2.1.1.
Pengertian
Abortus
adalah keluarnya hasil konsepsi sebelum janin mampu hidup diluar kandungan. Atau keluarnya
janin dengan berat kurang dari 1000 gram atau umur kehamilan kurang dari 20
minggu.( Depkes RI, 2004)
Abortus
Inkompletus
adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan masih ada tertinggal dalam uterus. Pada pemeriksaan vaginal,
kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau
kadang-kadang sudah menonjol dari ostium uteri eksternum. Pendarahan pada
abortus inkomplitus dapat banyak sekali, sehingga menyebabkan syok dan
pendarahan tidak akan berhenti sebelum sisa hasil konsepsi dikeluarkan.
(Wiknjosastro, 2005)
2.1.2.
Etiologi
Abortus Inkompletus
Pada kehamilan muda abortus tidak jarang oleh kematian mudigah. Sebaliknya, pada kehamilan
lebih lanjut biasanya janin dikeluarkan dalam keadaan masih hidup, Hal-hal yang
menyebabkan abortus dapat dibagi
sebagai berikut;
1)
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi.
Kelainan pertumbuhan
hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian
janin atau cacat. Kelainan berat biasanya menyebabkan kematian mudigah pada hamil- muda. Faktor-faktor
yang menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan ialah sebagai berikut.
1) Kelainan
kromosom. Kelainan yang sering
ditemukan pada Abortus Spontan ialah trisomi, poliploidi dan kemungkinan pula
kelainan kromosom seks.
2) Lingkungan
kurang sempurna, Bila lingkungan di endometrium
di sekitar tempat implantasi
kurang sempurna sehingga memberi zat-zat makanan pada hasil konsepsi terganggu.
3) Pengaruh
dari luar, virus, obat-obatan dan sebagainya dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya
dalam uterus. Pengaruh ini umumnya
dinamakan pengaruh teratogen.
2)
Kelainan pada Plasenta
Endarteritis
dapat terjadi dalam villi koriales
dan menyebabkan oksigenisasi plasenta
terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin.
Keadaan ini bisa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.
3)
Penyakit Ibu
Penyakit mendadak
seperti pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria dan lain-lain dapat menyebabkan abortus. Toksin, bakteri, virus atau plasmodium dapat melalui plasenta masuk kejanin, sehingga
menyebabkan kematian janin dan kemudian terjadilah abortus, Anemia berat, keracunan, laparotomi, peritonitis umum dan penyakit menahun seperti brusellosis, mononucleosis infeksiosa,
toksoplasmosis juga dapat menyebabkan abortus
walaupun lebih jarang.
4)
Kelaian traktus
genitalis
Retroversio
uteri, miomata uteri, atau kelainan bawaan uterus dapat menyebabkan abortus. Tetapi harus di ingat bahwa
hanya retroversia uteri gravity inkarserata atau mioma submukosa yang memegang peranan
penting. sebab lain abortus dalam
trisemister ke 2 ialah servik inkompeten
yang dapat disebabkan oleh kelemahan bawaan pada servik, dilatasi serviks berlebihan,
konisasi, amputasi atau robekan servik luas yang tidak dijahit.
2.1.3.
Patofisiologi
Pada awal abortus terjadilah pendarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti oleh nekrosis jaringan disekitarnya. Hal
tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebahagian atau seluruhnya,
sehingga merupakan benda asing dalam uterus.
Keadaan ini menyebabkan uterus
berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu
hasil konsepsi ini biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi korialis belum menembus desidua
secara mendalam. Pada kehamilan antara 8 sampai 14 minggu villi koriales menembus desidua
lebih dalam, sehingga umumnya plasenta tidak dilepas sempurna yang dapat menyebabkan
banyak perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu keatas umumnya yag dikeluarkan
setelah ketuban pecah ialah janin, disusul beberapa waktu kemudian plesenta
segara terlepas dengan lengkap. Peristiwa abortus
ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniature.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai
bentuk bentuk. Ada kalanya kantong amnion
kosong atau tampak didalamnya benda kecil tampa bentuk yang jelas (Blighted ovum), mungkin pula janin telah
lama mati (missed abortion).
Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan
dalam waktu singkat, karena ia dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah. Isi uterus dinamakan mola kruenta. Bentuk ini menjadi mola karnosa apabila pigmen darah
telah diserap dan dalam sisanya terjadi organisasi, sehingga semuanya tampak
berbenjol-benjol karena terjadi hematoma
antara amnion dan korion.
Pada janin yang telah
meninggal dan tidak dikeluarkan dapat
terjadi proses mumifikasi, janin
mengering dan arena cairan amnion
menjadi kurang oleh sebab diserap, ia menjadi agak gepeng (fetus kompressus). Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis
seperti kertas perkanen (fetus
papiraseus).
Kemungkinan lain pada
janin – mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah terjadinya laserasi, kulit terkupas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar
karena terisi cairan dan seluruh janin berwarna kemerah-merahan.
2.1.4.
Gejala
Abortus.
1)
Amenoria
2)
Pendarahan yang bisa
sedikit dan bisa banyak, pendarahan biasanya
berupa stolsel (darah beku).
3)
Sakit perut dan
mules-mules.
4)
Sudah ada keluar fetus atau
jaringan.
5)
Pada pemeriksaan dalam
didapat servik terbuka, kadang dapat diraba sisa-sisa jaringan dalam kan.
Servikalis atau kav. Uteri
6)
Uterus lebih kecil dari
usia kehamilan (Muchtar, 2004)
0 komentar:
Post a Comment