Friday, 22 February 2013

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA USIA LANJUT



A.    Konsep perawatan usia lanjut
1.        Klasifikasi Usia lanjut
Pembagian Usia Lanjut berdasarkan Kelompok umur :
1)    Usia pertengahan (Midle age)         : usia 45 sampai 59 tahun
2)    Lanjut usia   (Young Old)               : antara 60 sampai 74 tahun
3)    Lanjut usia tua    (Old)                    : antara 75 sampai 90
4)    Usia sangat tua  (Very Old)            : diatas 90 tahun
2. Kebutuhan aktualisasi diri pada usia lanjut
  1. Merupakan kebutuhan dasar yang  paling tinggi dari hirarki Maslow, dimana kebutuhan ini akan terpenuhi jika kebutuhan dasar di bawahnya sudah terpenuhi dengan baik
  2. Kebutuhan aktualisasi diri pada lansia menunjukkan  bahwa seseorang telah mencapai potensi  mereka secara optimal
  3. Lansia yang telah teraktualisasi dirinya, adalah orang yang telah mampu menyelesaikan tugas-tugas sebelumnya dengan baik, memiliki kepuasan atas prestasinya, mampu menghadapi masalah secara realistis, walapun juga mengalami kegagalan/kekurangan sebelumnya
  4. Aktualisasi diripada lansia terjadi pada saat terjadi keseimbangan antara kebutuhan dan tekanan, serta adanya kemampuan untuk beradaptasi terhadap perubahan tubuh dan lingkungannya 
B.     Kosep medis
1.   Pengertian
a.     Gangguan jiwa
Gangguan jiwa adalah kondisi terganggunya fungsi mental, emosi, pikiran, kemauan, perilaku psikomotorik dan verbal yang menjelma dalam kelompok. Gejala klinis yang disertai oleh penderitaan dan mengakibatkan terganggunya fungsi humanistik individu.
b.   Isolasi sosial
Isolasi adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak, (Carpenito, 1998).
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Towsend, 1998).
Seseorang dengan perilaku menarik diri akan menghindari interaksi dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran dan prestasi atau kegagalan. Ia mempunyai kesulitan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain yang dimanifestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian dan tidak sanggup membagi pengalaman dengan orang lain (Depkes, 1998)
Perilaku menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain (Rawlins,1993, di kutip Budi Anna Keliat).
c.       Rentang respon sosial
Isolasi sosial adalah kondisi kesepian yang diekspresikan oleh individu dan dirasakan sebagai hal yang ditimbulkan oleh orang lain sebagai suatu keadaan negatif yang mengancam, dengan karakteristik:

1)      Tinggal sendiri dalam ruangan
2)      Ketidakmampuan untuk berkomunikasi
3)      Menarik diri
4)      Kurangnya kontak mata
5)      Ketidaksesuaian atau ketidakmatangan minat dan aktivitas dengan perkembangan atau terhadap usia
6)      Preokupasi dengan pikirannya sendiri
7)      Pengulangan tindakan yang tidak bermakna
8)      Mengekspresikan perasaan penolakan atau kesepian yang ditimbulkan oleh orang lain
9)      Mengalami perasaan yang berbeda dengan orang lain
10)  Merasa tidak aman di tengah orang banyak
(Towsend, 1998)
Kerusakan interaksi sosial adalah suatu keadaan dimana seorang individu berpartisipasi dalam suatu kualitas yang tidak cukup atau berlebihan atau kualitas interaksi sosial yang tidak efektif dengan karakteristik:
1)      Menyatakan secara verbal atau menampakkan ketidakmampuan untuk menerima atau mengkomunikasikan kepuasan, rasa memiliki, minat, atau membagi cerita
2)      Tampak menggunakan perilaku interaksi sosial yang tidak berhasil
3)      Difungsi interaksi dengan rekan sebaya, keluarga, atau ornag lain
4)      Penggunaan proyeksi yang berlebihan
5)      Tidak menerima tanggung jawab atas perilakunya sendiri
6)      Manipulasi verbal
7)      Ketidakmampuan menunda kepuasan
(Towsend,1998).
Isolasi sosial merupakan suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam berhubungan sosial.
Menurut Stuart dan Sundeen (1995) respons sosial individu berada dalam rentang adaptif sampai dengan maladaptif.
Respons adaptif adalah respons individu dalam penjelasan masalah yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya yang umum berlaku, dengan kata lain individu tersebut masih dalam batas-batas normal dalam menyelesaikan masalahnya. Respon ini meliputi:
Ø  Menyendiri (solitude) merupakan respons yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan juga suatu cara mengevaluasi diri untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya.
Ø  Otonomi merupakan kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan ide, pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.
Ø  Kebersamaan merupakan suatu kondisi dalam hubungan interpersonal di mana individu mampu untuk saling memberi dan menerima.
Ø  Saling ketergantungan merupakan suatu hubungan saling tergantung antar individu dengan orang lain dalam rangka membina hubungan interpersonal.
Respons maladaptif adalah respons individu dalam penyesuaian masalah, yang menyimpang dari norma-norma sosial dan budaya lingkungannya. Respons maladaptif  yang paling sering ditemukan adalah:
Ø  Manipulasi
Orang lain diperlakkukan sebagai objek, hubungan terpusat pada masalah pengendalian orang lain, dan individu cenderung berorientasi pada diri sendiri atau tujuan, bukan pada orang lain.
Ø  Impulsif
Individu impulsif tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari pengalaman, tidak dapat diandalkan.
Ø  Narkisisme
Pada individu narkisisme terdapat harga diri yang rapuh, secara terus-menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian, sikap egoisme, pencemburu. marah jika orang lain tidak mendukung.
2.      Faktor predisposisi dan presipitasi
Faktor predisposisi terjadinya perilaku menarik diri adalah kegagalan perkembangan yang dapat mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak percaya orang lain, ragu takut salah, putus asa terhadap hubungan dengan orang lain, menghindar dari orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan, dan meras tertekan. Beberapa faktor pendukung terjadinya Isolasi Sosial adalah:
a)      Faktor Tumbuh Kembang
Tugas perkembangan pada masing-masing tahap tumbuh kembang ini memiliki karakteristik tersendiri. Bila tugas-tugas dalam perkembangan ini tidak terpenuhi, misalnya jika pada fase oral tugas membentuk rasa saling percaya tidak terpenuhi maka akan mengakibatkan masalah antara lain adalah curiga.
b)      Faktor Komunikasi dalam Keluarga
Dalam teori ini termasuk masalah komunikasi yang tidak jelas (double bind) yaitu suatu keadaan dimana seorang anggota keluarga menerima pesan yang saling bertentangan dalam waktu bersamaan, ekspresi emosi yang tinggi dalam lingkungan yang menghambat untuk berhubungan dengan lingkungan diluar keluarga.
c)      Faktor Sosial Budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan sosial merupakan suatu faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Hal ini disebabkan oleh norma-norma yang salah dianut oleh keluarga, di mana setiap anggota keluarga yang tidak produktif seperti usia lanjut, penyakit kronis, dan penyandang cacat diasingkan dari lingkungan sosialnya.
d)     Faktor Biologis
Organ tubuh yang.jelas dapat mempengaruhi terjadinya Isolasi Sosial adalah otak.
Tugas perkembangan berhubungan dengan pertumbuhan interpersonal
(Stuart dan Sundeen, 1995)
Faktor presipitasi antara lain ; karena menurunnya stabilitas keluarga dan berpisah karena meninggal dan faktor psikologis seperti berpisah dengan orang terdekat atau kegagalan orang lain untuk bergantung, merasa tidak berarti dalam keluarga sehingga menyebabkan klien berespon dengan menghindar dengan menarik diri dari lingkungan. (Stuart and Sundeen, 1995).  


