1. Pengertian
Penyakit Gondongan (Mumps atau
Parotitis) adalah suatu penyakit menular dimana sesorang terinfeksi oleh virus
(Paramyxovirus) yang menyerang kelenjar ludah (kelenjar parotis) di antara
telinga dan rahang sehingga menyebabkan pembengkakan pada leher bagian atas
atau pipi bagian bawah. Penyakit gondongan tersebar di seluruh dunia dan dapat
timbul secara endemik atau epidemik, Gangguan ini cenderung menyerang
anak-anak dibawah usia 15 tahun (sekitar 85% kasus)
Parotitis ialah penyakit virus
akut yang biasanya menyerang kelenjar ludah terutama kelenjar parotis (sekitar
60% kasus). Gejala khas yaitu pembesaran kelenjar ludah terutama kelenjar
parotis. Pada saluran kelenjar ludah terjadi kelainan berupa pembengkakan
sel epitel, pelebaran dan penyumbatan saluran. Pada orang dewasa, infeksi ini
bisa menyerang testis (buah zakar), sistem saraf pusat, pankreas, prostat, payudara
dan organ lainnya. Adapun mereka yang beresiko besar untuk menderita atau
tertular penyakit ini adalah mereka yang menggunakan atau mengkonsumsi
obat-obatan tertentu untuk menekan hormon kelenjar tiroid dan mereka yang
kekurangan zat Iodium dalam tubuh
penyakit gondong (mumps, parotitis)
dapat ditularkan melalui:
a.
Kontak langsung
b.
Percikan ludah (droplet)
c.
Muntahan
d.
Bisa pula melalui air kencing
Tidak semua orang yang terinfeksi
mengalami keluhan, bahkan sekitar 30-40% penderita tidak menunjukkan
tanda-tanda sakit (subclinical). Mereka dapat menjadi sumber penularan seperti
halnya penderita parotitis yang nampak sakit. Masa tunas (masa inkubasi)
parotitis sekitar 14-24 hari dengan rata-rata 17-18 hari.
1.
Anatomi
Kelenjar Saliva
Berdasarkan ukurannya kelenjar
saliva terdiri dari 2 jenis, yaitu kelenjar saliva mayor dan kelenjar saliva
minor. Kelenjar saliva mayor terdiri dari kelenjar parotis, kelenjar
submandibularis, dan kelenjar sublingualis.
Kelenjar parotis yang merupakan
kelenjar saliva terbesar, terletak secara bilateral di depan telinga, antara
ramus mandibularis dan prosesus mastoideus dengan bagian yang meluas ke muka di
bawah lengkung zigomatik. Kelenjar parotis terbungkus dalam selubung parotis
(parotis shealth). Saluran parotis melintas horizontal dari tepi kelenjar. Pada
tepi anterior otot masseter, saluran parotis berbelok ke arah medial, menembus
otot buccinator, dan memasuki rongga mulut di seberang gigi molar ke-2 permanen
rahang atas.
Kelenjar submandibularis yang
merupakan kelenjar saliva terbesar kedua setelah parotis, terletak pada dasar
mulut di bawah korpus mandibula. Saluran submandibularis bermuara melalui satu
sampai tiga lubang yang terdapat pada satu papil kecil di samping frenulum
lingualis. Muara ini dapat dengan mudah terlihat, bahkan seringkali dapat
terlihat saliva yang keluar.
Kelenjar sublingualis adalah kelenjar
saliva mayor terkecil dan terletak paling dalam. Masing-masing kelenjar
berbentuk badam (almond shape), terletak pada dasar mulut antara mandibula dan
otot genioglossus. Masing-masing kelenjar sublingualis sebelah kiri dan kanan
bersatu untuk membentuk massa kelenjar yang berbentuk ladam kuda di sekitar
frenulum lingualis.
Kelenjar saliva minor terdiri dari
kelenjar lingualis, kelenjar bukalis, kelenjar labialis, kelenjar palatinal,
dan kelenjar glossopalatinal. Kelenjar lingualis terdapat bilateral dan terbagi
menjadi beberapa kelompok. Kelenjar lingualis anterior berada di permukaan
inferior dari lidah, dekat dengan ujungnya, dan terbagi menjadi kelenjar mukus
anterior dan kelenjar campuran posterior. Kelenjar lingualis posterior
berhubungan dengan tonsil lidah dan margin lateral dari lidah. Kelenjar ini
bersifat murni mukus.
Kelenjar bukalis dan kelenjar
labialis terletak pada pipi dan bibir. Kelenjar ini bersifat mukus dan serus.
Kelenjar palatinal bersifat murni mukus, terletak pada palatum lunak dan uvula
serta regio posterolateral dari palatum keras. Kelenjar glossopalatinal
memiliki sifat sekresi yang sama dengan kelenjar palatinal, yaitu murni mukus
dan terletak di lipatan glossopalatinal
2.
