Sunday, 14 April 2013

Tradisi perkawinan dini



Tradisi (Bahasa Latin: traditio, "diteruskan") atau kebiasaan, dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah (Wiki, 2009).
Pengaruh teman sangat kuat. Hal ini membuat remaja punya kecendrungan pakai patokan norma teman di bandingkan norma yang berlaku dimasyarakat. Karena remaja hidup dalam dunia tersendiri, remaja merasa sama dan satu jenis serta satu dalam segala hal. Lingkungan sekitar tempat tinggal anak sangat mempengaruhi perkembangan pribadi anak. Disitulah anak itu memperoleh pengalaman bergaul dengan teman diluar rumah dan sekolah. Lingkungan sekitar rumah memberikan pengaruh sosial terutama pada anak diluar keluarga. Disini remaja mendapat pengalaman untuk mengenal lingkungan sosial baru yang berlainan dengan yang dikenalnya dirumah. Dalam lingkungan itu ia dapat mempelajari hal-hal yang baik (Sutjiningsih, 2004).
Akan tetapi remaja juga dapat mempelajari hal-hal yang buruk, tergantung sifat kelompoknya, sosialisasi menyebabkan individu akan mempelajari pola kebudayaan yang funda mental seperti bahasa, cara berjalan, duduk, makan, apa yang dimakan, berkelakuan sopan, mengembangkan sifat yang dianut dalam masyarakat. Seperti sikap terhadap agama, seks, orang yang tua, pekerjaan, rekreasi dan segala sesuatu yang perlu bagi warga masyarakat yang baik. Remaja mengalami suatu masa peralihan yang mencakup berbagai perubahan. Perubahan yang dialaminya tidak hanya meliputi perubahan madani yang terlibat dari akualisasi kewanitaan dan kejantanan, melainkan juga perubahan-perubahan yang tidak mudah diamati orang lain (Sutjiningsih, 2004).
Perubahan-perubahan didalam tumbuhnya dirasakan oleh si remaja yang juga di penuhi tanya. Remaja tidak mengerti, tetapi sudah terlanjur jauh dengan orang tua. Akhirnya mereka merasa cemas akan dirinya sendiri dan bertanya kepada temannya. Teman dengan dasar pegangan hidup yang baik dapat membantu teman yang tidak tahu arah maupun kehilangan tempat bertanya. Sebaliknya teman yang masih labil dan mungkin telah menyerap dalam perjuangan hidup kearah pendewasaan, tentunya sulit memberikan pertolongan dan malah akan menjerumuskan (Sutjiningsih, 2004).
Salah satu ciri remaja adalah terikat dengan kelompok. Remaja dalam kehidupan sosial sangat tertarik kepada kelompok sebayanya, sehingga jarang orang tua dinomor duakan, sedangkan kelompokkannya di nomor satukan. Apa yang diperbuatnya ingin sama dengan anggota kelompok lainnya, kalau tidak sama ia akan merasa harga dirinya turun. Dalam pengalamanpun remaja berusaha berbuat sama, misalnya berpacaran. Apa yang dilakukan kelompok ditirunya, walaupun yang dilakukan itu tidak baik (Sutjiningsih, 2004).

0 komentar:

Post a Comment