Faktor presipitasi terjadinya Isolasi Sosial juga dapat ditimbulkan oleh faktor internal dan eksternal seseorang. Faktor ini dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a)      Faktor Eksternal
Contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu stres yang ditimbulkan oleh faktor sosial budaya yang antara lain adalah keluarga.
b)      Faktor Internal
Contohnya adalah stresor psikologik yaitu stres terjadi akibat ansietas yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan individu untuk mengatasinya. Ansietas ini dapat terjadi akibat tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau tidak terpenuhinya kebutuhan ketergantungan individu.
3.      Mekanisme Koping
Mekanisme pertahanan diri yang sering digunakan pada masing-masing Isolasi Sosial sangat bervariasi, seperti pada curiga adalah regresi, proyeksi, represi. Isolasi, menarik diri adalah regresi, represi, isolasi.
4.      Tanda dan gejala
a.       Data subjektif
Sukar didapati jika klien menolak berkomunikasi. Beberapa data subjektif adalah menjawab pertanyaan dengan singkat, seperti kata “tidak”, “iya”, “tidak tahu”.
b.      Data objektif
Observasi yang dilakukan pada klien akan ditemukan:
1)      Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul
2)      Menghindari orang lain (menyendiri), klien nampak memisahkan diri dari orang lain , misalnya pada saat makan
3)      Komunikasi kuran/tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain/perawat
4)      Tidak ada kontak mata, klien lebih sering menunduk
5)      Berdiam diri di kamar/ tempat terpisah, klien kurang mobilitasnya
6)      Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap.
7)      Tidak melakukan kegiatan sehari-hari. Artinya perawatdiri dan kegiatan rumah tangga sehari-hari tidak dilakukan
8)      Posisi janin pada saat tidur

5.      Karakteristik perilaku
a.       Gangguan pola makan : tidak ada nafsu makan/makan berlebihan
b.      Berat badan menurun atau meningkat secara drastis
c.       Kemunduran secara fisik
d.      Tidur berlebihan
e.       Tinggal di tempat tidur dalam waktu yang lama
f.       Banyak tidur siang
g.      Kurang bergairah
h.      Tidak mempedulikan lingkungan
i.        Kegiatan menurun
j.        Immobilisasi
k.      Modar-mandir
Berdasarkan hasil observasi perilaku klien, perawat mengumpulkan dan menganalisa data, khususnya data perilaku yang spesifik pada kondisi klien dengai masalah isolasi sosial. Perilaku yang biasa muncul pada klien dengan Isolasi Sosial antara lain:
Jenis Isolasi Sosial
Perilaku
Menarik Diri






Curiga


Manipulasi
Kurang spontan, Apatis (acuh terhadap lingkungan), ekspresi wajah kurang berseri, tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri, tidak ada atau kurang komunikasi verbal, mengisolasi diri, tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya, masukan makanan dan minuman terganggu, retensi urin dan feces, aktivitas menurun, kurang energi (tenaga), rendah diri, postur tubuh berubah.
Tidak mampu mempercayai orang lain, bermusuhan (hostility), mengisolasi diri dalam lingkungan sosial, paradonia.

Ekspresi perasaan yang tidak langsung pada tujuan, kurang asertif, mengisolasi diri dari hubungan sosial, harga diri yang rendah, sangat tergantung pada orang lain.

0 komentar:

Post a Comment