Etiologi
Agen penyebab parotitis epidemika
adalah anggota dari kelompok paramyxovirus, yang juga termasuk didalamnya virus
parainfluenza, measles, dan virus newcastle disease. Ukuran dari partikel
paramyxovirus sebesar 90 – 300 mµ. Virus telah diisolasi dari ludah,
cairan serebrospinal, darah, urin, otak dan jaringan terinfeksi lain. Mumps
merupakan virus RNA rantai tunggal genus Rubulavirus subfamily Paramyxovirinae
dan family Paramyxoviridae. Virus mumps mempunyai 2 glikoprotein yaitu
hamaglutinin-neuramidase dan perpaduan protein. Virus ini juga memiliki dua
komponen yang sanggup memfiksasi, yaitu : antigen S atau yang dapat larut
(soluble) yang berasal dari nukleokapsid dan antigen V yang berasal dari
hemaglutinin permukaan.
Virus ini aktif dalam lingkungan
yang kering tapi virus ini hanya dapat bertahan selama 4 hari pada suhu
ruangan. Paramyxovirus dapat hancur pada suhu <4 ºC, oleh formalin,
eter, serta pemaparan cahaya ultraviolet selama 30 detik. Virus masuk dalam
tubuh melalui hidung atau mulut.Virus bereplikasi pada mukosa saluran napas atas
kemudian menyebar ke kalenjar limfa local dan diikuti viremia umum setelah
12-25 hari (masa inkubasi) yang berlangsung selama 3-5 hari. Selanjutnya lokasi
yang dituju virus adalah kalenjar parotis, ovarium, pancreas, tiroid, ginjal,
jantung atau otak. Virus masuk ke system saraf pusat melalui plexus choroideus
lewat infeksi pada sel mononuclear. Masa penyebaran virus ini adalah 2-3 minggu
melalui dari ludah, cairan serebrospinal, darah, urin, otak dan jaringan
terinfeksi lain. Virus dapat diisolasi dari saliva 6-7 hari sebelum onset
penyakit dan 9 hari sesudah munculnya pembengkakan pada kalenjar ludah.
Penularan terjadi 24 jam sebelum pembengkakan kalenjar ludah dan 3 hari setelah
pembengkakan menghilang
3.
Klasifikasi Parotitis
a. Parotitis
Kambuhan
Anak-anak mudah terkena parotitis
kambuhan yang timbul pada usia antara 1 bulan hingga akhir masa
kanak-kanak.Kambuhan berarti sebelumnya anak telah terinfeksi virus kemudian
kambuh lagi.
b. Parotitis Akut
Parotitis akut ditandai dengan rasa sakit yang mendadak,
kemerahan dan pembengkakan pada daerah parotis. Dapat timbul sebagai akibat
pasca-bedah yang dilakukan pada penderita terbelakang mental dan penderita usia
lanjut, khususnya apabila penggunaan anestesi umum lama dan adanya gangguan
dehidrasi.
4.
Manifestasi Klinis
Parotitis
Tidak semua orang yang terinfeksi oleh
virus Paramyxovirus mengalami keluhan, bahkan sekitar 30-40% penderita tidak
menunjukkan tanda-tanda sakit (subclinical). Namun demikian mereka sama dengan
penderita lainnya yang mengalami keluhan, yaitu dapat menjadi sumber penularan
penyakit tersebut. Masa tunas (masa inkubasi) penyakit Gondong sekitar 12-24
hari dengan rata-rata 17-18 hari. Adapun tanda dan gejala yang timbul
setelah terinfeksi dan berkembangnya masa tunas dapat digambarkan sebagai
berikut :
1.
Pada tahap awal (1-2 hari)
penderita Gondong mengalami gejala: demam (suhu badan 38,5 – 40 derajat
celcius), sakit kepala, nyeri otot, kehilangan nafsu makan, nyeri rahang bagian
belakang saat mengunyah dan adakalanya disertai kaku rahang (sulit membuka
mulut).
2.
Selanjutnya terjadi
pembengkakan kelenjar di bawah telinga (parotis) yang diawali dengan
pembengkakan salah satu sisi kelenjar kemudian kedua kelenjar mengalami
pembengkakan.
3.
Pembengkakan biasanya
berlangsung sekitar 3 hari kemudian berangsur mengempis.
4.
Kadang terjadi pembengkakan pada kelenjar di bawah rahang
(submandibula) dan kelenjar di bawah lidah (sublingual). Pada pria dewasa
adalanya terjadi pembengkakan buah zakar (testis) karena penyebaran melalui
aliran darah.
5.
