Tuesday, 12 March 2013

Faktor yang Menyebabkan Ketidak berhasilan Ibu Menyusui dalam Memberikan ASI Eksklusif



ada 2 faktor yang menyebabkan ibu dalam memberikan ASI eksklusif, yaitu:
1.      Faktor Internal
Faktor internal ini sangat mempengaruhi para ibu seperti kurangnya pengetahuan. Faktor ini merupakan faktor yang paling mempengaruhi para ibu, mereka tidak banyak tahu manfaat apa saja yang terdapat pada ASI, apa akibatnya kalau anak tidak menerima ASI yang cukup dari ibunya atau sebaliknya. Secara umum pengertian pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yaitu, indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. (Notoatmodjo, 2007).


2.      Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang menyebabkan ibu untuk tidak berhasil memberikan ASI eksklusif adalah:
a.       Ibu bekerja
Menurut Soetjiningsih (2000), pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan ibu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sehingga ibu tidak dapat memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.
Banyak alasan yang menyebabkan ibu bekerja tidak berhasil memberikan ASI eksklusif kepada bayinya selama 6 bulan pertama karena kesibukan, tidak ada waktu untuk memerah atau memompa, terlalu merepotkan, dan bahkan alasan lain tidak ada kulkas di kantor. Sering juga ibu-ibu bekerja mengalami dilema antara ingin memberi ASI eksklusif atau hanya memberikan susu formula dan akhirnya dengan alasan yang klasik ibu-ibu yang bekerja memilih untuk memberikan susu formula sehingga ibu tidak berhasil memberikan ASI secara eksklusif pada bayinya. (Soraya. L, 2008).
Susanto (2004), menyatakan bahwa bekerja bukan alasan untuk tidak memberikan ASI eksklusif karena pada prinsipnya, pemberian ASI dapat diberikan secara langsung maupun tidak langsung. Pemberian ASI secara langsung sudah jelas dengan menyusui. Sedangkan pemberian ASI secara tidak langsung dilakukan dengan cara memerah / memompa ASI, menyimpannya untuk kemudian diberikan kepada bayinya.

b.      Dukungan suami
Keluarga terutama suami adalah bagian yang terdekat dengan ibu. Kebanyakan ibu tidak berhasil memberikan ASI eksklusif karena keluarga yang tidak mendukung usaha ibu. Untuk itu diharapkan pengertian dan kerjasama yang baik dari keluarga walaupun menyusui hanya dapat dilakukan oleh ibu, keluarga dapat membantu dengan menjaga ketenangan dan kenyamanan ibu dan bayi. Inilah yang sering tidak diperhatikan, bahwa proses menyusui akan terganggu apabila kejiwaan ibu tidak tenang. Sehingga timbul keluhan ASI tidak cukup atau bayi tidak mau menyusui lagi. (Roesli. U, 2006).
Keterlibatan suami dalam mendukung praktik pemberian ASI eksklusif pada bayi masih sangat minim, padahal dukungan suami sangat diperlukan agar pemberian ASI eksklusif bisa tercapai. Sejauh ini kebanyakan suami hanya berperan dalam pemilihan tempat pemeriksaan kehamilan, persalinan dan pasca persalinan serta imunisasi, padahal keterlibatan suami mencari informasi dan memberikan dukungan dalam pemberian ASI eksklusif diketahui sebagai faktor paling berpengaruh terhadap praktik pemberian ASI eksklusif. (Nandira, 2009).
c.       Budaya
Masyarakat tradisional Indonesia memiliki konsepsi budaya yang tidak sesuai dengan konsep kesehatan modern. Di beberapa daerah tertentu di Indonesia masih ada kebiasaan-kebiasaan memberikan makanan tambahan (pisang, nasi) terlalu dini yaitu pada hari-hari pertama kelahiran. Pemberian makanan dini seperti (pisang, nasi) yang akan menyebabkan penyumbatan saluran cerna dan kematian Bayi Baru Lahir (BBL). (Umar. L, 2009).
Kebiasaan memberi air putih dan cairan lain seperti teh, air manis, dan jus kepada bayi dalam bulan-bulan pertama umumnya dilakukan dibanyak kalangan masyarakat. Kebiasaan ini seringkali dimulai saat bayi masih berusia sebulan. Riset yang dilakukan di pinggiran kota Lima, Peru menunjukkan bahwa 83% bayi menerima air putih dan teh dalam bulan pertama. Penelitian di masyarakat Gambia, Filipina, Mesir dan Guatemala melaporkan bahwa lebih dari 60% bayi baru lahir diberi air manis dan teh. Alasan untuk memberi tambahan cairan kepada bayi berbeda sesuai nilai budaya masyarakatnya masing-masing. Alasan yang paling sering dikemukakan adalah air diperlukan untuk hidup dan menghilangkan rasa haus, menghilangkan rasa sakit dan dapat menenangkan bayi serta membuat bayi tidak rewel. (Sugiono, 2009).
Nilai budaya dan keyakinan agama juga ikut mempengaruhi pemberian cairan sebagai minuman tambahan untuk bayi. Dari generasi ke generasi diturunkan keyakinan bahwa bayi sebaiknya diberi cairan. Air yang dipandang sebagai sumber kehidupan, suatu kebutuhan batin maupun fisik. Sejumlah kebudayaan menganggap tindakan memberi ASI kepada bayi baru lahir sebagai cara menyambut kehadirannya di dunia.              (Nandira, 2009).

0 komentar:

Post a Comment