Wednesday, 15 May 2013

Asuhan Keperawatan pada Pasien Ny. F dengan Angina Pektoris di Ruang Inap Penyakit Dalam Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum



BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Angina Pektoris adalah sindrom klinis berupa serangan sakit dada yang khas seperti ditekan atau terasa berat didada depan yang sering mejalar kelengan kiri. Hal ini biasanya timbul saat pasien melakukan aktivitas dan segera hilang saat aktivitas dihentikan.
Penyakit jantung arterosklelorosis diakibatkan oleh angina pektoris yang hampir selalu berhubungan dengan sumbatan arteri kronir utama dan dapat juga diperkirakan berkurang aliran darah koroner yang menyebabkan suplay oksigen ke jantung tidak adekuat dan dengan kata lain suplay kebutuhan oksigen jantung meningkat (Smeltzer, Suzana, 2001).
Gejala iskemia miokard ditimbulkan oleh stenosis arteri koroner yang menetap atau trombosis intrapalngue pada sisi lesi, vasokonstriksi koroner dapat juga mencetuskan beberapa gangguan iskemik. Spasme arteri koroner besar yang menimbulkan penurunan aliran daerah koroner yang terjadi spontan atau dipacu oleh dingin, stres, emosional, serta obat-obatan. Spasme ini timbul pada arteri koronir normal yang mengalami stenosis dan tetap dapat tersembunyi atau menyebabkan angina pektoris (Lawrence M. dkk, 2002).
Iskemia otot jantung akan menyebabkan nyeri dengan derajat yang bervariasi, mulai dari rasa tertekan pada dada atas sampai nyeri hebat yang disertai dengan rasa takut, namun nyeri tersebut dapat menyebar ke leher, dagu, bahu dan aspek dalam ekstremitas atas dan juga merasakan rasa sesak, tercekik, rasa lemah atau lengan atas, nyeri tersebut akan berkurang faktor presipitasinya dihilangkan (Brunner dan Suddarth, 2001).
Walaupun angka kematian angina pektoris rendah namun penyakit ini merupakan suatu masalah yang harus segera diatasi karena dapat menimbulkan beberapa komplikasi adalah paru-paru seperti sesak nafas, perasaan lelah, kadang-kadang sakit dada.
Apabila komplikasi tidak segera diatasi maka dapat mempengaruhi serangan infark miokard yang dapat mempercepat kematian angina pektoris sering terjadi pada usia 35 tahun keatas dan pada laki-laki dan wanita lebih banyak.
Peran perawat sebagai keberhasilan penanganan masalah angina pektoris, selain itu tergantung pada kerja sama yang baik antara perawat, pasien dan keluarga. Maka perawatan penderita yang dapat diberikan secara paripurna dengan melakukan tindakan membatasi aktivitas untuk mengurangi kerja jantung, menghilangkan rasa nyeri juga menghilangkan faktor-faktor presipitasi seperti mengatur diet, mengurangi rokok ataupun stress emosional serta upaya pemulihan kembali organ-organ tubuh yang mengalami gangguan.
      (Soeparman, ddk, 1998).  
Pada insiden stenosis ulang tampaknya menurun dengan penempatan stent intrakoroner sampai kira-kira 15-20 %, awalnya penempatan alat ini dikhawatirkan membawa resiko trombosit akut dan memerlukan antikongulas, dan angka terombosit akut turun menjadi kurang dari I %. Sedangkan saat ini di Amerika Serikat lebih dari 40 % revaskularisasi perkutan menggunakan stent dan angka ini tampaknya terus meningkat (Lawrence M. dkk, 2002).

0 komentar:

Post a Comment