Patofisiologi Parotitis
Pada umumnya penyebaran paramyxovirus
sebagai agent penyebab parotitis (terinfeksinya kelenjar parotis) antara lain
akibat:
1.
Percikan ludah
2.
Kontak langsung dengan
penderita parotitis lain
3.
Muntahan
4.
urine
Virus tersebut masuk tubuh bisa
melalui hidung atau mulut. Biasanya kelenjar yang terkena adalah kelenjar
parotis. Infeksi akut oleh virus mumps pada kelenjar parotis dibuktikan dengan
adanya kenaikan titer IgM dan IgG secara bermakna dari serum akut dan serum
konvalesens. Semakin banyak penumpukan virus di dalam tubuh sehingga terjadi
proliferasi di parotis/epitel traktus respiratorius kemudian terjadi viremia
(ikurnya virus ke dalam aliran darah) dan selanjutnya virus berdiam di jaringan
kelenjar/saraf yang kemudian akan menginfeksi glandula parotid. Keadaan ini
disebut parotitis.
Akibat terinfeksinya kelenjar parotis
maka dalam 1-2 hari akan terjadi demam, anoreksia, sakit kepala dan nyeri otot
(Mansjoer, 2000). Kemudian dalam 3 hari terjadilah pembengkakan kelenjar
parotis yang mula-mula unilateral kemudian bilateral, disertai nyeri rahang
spontan dan sulit menelan. Pada manusia selama fase akut, virus mumps dapat
diisoler dari saliva, darah, air seni dan liquor. Pada pankreas kadang-kadang
terdapat degenerasi dan nekrosis jaringan.
6.
Komplikasi klinis
Komplikasinya meliputi septicemia,
osteomielitis mandibular, ekstensi fasial, obstruksi jalan napas,
mediastinitis, thrombosis vena jugulris interna, dan disfungsi nervus fasialis.
Gondongan telah dilaporkan menyebabkan meningoensefalitis, pankretitis,
orkitis, miokarditis, perikarditis, arthritis, dan nefritis. Hampir semua anak
yang menderita gondongan akan pulih total tanpa penyulit, tetapi kadang
gejalanya kembali memburuk setelah sekitar 2 minggu. Keadaan seperti ini dapat
menimbulkan komplikasi, dimana virus dapat menyerang organ selain kelenjar
liur. Hal tersebut mungkin terjadi terutama jika infeksi terjadi setelah masa
pubertas.
Dibawah ini komplikasi yang dapat
terjadi akibat penanganan atau pengobatan yang kurang dini:
a.
Meningoensepalitis
Penderita mula-mula menunjukan
gejala nyeri kepala ringan, yang kemudian disusul oleh muntah-muntah, gelisah
dan suhu tubuh yang tinggi (hiperpireksia). Komplikasi ini merupakan komplikasi
yang sering pada anak-anak.
b. Ketulian
Tuli saraf dapat terjadi unilateral,
jarang bilateral walaupun insidensinya rendah (1:15.000), parotitis adalah
penyebab utama tuli saraf unilateral, kehilangan pendengaran mungkin sementara
atau permanen.
c. Orkitis
Peradangan pada salah satu atau
kedua testis. Setelah sembuh, testis yang terkena mungkin akan menciut. Jarang
terjadi kerusakan testis yang permanen Sehingga kemandulan dapat terjadi pada
masa setelah puber dengan gejala demam tinggi mendadak, menggigil mual, nyeri
perut bagian bawah, gejala sistemik, dan sakit pada testis. Testis paling
sering terinfeksi dengan atau tanpa epidedimitis. Bila testis terkena
infeksi maka terdapat perdarahan kecil. Orkitis biasanya menyertai
parotitis dalam 8 hari setelah parotitis. Keadaan ini dapat berlangsung
dalam 3 – 14 hari. Testis yang terkena menjadi nyeri dan bengkak dan kulit
sekitarnya bengkak dan merah. Rata-rata lamanya 4 hari. Sekitar 30-40%
testis yang terkena menjadi atrofi. Gangguan fertilitas diperkirakan
sekitar 13%. Tetapi infertilitas absolut jarang terjadi.
a.
Ensefalitis atau Meningitis
Peradangan otak atau selaput otak.
Gejalanya berupa sakit kepala, kaku kuduk, mengantuk, koma atau kejang. 5-10%
penderita mengalami meningitis dan kebanyakan akan sembuh total. 1 diantara
400-6.000 penderita yang mengalami ensefalitis cenderung mengalami kerusakan
otak atau saraf yang permanen, seperti ketulian atau kelumpuhan otot wajah.
b. Ooforitis
Timbulnya nyeri dibagian pelvis ditemukan pada sekitar
7% pada penderita wanita pasca pubertas
c. Pankreatitis
Peradangan pankreas, bisa terjadi pada akhir minggu
pertama. Penderita merasakan mual dan muntah disertai nyeri perut. Gejala ini
akan menghilang dalam waktu 1 minggu dan penderita akan sembuh total. Nyeri
perut sering ringan sampai sedang muncul tiba-tiba pada parotitis.
