tubuh dibandingkan dengan wanita Asia, sehingga ketika masa menopouse tiba jumlah estrogen drastis menurun menyebabkan tingginya sindroma menopouse (Rosental, 2009).
Penyakit metabolik seperti diabetes melitus, hipertensi, stroke, dan osteoporosis sering sekali dirisaukan oleh orang tua yang ada di tahap Lansia. penyakit metabolik merupakan momok bagi orangtua Lansia. Usia diatas 50 tahun rentan sekali terhadap penyakit-penyakit, yang diantaranya: kencing manis (diabetes melitus), tekanan darah tinggi (hipertensi), stroke, serta pengeroposan tulang (osteoporosis).Kehidupan perempuan dibagi dalam empat kurun waktu, yaitu masa kanak-kanak, remaja, reproduksi, dan pasca reproduksi. Perubahan masak kanak-kanak menuju masa dewasa atau sering dikenal dengan masa pubertas  ditandai dengan datangnya menstruasi pada perempuan atau menarche (Kesehatan Reproduksi, 2008).
Usia lanjut adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapapun. Pada usia lanjut akan terjadi berbagai kemunduran pada organ tubuh. Namun tidak perlu berkecil hati, harus selalu optimis, ceria dan berusaha agar selalu tetap sehat di usia lanjut. Jadi walaupunb usia sudah lanjut, harus tetap menjaga kesehatan.
Salah satu pembangunan kesehatan Indonesia adalah meningkatnya angka harapan hidup. Keberhasilan pembanguan kesehatan telah meningkatkan status kesehatan dan gizi masyarakat Indonesia dari tahun ketahun. Dari data sensus penduduk tahun 2000 jumlah perempuan berusia diatas 50 tahun baru mencapai 15,5 juta jiwa atau 7,6% dari total penduduk (Notoatmodjo, 2007).
Berdasarkan sensus penduduk tahun 2005, Umur Harapan Hidup (UHH) wanita Indonesia adalah 68,2 tahun sedangkan tahun 2020 jumlahnya meningkat menjadi 30,0 juta atau 11,5% dari total jumlah penduduk (Depkes RI, 2005) dikatakan juga bahwa meningkatnya usia harapan hidup tersebut, proposi wanita lanjut juga akan mengalami peningkatan dan harapan para wanita dapat menikmati kehidupan yang nyaman dan berkualitas (Departemen Kesehatan RI, 2009).

0 komentar:

Post a Comment