BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Keperawatan jiwa merupakan suatu bidang spesialisasi praktik keperawatan
yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan penggunaan
dirinya secara terapeutik sebagai
kiatnya. Keperawatan jiwa juga merupakan salah satu dari lima inti disiplin
kesehatan mental. Perawat menjalankan profesinya menggunakan ilmu
pengetahuannya menerapkan ilmu-ilmu psikososial, biofisik, teori-teori
kepribadian dan perilaku manusia untuk menurunkan suatu kerangka kerja teoritik
yang menjadi landasan praktik keperawatan.
Pelayanan keperawatan, kesehatan jiwa bukan hanya ditujukan pada klien
dengan gangguan jiwa tetapi juga pada klien dengan masalah psikososial, yang
ditujukan pada semua orang dan lapisan masyarakat sehingga tercapai sehat
mental dan hidup harmonis secara produktif.
Manusia sebagaimana dia ada pada suatu waktu merupakan suatu interaksi
antara badan, jiwa dan lingkungan. Ketiga unsur
ini saling mempengaruhi segala
keutuhan manusia sebagai mana dia ada. Konsep kesehatan jiwa memang perlu
adanya pengalaman dan penanganan khusus oleh karena permasalahan yang
berhubungan dengan kejiwaan sangatlah rumit dan sulit untuk membeda-bedakan
orang yang mengalami gangguan jiwa dan orang normal, perbandingannya sangat
tipis dan hampir tampak seperti orang yang normal.
Oleh karena itu, memang perlu adanya kemampuan khusus baik ilmu maupun
ketrampilan dalam penerapan asuhan keperawatan jiwa. Keperawatan sebagai bagian
dari kesehatan jiwa merupakan bidang spesialis praktik keperawatan yang
menerapkan teori prilaku manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri
secara terapeutik kiatnya. Perawat jiwa dalam bekerja memberikan
stimulus konstruktif kepada klien(individu, kelompok, dan masyarakat) dan
berespon secara konstruktif sehingga klien belajar cara penyelesaian masalah.
Keberhasilan perawatan klien dengan penyalagunaan tergantung dari bagaimana
perawat secara terapeutik memberikan asuhan keperawatan kepada klien dengan
masalah jiwa. Kita sebagai mahasiswa calon-calon tenaga perawat harus di
persiapkan untuk menghadapi tantangan dalam perawatan jiwa. Pengetahuan,ketrampilan dan sikap yang baik
adalah syarat mutlak yang harus dimiliki oleh seorang perawat . Praktek
lapangan secara langsung untuk penerapan teori, pemantapan ketrampilan dan
penggunaan sikap dalam menghadapi masalah di lapangan itu perlu.
Manusia sebagaimana dia ada pada suatu waktu merupakan suatu interaksi
antara badan, jiwa dan lingkungan. Ketiga unsur
ini saling mempengaruhi segala
keutuhan manusia sebagai mana dia ada. Konsep kesehatan jiwa memang perlu
adanya pengalaman dan penanganan khusus oleh karena permasalahan yang
berhubungan dengan kejiwaan sangatlah rumit dan sulit untuk membeda-bedakan
orang yang mengalami gangguan jiwa dan orang normal, perbandingannya sangat
tipis dan hampir tampak seperti orang yang normal.
Oleh karena itu, memang perlu adanya kemampuan khusus baik ilmu maupun ketrampilan
dalam penerapan asuhan keperawatan jiwa. Keperawatan sebagai bagian dari
kesehatan jiwa merupakan bidang spesialis praktik keperawatan yang menerapkan
teori prilaku manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri secara
terapeutik kiatnya. Perawat jiwa dalam bekerja memberikan stimulus
konstruktif kepada klien(individu, kelompok, dan masyarakat) dan berespon
secara konstruktif sehingga klien belajar cara penyelesaian masalah.
Keberhasilan perawatan klien dengan penyalagunaan tergantung dari bagaimana
perawat secara terapeutik memberikan asuhan keperawatan kepada klien dengan
masalah jiwa. Kita sebagai mahasiswa calon-calon tenaga perawat harus di
persiapkan untuk menghadapi tantangan dalam perawatan jiwa. Pengetahuan,ketrampilan dan sikap yang baik
adalah syarat mutlak yang harus dimiliki oleh seorang perawat . Praktek
lapangan secara langsung untuk penerapan teori, pemantapan ketrampilan dan
penggunaan sikap dalam menghadapi masalah di lapangan itu perlu.
Klien yang dirawat di rumah
sakit umum dengan masalah fisik juga mengalami masalah psikososial seperti
berdiam diri, tidak ingin bertemu dengan orang lain, merasa kecewa, putus asa,
malu dan tidak berguna disertai keragu-raguan dan percaya diri yang kurang.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada klien seperti laboratorium, CT scan
dan tindakan seperti suntikan, infus, observasi rutin sering membuat klien
merasa sebagai objek.
Keluarga juga sering merasa
khawatir dan ketidakpastian keadaan klien ditambah dengan kurangnya waktu
petugas kesehatan seperti dokter dan perawat untuk membicarakan keadaan klien
terutama pada ruangan gawat darurat, tim kesehatan fokus pada penyelamatan
klien dengan segera. Klien dan keluarga kurang diberi informasi yang dapat
mengakibatkan perasaan sedih, ansietas, takut marah, frustasi dan tidak berdaya
karena infomasi yang kurang jelas disertai ketidakpastian. Dengan melakukan
asuhan keperawatan pada konsep diri klien yang diintegrasikan secara
komprehensif, diharapkan klien dan keluarga sesegera mungkin dapat berperan serta
sehingga self care atau perawatan diri dan family support (dukungan keluarga
dapat terwujud).
Keadaan klien dan keluarga
ini dapat diatasi dengan cara meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan.
Salah satu aspek yang dapat dilakukan adalah asuhan keperawatan psikososial
yang akan membhas tentang penyakit terminal, penyakit kronis, kehilangan,
ansietas, gangguan konsep diri, dan masalah krisis. Dalam kehidupan, manusia
harus mengatasi masalah terus menerus untuk menjaga keseimbangan atau balance
antara stress dan mekanisme koping. Jika tidak seimbang maka akan bisa terjadi
kondisi kronis.
Pasien dengan penyakit kronis seperti ini akan melalui suatu proses
pengobatan dan perawatan yang panjang. Jika penyakitnya berlanjut maka suatu
saat akan dicapai stadium terminal yang ditandai dengan oleh kelemahan umum,
penderitaan, ketidak berdayaan, dan akhirnya kematian.
Pada stadium lanjut, pasien dengan penyakit kronis tidak hanya mengalami
berbagai masalah fisik seperti nyeri, sesak nafas, penurunan berat badan, gangguan
aktivitas tetapi juga mengalami gangguan psikososial dan spiritual yang
mempengaruhi kualitas hidup pasien dan keluarganya. Maka kebutuhan pasien pada
stadium lanjut suatu penyakit tidak hanya pemenuhan/pengobatan gejala fisik,
namun juga pentingnya dukungan terhadap kebutuhan psikologis, sosial dan
spiritual yang dilakukan dengan pendekatan interdisiplin yang dikenal sebagai
perawatan paliatif atau palliative care.
Dalam perawatan paliatif maka peran perawat adalah memberikan Asuhan
Keperawatan pada Pasien kronis untuk membantu pasien menghadapi penyakitnya.
0 komentar:
Post a Comment