Perkawinan merupakan suatu perkawinan sepasang mempelai yang
dipertemukan secara formal di hadapan penghulu/kepala agama, para saksi dan
sejumlah hadirin yang disahkan secara resmi sebagai suami isteri dengan upacara
ritual-ritual tertentu. Dimana bentuk proklamasi laki-laki dan wanita bersifat
dwi tunggal yakni saling memiliki satu sama lain.
Menikah dapat diartikan secara sederhana sebagai persatuan dua
pribadi yang berbeda. Konsekuensinya, akan banyak terdapat perbedaan yang
muncul. Mengapa saat pacaran hal itu tidak menjadi soal? Proses pacaran pada
intinya adalah mekanisme untuk mempelajari dan menganalisis kepribadian
pasangan serta belajar saling menyesuaikan diri dengan perbedaan tersebut.
Dalam pacaran, akan dilihat, apakah perbedaan tersebut masih dapat dimengerti atau tidak. Namun
masalahnya, selama masa pacaran orang sering mengabaikan realita sehingga
kurang peka terhadap permasalahan atau perbedaan yang ada–bahkan seringkali
mereka memasang harapan bahwa semua itu “akan berubah” setelah menikah. Yang
sering terjadi, banyak pasangan yang kecewa karena harapan mereka tidak
terwujud dan tidak ada perubahan yang terjadi, bahkan setelah bertahun-tahun
menikah.
Satu hal yang sering kurang disadari oleh orang yang menikah adalah
bahwa bersatunya dua pribadi bukanlah persoalan yang sederhana. Setiap orang
mempunyai sejarahnya sendiri-sendiri dan punya latar belakang yang seringkali
sangat jauh berbeda, entah itu latar belakang keluarga, lingkungan tempat
tinggal atau pun pengalaman pribadinya selama ini.
Pernikahan adalah salah satu tanda kekuasaan Allah Ta`ala dan
karunia-Nya, sebagaimana disebutkan dalam Firman Allah di dalam Al-Qur`an surah
Ar-Rum ayat 21, yang artinya:"Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah
Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu
cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa
kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berfikir
0 komentar:
Post a Comment