Biasanya gejala nyeri epigastrik disertai dengan pusing, mual, muntah, demam
tinggi, menggigil, lesu, merupakan tanda adanya pankreatitis akibat
mumps.
d. Nefritis
Kadang-kadang kelainan fungsi ginjal terjadi pada setiap
penderita dan viruria terdeteksi pada 75%. Frekuensi keterlibatan ginjal
pada anak-anak belum diketahui. Nefritis yang mematikan, terjadi 10-14
hari sesudah parotitis. Nefritis ringan dapat terjadi namun jarang. Dapat
sembuh sempurna tanpa meninggalkan kelainan pada ginjal.
e. Tiroiditis
Walaupun tidak biasa, pembengkakan tiroid yang nyeri dan
difus dapat terjadi pada umur sekitar 1 minggu sesudah mulai parotitis dengan
perkembangan selanjutnya antibodi antitiroid pada penderita.
f. Miokarditis
Manifestasi jantung yang serius sangat jarang terjadi,
tetapi infeksi ringan miokardium mungkin lebih sering daripada yang diketahui.
Miokarditis ringan dapat terjadi dan muncul 5–10hari pada parotitis. Gambaran
elektrokardiografi dari miokarditis seperti depresi segmen S-T,
flattening atau inversi gelombang T. Dapat disetai dengan takikardi, pembesaran
jantung dan bising sistolik.
g.
Artritis
Jarang ditemukan pada anak-anak. Atralgia yang disertai
dengan pembengkakan dan kemerahan sendi biasanya penyembuhannya sempurna. Manifestasi
lain yang jarang tapi menarik pada parotitis adalah poliarteritis yang sering
kali berpindah-pindah. Gejala sendi mulai 1-2minggu setelah berkurangnya
parotitis. Biasanya yang terkena adalah sendi besar khususnya paha atau lutut.
Penyakit ini berakhir 1-12 minggu dan sembuh sempurna.
h.
Kelainan pada mata
Komplikasi ini meliputi dakrioadenitis, pembengkakan
yang nyeri, biasanya bilateral, dari kelenjar lakrimalis; neuritis optik
(papillitis) dengan gejala-gejala bervariasi dari kehilangan penglihatan sampai
kekaburan ringan dengan penyembuhan dalam 10–20 hari; uveokeratitis, biasanya
unilateral dengan fotofobia, keluar air mata, kehilangan penglihatan cepat dan
penyembuhan dalam 20 hari; skleritis, tenonitis, dengan akibat
eksoftalmus; trombosis vena sentral.
7.
Pencegahan
Pencegahan
terhadap parotitis epidemika dapat dilakukan secara imunisasi pasif dan
imunisasi aktif.
a. Pasif
Gamma globulin parotitis tidak efektif dalam mencegah parotitis atau mengurangi
komplikasi.
b. Aktif
Dilakukan dengan memberikan vaksinasi
dengan virus parotitis epidemika yang hidup tapi telah dirubah sifatnya
(Mumpsvax-merck, sharp and dohme) atau diberikan subkutan pada anak berumur 15
bulan (Ngastiyah, 2007). Vaksin ini tidak menyebabkan panas atau reaksi lain
dan tidak menyebabkan ekskresi virus dan tidak menular. Menyebabkan
imunitas yang lama dan dapat diberikan bersama vaksin campak dan rubella (MMR
yakni vaksin Mumps, Morbili, Rubella). Pemberian vaksinasi dengan virus
“mumps”, sangat efektif dalam menimbulkan peningkatan bermakna dalam antibodi
“mumps” pada individu yang seronegatif sebelum vaksinasi dan telah memberikan
proteksi 15 sampai 95 %. Proteksi yang baik sekurang-kurangnya selama 12
tahun dan tidak mengganggu vaksin terhadap morbili, rubella, dan poliomielitis
atau vaksinasi variola yang diberikan serentak.
Kontraindikasi: Bayi dibawah usia 1 tahun karena efek
antibodi maternal; Individu dengan riwayat hipersensitivitas terhadap komponen
vaksin; demam akut; selama kehamilan; leukimia dan keganasan;
limfoma; sedang diberi obat-obat imunosupresif, alkilasi dan anti
metabolit; sedang mendapat radiasi. Belum diketahui apakah vaksin akan mencegah
infeksi bila diberikan setelah pemaparan, tetapi tidak ada kontraindikasi bagi
penggunaan vaksin “Mumps” dalam situasi ini
0 komentar:
Post a Comment