Pemekirsaan
hemoglobin (Hb) secara rutin selama kehamilan merupakan kegiatan yang umumnya
dilakukan untuk mendeteksi anemia . Namum ada kecendrungan kegiatan itu tidak
dilaksanakan secara optimal selama masa kehamilan . perubahan fisiologis yang
terjadi dalam masa kehamilan mengakibatkan penurunan Hb secara progesif sampai
sekitar minggu ke 30 , yang secara fisiologis masih normal. Perubahan normal
ini dikenal sebagai hemodilusi
(Mahomed dan Hylten,1989 ) dan biasanya mencapai titik terendah pada kehamilan minggu
ke 30 . oleh karena itu pemeriksaan Hb dianjurkan untuk dilaksanakan pada awal
kehamilan dan diulang kembali pada minggu ke 30 untuk mendapat gambaran akurat
tentang status Hb (Hylten 2009 ).
Hemodifusi
fisiologis dianggap sebagai suatu tanda kehamilan normal , dalam kaitannya
dengan hasil kehamilan yang baik bagi janin ( yaitu berat lahir sesuai dengan
umur kehamilan ). Apabila tidak terjadi proses hemodilusi , yang ditandai oleh
kadar Hb yang tinggi , dapat diindikasikan adanya gangguan pada perubahan
fisiologis akibat ternganggunya sirkulasi darah plasenta yang dapat
mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin (sagen 2007 ).
Kader Hb 11
gr% dianggap sebagai batas normal terendah dalam masa kehamilan namun demikian
batasan – batasab lain sering digunakan dalam mendefinisikan anemia dalam
kehamilan. Banyak batasan – batasan tersebut tidak mempunyai bukti yang jelas
secara ilmiah untuk mendukung penggunaannya. Batasan tersebut belum jelas
kaitannya dengan umur kehamilan. Walaupun Hb pada masa kehamilan dibawah 10 g %
( 11 g% pada ibu dengan gizi baik ), dikatakan rendah , namun masih sedikit
bukti ilmiah yang konsisten dalam penanggulangannya sesuai dengan tingkat kader
Hb yang ada.
Untuk saat
ini anemia dalam kehamilan di indonesia ditetapkan dengan kadar Hb < 11 g% pada trisemister I dan III atau
Hb < 10.5 g % pada tri semister II,
sehingga prevalensi anemi pada kehamilan di indonesia relatif tinggi (63,5 %) (Manuaba, 2008)
Pemeriksaan
kadar Hb terbaik adalah dengan menggunakan spektrofotometer sehingga
pemeriksaan secara Sahli dan Talguist hanya merupakan alternatif pemeriksaan
dilapangan. Namun pada kenyataan dilapangan
pemeriksaan kadar Hb menggunakan metode Sahli karena memang itu alat yang
tersedia di institusi kesehatan terdepan yakni Puskesmas (Manuaba, 2008)
7. Penyebab
Hemoglobin (Hb) Rendah dalam Kehamilan.
Penyebab
utama rendahnya hemoglobin (Hb) dalam kehamilan adalah defisiensi
besi terutama bila hanya terjadi anemia ringan. Pada Hb di bawah 9 g %
dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan lebih teliti, karena masih adanya kem
ungkinan penyebab lain diluar kekurangan besi (Mahomed dan Hytten 2009). Pada umumnya seorang ibu hamil dengan Hb rendah harus diberikan seplementasi
besi, meskipun ada sebab lain seperti cacing dan malaria yang harus
dipertmbangkan untuk menentukan langkah tindak lanjut yang sesuai.
Telah
dikemukakan bahwa pemberian suplementasi besi rutin pada ibu hamil dengan gizi
baik hanya memberi efek yang terbatas pada peningkatan Hb (Mahomed dan Hylten 2009 ). Hasil penelitian mutakir menganjurkan pemberian besi secara rutin
hanya dilakukan pada ibu hamil yang telah terbukti menderita anemia (Mahommed 2003). Namun di negara – negara yang mengalami kekurangan gizi , suplemen gizi
masih dinajurkan , karena sering kali sulit untuk memperkirakan secara tepat
kadar Hb Ibu hamil.
Anjuran
program nasional indonesia adalah pemberian 60 mg/hari elemenlat besi dan 50
g asam folat untuk profilasis anemia. Program
Depertemen Kesehatan R I memberikan 90 tablet besi selama 3 bulan. Beberapa jenis makanan tertentu dapat mempengaruhi daya serap tubuh
terhadap zat besi. Khususnya tembakau, teh dan kopi diketahui mengurangi
penyerapan besi. Oleh karena itu ibu hamil yang mendapat suplementasi besi
dianjurkan untuk menggindari tembakau,
teh dan kopi terutama sekitar waktu makan . Makanan lain seperti protein dan
vitamin C dapat membantu penyerapan. Oleh karena itu harus disarankan untuk
mengkonsumsi pangan yang kaya akan protein dan vitamin C (Depkes RI, 2004)
0 komentar:
Post a Comment