Menurut
Sumarah (2008) Penolong persalian menganjurkan ibu untuk mengedan bila ada
kontraksi yang kuat dan spontan untuk mengedan. Penolong tidak diperkenankan
meminta ibu untuk mengedan secara terus menerus tampa menganbil nafas saat
mengedan atau tidak boleh mengedan sambil menajan nafas, Penolong sebaiknya
menyarankan ibu untuk beristirahat pada waktu relaksasikontraksi. Hal ini
dimaksudkan untuk mengantisipasi agar ibu tidak kelelahan dan mengindari resiko
asfeksia (Kekurangan O2 pada janin) karena suplay oksigen melalui
plasenta berkurang.
Pada
kala dua ibu dianjurkan untuk memeran hanya jika merasa ingin memeran atau pada
saat kepala bayi sudah kelihatan (riset menunjukan bahwa menahan nafas sambil
mengejan adalah berbahaya dan mengejan sebelum kepala bayi tampak adalah tidak
perlu, bahkan mengejan sebelum pembukaan servik lengkap sangat berbahaya). Jika
kepala belum terlihat, padahal ibu sudah sangat ingin mengedan, periksa
pembukaan serviks dengan periksa dalam, Jika pembukaan belum lengkap, keinginan
mengejan bisa dikurangi dengan memiringkan ibu keposisi sebelah kiri (Depkes
RI, 2005).
2.3.1. Posisi ibu saat
mengedan
Menurut
Sumirah (2008) Persalinan merupakan suatu peristiwa fisiologis tanpa disadari
dan terus berlangsung /progresif. Penolong persalinan dapat membantu ibu agar
tetap tenang dan rileks, maka penolong tidak boleh mengatur posisi mengejan.
penolong persalinan haris memfasilitasi ibu dalam memilih sendiri posisi
mengejan dan menjelaskan alternatif-alternatif posisi mengejan, bila posisi
yang dipilih ibu tidak efektif. Adapun macam-macam posisi mengejan adalah:
a.
Duduk atau setengah duduk
Dengan posisi ini penolong lebih leluasa dalam membantu kelahiran kepala
janinserta lelbih leluasa untuk dapat memperhatikan perineum.
b.
Merangkak
Posisi merangkak sangat cocok untuk persalinan dengan rasa sakit pada
punggung, mempermudah janin dalam melakukan rotasi serta perenganan pad
perineum berkurang.
c.
Jongkok atau berdiri
Posisi jongkok atau berdiri memudahkan penurunan kepala janinmemperluas
panggul sebesar dua pulih delapan persen lebih besar dari pintu bawah panggul,
memperkuat dorongan mengejan, namun posisi ini beresiko terjadi laserasi
(perlukaan jalan lahir).
d.
Berbaring miring ke kiri
Posisi berbaring miring kekiri dapat menguranggi penekanan pada vena cava
interior sehingga dapat menguranggi terjadinya hipoksia, karena suplai oksigen
tidak terganggu, dapat memberi suasana rilaks bagi ibu yang mengalami kecapekan
dan dapat mencegah terjadinya laserasi/ robekan jalan lahir.
e.
Hindari posisi terlentang
Pada posisi terlentang dapat menyebabkan:
1). Hipotensi dapat beresiko terjadinya syok dan
berkurangnya suplay oksigen dalam sirkulasi uteroplasenta sehingga dapat
menyebabkan hipoksia bagi bayi.
2). Rasa nyeri yang bertambah
3). Kemjuan persalinan bertambah lama.
4). Ibu mengalamu gangguan untuk bernafas
5). Buang air kecil terganggu
6). Mobilisasi ibu kurang bebas
7). Ibu kurang semanagt.
8). Resiko laserasi jalan lahir bertambah
9). Dapat mengakibatkan kerusakan pada syaraf kaki
dan punggung
2.3.2. Cara Mengejan
Menurut Depkes RI
(2008) Cara menejan yang dianjurkan adalah
a.
Anjurkan ibu untuk mengejan mengikuti dorongan alamiahnya selama
kontraksi
b.
Beritahu untuk tidak menahan nafas pasa saat mengejan
c.
Minta untuk berhenti mengejan dan beristirahat diantara kontraksi
d.
Jika ibu berbaring miring atau setengah duduk, ia akan lebih mudah untuk
mengejan, jika lutut ditarik kearah dada
dan dagu ditempelkan kearah dada.
e.
Minta ibu tidak mengangkat bokong saat mengejan.
f.
Tidak diperbolehkan untuk mendorong fundus untuk membantu kelahiran bayi.
Dorongan pada fundus meningkatkan resiko distosia bahu dan ruptir uteri.
Peringatkan anggota keluarga ibu untuk tidak mendorong fundus bila mereka
mencoba melakukan itu.
Jika ibu adalah primigrafida dan bayinya belum lahir atau persalinan
tidak akan segera terjadi setelah dua jam mengejan maka ibu harus segera
dirujuk kefasilitas rujukan. Hal yang sama juga berlaku untuk Multi grafida
belum juga melahirkan bayinya atau persalinan tidak akan segera terjadi setelah
satu jan mengejan. (Depkes RI, 2008)
0 komentar:
Post a Comment